Selasa itu, tanggal 13 Mei, gw jalan-jalan siang bareng rombongan ibu-ibu ga ada kerjaan plus lajang-lajang bahagia. Just for fun, sekaligus mereka berniat mo nunjukin gw sesuatu. Ya, sesuatu yang membuatku merasa malu mengaku-aku orang Jogja tapi tidak tahu tentang sesuatu yang siang itu akan ditunjukkan oleh teman-teman.
Kami segera menuju toko yang cukup terkenal di bilangan ujung selatan Malioboro. Siang itu, pengunjung berjubel, benar-benar seperti pasar saja. Isinya memang unik sih, serba khas pernak-pernik Jogjakarta.
Eh, tapi, tunggu !!! Ternyata toko tersebut tidak hanya menjual oleh-oleh khas, tapi juga sex toys !!!!
Jadilah, siang itu gw terlongong-longong girang setengah mampus, mengamati dari dekat pelbagai bentuk kondom aneh-aneh, foto-foto pria nyaris bugil, underwear yang bitchy banget, syal bulu-bulu dari bulu ayam warna-warni (hah, bulu-bulu termasuk sex toys ya ??), patung-patung yang menonjolkan seksualitas, dan terakhir, ukiran kayu berbentuk mr. Happy segede gaban !!! Eh ya gak gede-gede amat sih, kata temen ya, ukuran standar lah 😆 .
Buat pembaca yang berminat dan tidak sabar untuk melihat berbagai skrinsyut, mungkin akan segera kecewa dan meneriaki saya kacang. Yah, mohon maaf, jikalau tidak ada skrinsyut yang terpajang. Gara-gara kami terlalu semangat berpose najis dengan topeng-topeng kertas dan bulu-bulu itu, sehingga batre kamera habis tepat pada saat yang diperlukan. Jadi tidak usah kecewa juga, jika saya tidak membeli satu pun ukiran Mr. Happy yang ternyata dipajang sebakul eh dua bakul banyaknya, dengan berbagai ukuran.
Ufffhhh….sampe lemes deh siang itu…..maksutnya, lemes cekikikan…..
Oke, cerita tadi hanya sebagai prolog, intro, foreplay, mukadimah, pembukaan, sebelum menuju ke main course-nya. Saya sebenarnya tidak sedang membicarakan Mr. Happy atau sex toys.
Jadi begini, dalam JJS itu, pembicaraan kami yang ngalor-ngidul sempat menyinggung ke masalah lalu lintas. Teman saya misuh-misuh berat waktu cerita ia kena tilang gara-gara gak pake sabuk pengaman. Dua tahun lebih di Jogja, adem ayem, eh tahu-tahu pas lagi lewat Taman Parkir Abu Bakar Ali dengan papanya, ia tercegat tilang dengan manisnya. Melayanglah sekian puluh ribu, tapi bukan untuk bayar tilangnya, tapi tahulah…. 😉
Pembicaraan itu mengingatkan dengan kisah teman saya yang kebangetan ituh. Dan membuat saya berpikir.
Begini…..seringkali saya mendengar omelan, ketidakpuasan, cemoohan, bahkan pisuhan kepada (oknum) polisi. Sebabnya, masyarakat melihat betapa hukum dapat dipelintir sedemikian rupa demi keuntungan beberapa orang. Hal tersebut mengakibatkan krisis kepercayaan, dari masyarakat kepada polisi, masyarakat terhadap penegakan hukum, dan seterusnya.
Sebenarnya, siapakan yang berkontribusi mengakibatkan penegakan hukum tidak semestinya ?? Contoh seperti uang damai kepada polisi dan menyebabkan penilaian masyarakat yang cenderung gebyah uyah bahwa kerjanya polisi itu cari-cari kesalahan untuk kemudian cari uang damai. Apalagi kalo ada cegatan pas tanggal muda atau tanggal merah. Langsung saja, kata-kata bernada sinis muncul dari pengendara motor, yang lagi cari obyekan lah, dll.
Saya berpikir, jangan-jangan, kelakuan para oknum tersebut hanyalah akibat dari proses belajar (kalau mau tahu tentang teori belajar, tanya sama ahlinya ya ?? ). Yap, belajar bahwa masyarakat ndak senang dihukum dan cenderung mencari-cari cara untuk lolos. Belajar bahwa masyarakat cenderung ingin cara mudah dan instan, ga perlu susah payah menanggung konsekwensi dari perbuatannya.
Hai, polisi (dalam kasus tilang ini) bukan malaikat. Hati siapa yang tak goyah, jika dalam melaksanakan tugas, ia diiming-imingi duit sekian, sementara terbayang di rumah, gaji kecil, anaknya berleleran ingus menjerit-jerit minta uang saku, istri yang tidak lagi hangat di ranjang karena uang belanja kurang terus ?? Yah, memang ada yang bisa bertahan sih, tapi ya tadi itu, polisi juga manusia.
Kecenderungan masyarakat yang pengin mudahnya saja, juga berkontribusi dalam hal ini. Karena malas bersusah payah mengurus tilang di bank dan pengadilan, maka cari mudahnya dengan menawarkan sedikit ‘infak’ (atau suap ?? ). Males harus berurusan dengan berbagai ujian, maka nembak SIM menjadi cara yang paling masuk akal. Memang sistem di republik in belum sempurna, tapi janganlah diperburuk.
Karena itulah, maka saya berpikir, penegakan hukum yang sempurna membutuhkan peran semua pihak. Harus saling mendukung dan bersinergi. Seperti judul buku Hillary Clinton, it takes more than one side, butuh semua pihak untuk mewujudkannya. Masyarakat tidak boleh manja dan mau enaknya sendiri, cari jalan instant, emoh menanggung konsekwensi dari kesalahan mereka sendiri. Harus ada kesadaran dari masyarakat, untuk bersikap dewasa, mau mengakui kesalahannya dan berani bertanggung jawab. Termasuk rela bersusah payah ke sidang karena melanggar peraturan.
Coba pikirkan, apa yang dipikirkan oleh anak-anak kita, yang setiap hari menasehati untuk bersikap sportif, jujur, ga boleh nyontek pas ujian, skripsi ga boleh plagiat, sama sekali ga etis untuk kopas blog dan dibikin buku tanpa ijin, dan berbagai nasehat untuk menjauhi cara-cara nista tersebut, jika orang tuanya menyuap polisi supaya ga usah disidang, menyuap anggota DPR milyaran plus pek cun untuk membuka hutan lindung, beli gelar dan titel tanpa ujian, dll.
Dan satu lagi, mulai mengapresiasi polisi, ok ?? ^^
jadi harusnya pak pulisi itu beliin istrinya maenan2 itu biar hangat selalu kali yah…
*digampar mbak malaikatkurangistirahat*
kalo dipikir2 susah mbak, kita dah terbiasa mau enaknya aja. udah terlanjur terikat dgn sistem yg ada. betul itu, mau hukum sebagus apapun kalo masyarakat sendiri tidak mendukung mau jadi apa nanti… 😦
kalo sama pak polisi, sayah cmn sebal sm yang suka tiduran di jalan ituh, huhh mengganggu deh.
-pembenci polisi tidur dan polwan hamil yg byk dijalanan-
It takes two to tango, walaupun tidak untuk semua kasus. Seperti pada paragraf awal, bisa sendirian juga 😀
hehehe…berhubung saya punya teman-teman yang pulisi, jadi saya nggak gitu nge-judge jelek terhadap kaum “pelindung masyarakat” ini.
tapi tetep, nila setitik rusak susu sebelanga. karena ulah oknum-oknum tertentu, generalisasi pun terjadi.. 🙄
jadi, mau beli mr. happy saya berapa? 😀
*postingan memed banget*
Memang tidak salah singkatan rekursif yang dibuat oleh anak2 CA
sex toy dah punya koleksi berapa banyak, med?
mau tukeran ma aku?
AYO LAH LIAT SITUS: Axxyc.com
(Komunitas Indo, ga perlu register)
ada kondom rasa gudeg ?
tokonya itu di Jogja sebelah mana?
ooohhhh … jadi pepeng sering ngajak ke toko gituan yach ??
hmmmm …. payah tuh anak !!:-D
*eh .. ini memed yg semalem main ke semarang itu kan ??? *
Oh jadi bayar polisi,terus uangnya buat beli sek tois buat istri pulisi?
Kalo ada polisi saya suka takut sendiri ngeliat orangnya,,, cos polisi ituh…
Kumisnya selem2 amat sih…
kkkkk….
@ ocha milan :
konon, kebanyakan polisi tidur di jogja udah ga bener lagi tuh, ga nuruti aturan dan malah membahayakan. kebanyakan polisi tidur itu swadaya masyarakat, tp hasilnya malah mencelakakan pengendara. dulu seturan-kledokan kan byk polisi tidur yg bisa menggugurkan kandungan, saking tingginya. tp sejak diprotes byk masyarakat, udah lbh melunak.
*hehe, OOT
@ mbilung :
betul itu, pakdhe, akhirnya pakdhe bisa menemukan istilah yg pas.
aih, swalayan mana enak, sih, pakdhe ?? ^^
@ cK :
pertanyaannya, oknum2 itu begitu belajar dr mana ??? jangan2 mental masyarakat yg manja juga menyuburkan praktek ini….
@ zam :
hahhhhhhhhh ??@%#^&^*&

edun, mosok mr. happy-mu dijual ??? speknya carnival ato daihatsu ceria ???
@ yahya kurniawan :
ayolah pak….masak gitu aja mesum^^…..
yg jd main coursenya bukan sex toys lho…..
@ tika banget :
aku ra koleksi, jujur wae tik. tp dengan kreativitas, kita bs mendapatkan sex toys dr apa yg ada di sekitar kita. bahkan sex pun harus mendukung anti global warming. green-sex gitu…..
😆
@ iman brotoseno :
belum ada tuh. tp kl mau, bisa sambil diolesi areh gudeg…..
wow, gurih nian….
@ stey :
kl ke jogja, saya anter jeng. dijamin, puas melototin foto2 hunk2 yg nyaris bugil itu. SPBnya pun cakep2, manis2 oi^^
[H]Yudee :
iya betool, ini memed yg sidak ke semarang itu. ths atas traktirannya (eh sing nraktir mbak wiwik kok ya…). weee…..pepeng ga ngajak kesana, disimpen sendiri itu infonya. aku tau dr temen2ku cewe, gurls talk, u knooooow 😉
@ sempak :
😆
bisa jadi. konon, ada hubungannya antara kualitas seks yg individu dapatkan dg performa dan kinerja dalam perusahaan.
*tertarik bikin tesisnya, tp topik ga mendukung utk melakukan metode experimen*
@ GR :
yg serem2 belum tentu nakutin…..
pulisi? pulisi sing turu wae nyebeli (pulisi tidur) opomeneh sing ora turu…
halah, kang, wes tau keno yo ??? kenopo ?? lali ra gowo sim ?? spion ??? helm ???
hehehe…..
Masyaolohhhh… jadi pengen ke jogja rasanya… 😮
Mbak med, itu belinya gak ditanyain KTP khan??? 😀
lohlohloh…..apanya yg bikin kangen, mba, setelah baca posting ini ??? 😕
jangan bilang sex toysnya ok ??
kagak ditanyain ktp, beyes dah !!!
kl tadi ngobrol2 ma temen2, itu bukan sex toys, tp cara pemilik toko suvenir tsb menekspresikan seni….^_^
Jadi Tika koleksi juga toh 🙂
Emang green sex iku piye? Bingung 🙂
green sex itu…..ga dibuang sembarangan….ga pake bahan2 yang tidak ramah lingkungan….
gampang toh ?? hehehe
mbuang apa toh?
Yang bener dibuang kemana?
Kalau gitu supaya ramah lingkungan, mending ga pake apa2. 🙂
ya mbuang yg harus dibuang tooo^^
muangnya ya di tempatnya. masak ga tahu sih ?? kan di PPKN di ajari….^^
emang mbuang aja, mo pake apa ??/
Buanglah sampah pada tempatnya ya?

Di bahasa indonesia juga ada.
disebelah mana ya mbak tokonya…. nama tokonya apa? tolong ya beritau ke emailku ya….