hehehe…..
kalimat di atas bisa dibaca : cewe harus bisa, masa ?
atau : cewe harus bisa masak.
maksudnya adalah yang kedua donk. yup !! postingan ini terinspirasi oleh siaran di prambors hari ini -jumat 20 juli 07- pagi ini dengan topik “cewek kudu bisa memasak ya??” gw gak ngikutin dari awal, tapi begitu gw klik prambors dan terdengar celotehan Vanda dan Desta dari prambors jakarta, gw jadi tertarik. seru sih denger opini pendengar.
Vanda berpendapat, bisa memasak adalah suatu opsi bukan keharusan untuk cewek. dan ajaib, opini dia ‘diserang’ oleh banyak orang alias banyak yang kontra. bahkan dia sampe jiper karena ada seseorang yang berkomentar cukup keras. sayang, gw gak denger dari awal jadi cuma dapat gambarannya aja. kebanyakan yang kontra dengan pendapat Vanda ini malahan cewek.
ada satu penelepon cewe, masuk, dan bilang bahwa bisa memasak adalah suatu keharusan bagi cewek, krn setinggi2nya dia sekolah, ujung2nya (kata ini langsung dikritik oleh Desta, karena kalau ujung berarti ‘end of the road’ dong) masuk dapur juga. ketika ditanya bottomline-nya apa, knp cewek musti bisa masak, menurut gw argumennya gak kuat dan bias gender banget. masak alasannya karena perempuan ya gitu dan untuk melayani suaminya.
well, Vanda di akhir siaran, menegaskan sekali lagi opininya. ia bukannya anti kalau cewe harus bisa masak. bisa memasak adalah opsi, suatu pilihan, dimana ketika cewek bisa memasak adalah poin plus buat dia. tp ketika cewe itu gak bisa, ya bukan berarti dia minus.
siangnya, gw tanya cowok aku.
“Hun,Ā utk kriteria cewe idealĀ menurut kamu, apakah bisa memasak adalah salah satu didalamnya ?”
“Ya…..kalau dia bisa memasakĀ adalah suatu poin plus tersendiri. tapi kalo enggak bisa ya rada minus sih. kenapa ? karena Mas suka dengan proses masak memasak, suka blusukan ke pasar dan mengkhayal ‘eh ini dimasak apa ya…’ gitu.”
secara dia suka memasak tp gw bisa menerima. gw bukannya gak bisa masak. gw biasa malah, masuk dapur sedari SD. ga sombong, untuk bikin lauk kayak oseng-oseng, bisa lah. tapi denger siaran prambors, gw cenderung setuju opini Vanda bahwa bisa memasak adalah suatu pilihan.
Oia, Vanda pake analogi, cowok yang harus bisa cari nafkah. ketika cowo uda banting tulang cari duit tapi kebutuhan keluarga (ato istri?hahaha) belum terpenuhi maksimal, apakah istri yang baik akan memaki-maki suaminya yang ga becus cari duit ?? Vanda juga pake analogi, apakah cowo harus bisa nyetir mobilĀ dan jemput/nganter ceweknya kemana-mana. jujur, dulu gw sempet punya cowo yang gak bisa nyetir mobil dan gw langsung kecewa. respect gw ma dia turun lumayan signifikan. gw langsung mikir “yah, gw jadi sopirnya dia dong, enak aja”. kalo temen2 gimana ? hehe…….
gw punya opini sendiri mengapa gw pro Vanda. terminologi ‘cewe harus bisa masak’ sepanjang siaran kalo gw denger dan simpulkan ujung-ujungnya adalah dalam kerangka kehidupan perkawinan bukan kehidupan pertemanan ato individu.
so, menurut gw, harus dikembalikan ke kita masing2. definisi operasionalĀ ‘istri yang baik’ menurut kita apa sih ?? apakah bisa memasak termasuk ?? kalo iya, ya ga papa. gw punya temen, yang pacarnya (cowo) berpendapat bahwa wanita yang jadi dosen pasti kalo jadi ibu adalah ibu yang bisa mendidik anak-anaknya. ada yang berpendapat kalo orang yang lancar bahasa inggris dan memakainya di setiap kesempatan adalah orang yang sangat pintar. fine, sah-sah aja berpendapat demikian. tentu ada prosesnya mengapa ia sampe berkesimpulan demikian. nah, apakah cewe yang bisa masak adalah istri yang baik ???
kalo gw sih, seorang istri yang baik adalah ketika dia gak bisa masak, sama sekali ga ada bakat masak, tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk belajar memasak untuk menyenangkan keluarganya.
see ?? get what i mean ?? *_^