Temans, pernah dong, denger dari saudara-saudara kita yang muslim, berdoa ; “semoga mendapat rizki yang barokah, blablabla” ??
Dulu ketika saya mendengarnya dan kemudian mengucapkan dalam doa-doa saya, ga ngeh dengan maksudnya. Belum lama saya paham apa yang dimaksud dengan rejeki barokah dan bedanya dengan rejeki yang ndak barokah.
Begini ceritanya. Sebenarnya ada dua cerita, tapi saya ceritakan satu saja. Kisah ini sungguh-sungguh terjadi dan nyata adanya. Jadi begini, teman saya, mempunyai katakanlah seorang pembantu yang membantu mengurusi sehari-hari dalam rumah tangganya. Pembantu ini karena tinggal dekat dengan rumah teman saya, setiap sore dia pulang. Istilahnya dalam bahasa jawa, pocokan. Karena statusnya yang part-time itu, tentu saja gajinya ga sebesar yang didapat jika full time, apalagi sebesar gaji sang sultan.
Dengan gaji yang minim, jauh dibawah lima juta per minggu, dalam logika kelas menengah seperti panjenengan-panjenengan ini tentu sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi ternyata, dari gaji yang hanya sekian ratus ribu itu, si Mbak bisa membangun rumah (walau sederhana). Rumahnya yang dulu hanya kelas gubug pinggir kali Ciliwung, sekarang sudah bertembok, berlantai semen, dan bahkan ada sofanya (walau seken). Teman saya saja sampai takjub dan tak habis pikir. Apalagi membandingkan dengan dirinya, yang sudah bekerja tetap, tapi rasanya kok masih adaaaa aja yang kurang.
Di akhir pembicaraan, ia menutup dengan kesimpulan ; “Bukankah itu yang namanya barokah ?? Walau minim, tapi dia merasa cukup, tentram, dan tercukupi kebutuhannya ??”
Saya hanya bisa merenung.
Kembali ke lima juta per minggu, saya teringat dengan seorang teman yang kepergiannya ke negeri barat Jancukarta, diiringi sedu sedan para jelatanya. Teman tersebut pun tak kalah berat melangkahkan kaki, walau dengan iming-iming gemerlap metropolitan dan pundi-pundi uang yang akan mensejahterakan masa depannya. Sempat terungkap, betapa ia sudah kadung cinta dengan Kasultanan beserta jelatanya.
Saya bisa memahami perasaan berat meninggalkan itu. Berat rasanya menginggalkan zona nyaman yang sudah kita bangun dengan susah payah, berat rasanya meninggalkan sahabat-sahabat dan jelata, menuju tempat asing yang konon lebih kejam daripada Ibu tiri. Apalagi jika jiwa kita merasa tak sesuai dengan tempat tersebut.
Saya tak perlu banyak cakap. Saya hanya bisa mendoakan, semoga kau mendapatkan rejeki yang barokah, apalgi dengan lima juta per minggu itu. Jangan lupakan mimpi-mimpi yang telah kau bangun dengan susah payah, hanya karena kalah pendarannya oleh silaunya gemerlap metropolitan. Dan terakhir, semoga dinas pajak tidak memburumu, demi mendengar lima juta yang gencar disebut-sebut sejagat blogsphere……
Kejar mimpimu dan semoga mendapat rejeki yang barokah, amiin….
Doa dari teman-teman lain :
2. pak Yahya
3. salah satu kekasihnya yang lain : Pepeng
Saya suka melihat pic-nya itu.
From Jelatakarta To Jancukarta
😆
Kena benar 😉
ahaha….itu kan kerjaan temen2…bukan saya
saya cuma bisa kirim doa…^^
hukum matematika tidak pernah berlaku untuk rejeki ini…
tetapi, kalau 5 juta per minggu itu, tentu bisa macam-macam fungsi yang digunakan 😛
perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, ah semua 😆
btw, kok nomor rekening saya belum ditanya ya? 😳
katanya 7,5 juta per minggu..
kok turun
@ goop :
ada logika matematikanya kok, kang….tapi itu levelnya udah sampe H A K I K A T :mrgeen:
@ jari jari ampuh :
wah…itu ada beberapa kemungkinan ;
1. sultan bargaining powernya rendah
2. sengaja menurunkan angka demi menghindari dinas pajak dan kewajiban zakat, terutama jelatanya ini :mrgeen:
sultan pergi bertapa. lha namanya juga bertapa, ya ketempat yang banyak demitnya.
termasuk pakdhe ??
eh tp….kl begitu…..berarti sultan kita ini level ke-sufi-annya udah level advance nyaris expert. lha dia mensucikan jiwa dg mendatangi pusat godaan jiwa……ck3…..
*menjuraaaaaa*
sedih..huks huks… 😐
Ping balik: From Jelatakarta to Jancukarta » CAHANDONG.ORG
*menjura*
hiks hiks… jumintenan gimana nih…???
*nggak bisa apdet milis soalnya
bukan orang eksklusipbukan member CA*zammy jangan nakal ya disana….
Kalau soal Zam, lima juta pasti juga barokah.
@ antobilang :
cup3…..jgn nangis….sini sayang……
aku tahu perasaanmu…..
@ plain love :
*menunggu juminten pertama tnp sultan*
kita tunggu limpahan berkatnya dr jancukarta….
2,5% x 5 jt x jumlah jelata
sip….sip….
@ ekowanz :
zammy ??????? (o.O)
mesra sekali……….
@ momon :
amiin3x ya robbal alamiin…..
*menunggu nafkah batin eh lahir dr sultan*
😥
semoga damai hidupmu bersamanya Jeng…
*salah pokus*
Ping balik: Selamat Jalan, Sultan… « Siwi’s Personal Website
*nangis2*
Ping balik: 17APRIL[dot]com » We Love You, Good Bye
aaaamiinnnn…!!!!
Selamat datang, ntraktir-ntraktir yo. 😆
*mandi tujuh kembang buat nyambut zam*
5Juta/Minggu,
Hmm, bisa merubah dari “jelata” ke “jelalatan”.
Duh, aku kehabisan kata untuk berkomentar tentang Zam.
kemarin saya masih lihat mas Zam di SIC kok..
haha..
Ping balik: Goodbye, Zam
lha wong zam itu gajinya 5 juta perminggu.. mo bolak balik jakarta-jogja ya gampang 😀
hiks, Zam..kw rak pamit mbokmu ? 😦
@ mrs. fortynine :
hope he lives happily ever after….
@ PeTeer :
lah ??? nangis apa nih ?? sedih apa bahagia ??
@ leksa :
amiin3 ya robbal alamiin
@ danalingga :
wah gaji belum kena pajak, udah habis di tangan para bloger 😆
@ cK :
kayaknya ga manjur deh, sist…..secara jenggotnya itu, pesonanya sulit di tolak…
@ aki Herry :
😆
waaahhh…dalem itu, aki….
@ Yahya Kurniawan :
kita nanti saja limpahan berkatnya, ya Pak ??^^
@ bagindo :
SIC itu mana ???
@ antobilang :
sakjane dheke itu nyambut gawe opo to yo ??? temenku yg manajer HRD aja ga segede itu je….
@ unai :
wah, masak sih, bunda ???
anak durhakaaaaa !!! :mrgeen:
huhuhuhu…
khususon ila zamroni..!!! Al fatihah..!!!
*template komen buat postingan ngomongin zam*
juminten tanpa zam???…sepi….
@ tikabanget :
woooo…ndungakne yang bersangkutan 1000 hari po piye ???
@ gambar pacul :
lah, buat saya kayaknya ga ada bedanya, secara saya kena jam malam, huhehehe….
mungkin krasa pas kopdar, ga ada lagi sosok konyol nan pekok bernama zam…
ini 5 jeti seminggu disebut terus dimana-mana, lama-lama si zam diburu orang pajak.. 😆
😆
mangkanyaaa….udah saya peringatkan di atas….
zam….ingat….apa kata dunia???
jangan korupsi lho zam ..
zam….nambah lg tuh, pesennya….
Baginda Zam yah?duuhh..saya belum kenal..hehehe..
bosen.. beginian mulu isinya..
BUBAR!!! BUBARR!!!!
*jancuk. aku kangen Jogja!!!!*
@ stey :
tuh…orangnya muncul dr balik kubur^^
@ zam :
iyo…aku yo bosen je….

cup3….jgn bosen, sayang…..
kata temenku, setahun pertama di jakarta itu penuh perjuangan. tahun kedua sampe ketiga/empat, masa2 kenikmatan. jd pd masa ini lg seneng2nya di jakarta dg sgl fasilitasnya. thn berikutnya ?? plain…..
Masoollooo….
Ngiler [dot] com….
😆 😆 😆
ya saya…???
*kesummon ada yang ngomong plain*
moga2 aja, limang juta sak minggu kui barokah. amin…
Ping balik: rejeki yang barokah pt. two « r e s t l e s s a n g e l
Sering kali kita mengejar MIMPI
Seolah – olah impian itu adalah TARGET
Susah payah penuh pengorbanan mimpi DIKEJAR
Setelah tercapai kita akan kembali BERMIMPI
Hidup adalah untuk IBADAH
Ibadah itu bukanlah BERMIMPI
Karena ibadah adalah hidup HARI INI
Memaksimalkan HARI INI dan DETIK INI
Masa depan adalah MISTERI
Masa lalu adalah HISTORI
Mimpi hanya membatasi KEMAMPUAN
MAKSIMALKAN HARI INI UNTUK MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK
http://fusion-kandagalante.blogspot.com
Ping balik: Goodbye, Zam - BOY: Blog Oom Yahya