Semalam habis nonton Hotel Rwanda, sebuah film lawas yang kebetulan saya belum sempat menyaksikannya.
Hati saya tersentuh dan tersentak. Betapa kebencian mampu menggerakkan manusia hingga ke jurang terendah kemanusiaan.
Tak habis pikir saya. Kulit sama hitam, rambut sama keriting, tetapi karena perbedaan suku antara suku Tutsi dan suku Hutu, tega saling membunuh bahkan melakukan pembersihan etnis. Betapa manusia itu mampu, melakukan kekejaman yang sungguh tak masuk akal, terhadap sesamanya.
Saya lelah, dan tidak berminat untuk menganalisa dari mana kekejaman itu datang.
Tapi saya penasaran, mengapa Sang Pelaku bisa melakukan hal seperti itu. Bahkan saya, tak sanggup melihat proses pembantaian ikan setelah dipancing untuk digoreng sebagai menu makan siang. Atau proses pembunuhan kepiting untuk dimasak menjadi kepiting saus tiram (padahal, saya sangat menggemarinya) (Lho, OOT, maaf).
Saya ingin duduk bersama pelaku, berhadapan, dan berdialog, ngobrol, ingin tahu mengapa dia sampai hati melakukan hal tersebut. Mengapa dia begitu benci dengan adanya perbedaan. Mengapa kebencian itu dapat timbul sedemikian rupa. Apakah dia takut ?? Apakah yang dia rasakan sebenarnya ??
Saya tak habis pikir pula dengan saudara-saudaraku, di Indonesia yang berlaku serupa. Saya jadi membayangkan, andai situasi seperti di Rwanda terjadi di tanah Jawa. Antara Jawa Jogja, Jawa Solo, Sunda, Madura….ouch, naudzubillah….
Kita semua saudara kan ??
Kita semua dari nenek moyang yang sama kan ?? Terserah deh, mau berpegang pada teologi atau teorinya mbah Darwin, tapi intinya, kita sama-sama saudara kan ??
Minjem Med!!!
eh di nusantara pernah kejadian juga lho. inget kasus dayak vs madura? sempat terjadi pembersihan etnis di kalimantan.
Film ini emang udah lama banget
Tapi ceritanya lumayan bagus
Ceritanya mengena banget
Sampai sedih juga dulu nontonnya
Dulu pas pembersihan PKI saya rasa sudah setingkat kebenciannya. See… ternyata Indonesia juga tidak luput dari kekejaman itu.
lah, komen saya ketelen.
rada gak sanggup nonton film yg penuh kekerasan kayak gitu
saya juga ga habis pikir, saya merinding kalau liat gimana cara penjual pecel lele bunuh si lele, they crush its head! tapi kalau udah di goreng kok saya masih tega-tega nya makan. kontradiktif ya mbak?
mungkin pelaku kekerasan itu cenderung punya kelainan kayak saya itu, sebenernya ga suka kekerasan tapai kalau udah di depan mata sifat&sikap purba yang muncul. semacam self defense gitu?
penjelasan psikologis nya gimana?
*ambil sandal, nutup pintu pelan², parenggg*
bilakah “batas” seindah horison?
yang paling ngeri, buat saya adalah adegan ketika si don cheadle naik mobil dan melintas di atas serakan mayat.
pilem bagus dengan soundtrack keren…
iya med kita sodara kok *peluk2*
iyap, apalagi suku blog
semua blogger/wordpresser bersaudara 😉
@fahmi!
Link yg mencoba bercerita ttg konflik antar-etnik di Indonesia, hasil investigasi Bang Andreas, dedengkotnya (dulu majalah) Pantau, ada di sini:
http://andreasharsono.blogspot.com/2008/07/panasnya-pontianak-panasnya-politik_05.html
Permasalahan yg multididimensi, ruwet, bundet, gak bisa keluar kayak lalat masuk rambut kribo 😀 (paa hubungannya ^_^)
Tapi semuanya berujung pada perebutan kepentingan. Andai bisa saling melepas kepentingan.
Suwun.
duh nonton pilem kayak begitu bikin saya takut. pokoknya yg konflik2 di afrika sana, mo hotel rwanda, blood diamond ato yg punya bruce willis tuh. ngeri pool.
bayangin nya kalo terjadi di papua sana.
oh God.. >_<
semoga kita tidak perlu seperti itu di bumi nusantara ini.
benci sama para oportunis2 yg asal nyablak demi kepentingan sendiri dan memandang orang lain itu rendah.
Kenapa mereka bisa sampai hati melakukan perbuatan setega itu? Salah satu penjelasannya adalah proses dehumanisasi. Entah melalui propaganda atau metode disinformasi lainnya, pihak lawan dipandang sebagai bukan manusia, tapi binatang atau monster, sehingga lebih ‘mudah’ dibunuh. Kalau lihat poster-poster propaganda anti-zionisme, misalnya, Yahudi digambarkan sebagai monster bermata merah, berkuku tajam, dan bergigi taring mencuat.
Ironisnya, mungkin kita semua saat ini sedang melakukan proses dehumanisasi secara halus. Koruptor, misalnya, sering kita gambarkan sebagai tikus yang harus dibasmi. Kalau perlu jangan langsung dihukum mati, tapi disiksa pelan-pelan dulu!
“Lho, tapi mereka kan memang pantas dibegitukan! Mereka itu nggak punya hati nurani, merugikan rakyat!”
Tanpa bermaksud menyamakan pemberantasan koruptor dengan genosida, menurut saya proses pembenaran yang terjadi sebenarnya serupa meski tak sama… 😀
di lektopku ada bbrp pilm keren…..
che,gie dll…
pinjem ga..???
*umuk mode on*
eh,puput koment di blog ini….
pkbr put..???
*gaplok pke sandal*
jangan sampe deh indonesia ngalami lagi yang model kaya di rwanda….
sudah cukuplah masalah di negeri ini
jangan ada konfil diantara kita 🙂
eh jd asline km ama pepeng sodaraan po?
@ekowanz

gyahahahaha, ngakak tenan aku
Lhaaaah setau saya kalo sodaraan ya ndak boleh kawin …(..kemakan gosipnya ekowanz..)
lha njuk kamu peluk peluk dan lain lain pada pepeng itu sebenernya incest to?
itu kayaknya para manusia udh kehilangan akal sehat deh. lupa yang ngelahirin siapa. padahal ujung-ujungnya juga semua satu saudara. kok saling membantai sih?? 😕
Is it normal? So far…
filmnya JAUHHHHH lebih halus dari aselinya … kalau sempet nonton di TVRI sempet nayangin dokumentarinya.
perempuan2 itu sengaja diperkosa supaya kena AIDS.
sedikit sekali mayat yang ditemukan utuh, mereka bahkan sengaja merusak mayat2 itu agar tak tersisa.
kalau nga salah penyebabnya adalah propaganda di radio (lupa masalahnya apa dan siapa dalangnya)
yang lebih aneh kalo hidung lw sekebar batang Korek “MATI” hukumanya.
masih banyak lagi tapi jujur Hotel Rwanda lumayan bikin nagis tapi dokumetarinya bikin termehek-mehek hhehehhe