Hari Rabu , tgl 9 Juli kemarin, kebetulan giliran saya untuk anter Bo-Nyok ke pengajian rutin tiap Rabu Wage. Lokasinya nun jauh di Bantul sana, di pelosok desa, tepatnya di Godegan, Srandakan. Awalnya, saya sempat agak malas-malasan untuk hadir, lagipula, bisa-bisa saya hangus terbakar !! Hihihi, hus !!
Ternyata dugaan saya salah. Isi pengajian cukup menarik, meskipun disampaikan dalam bahasa Jawa. Kebetulan yang hadir, selain santri-santri pondok Godegan, juga warga sekitar pondok. Dan surprisingly, kebanyakan dari warga malah ibu-ibu. Semangat mereka patut diacungi jempol. Malam, dingin, ngantuk, tapi tetap semangat mengikuti alunan dzikir dan menyimak tausyiah ustad dari Pondok Pesantren Pandan Aran. Sementara, kaum bapak yang duduk lesehan di dalam masjid, malah terkantuk-kantuk.
Materi tausyiyah malam itu mengulas tentang rizki. Sang Ustadz yang masih terbilang muda, menyampaikan isi ceramah dengan bahasa yang menyejukkan,jauh dari provokasi apalagi menjelek-jelekkan golongan lain. Isi materi yang tergolong berat, disampaikan dengan bahasa yang jenaka dan full cerita, membuat jamaah yang warga desa, mencerna dengan mudah.
Saya sendiri mulai tergelitik untuk menyimak, ketika jamaah ditanya, antara kaum mukmin dan kaum kafir, mana yang lebih dikabulkan doanya oleh Gusti Allah. Kebanyakan menjawab kaum mukmin. Kemudian Sang Ustadz mengilustrasikan kisah yang banyak terjadi di sekitar kita.
Alkisah, ada orang mukmin dan orang kafir yang sama-sama berdoa. Lain waktu, ternyata si orang kafir ini rejekinya lebih melimpah. Tandanya, pick up-nya berganti menjadi pick up double cabin mitsubishi strada. Colt-nya ganti menjadi toyota alphard. Rumah tipe 36 miliknya ganti posisi di perumahan elite, dimana harga satu unit minimal 1,5 milyar. Minimal yang terlihat oleh mata demikian. Sebaliknya, orang mukmin kok rejekinya tetep saja. Rumah, masih ngontrak, tipe 36. Mobil ?? Walah, masih kredit motor.
Malaikat pun bertanya-tanya, mengapa Gusti Allah lebih mengabulkan doa dari si kafir daripada si mukmin.
Gusti Allah menjawab, “ Orang kafir itu, kalau permohonannya tidak segera dikabulkan, mereka bakalan ngeluh, komplain, nggrundel, ngomel2, bahkan menggugat Aku. Sedangkan hambaKu yang mukmin, jika doanya belum terwujud, dia lebih sabar dalam menerimanya, tidak berkeluh kesah, dsb.”
Illustrasi yang cukup mengena untuk ditangkap intisarinya !!
Jadi kalau kita nggrundel, selalu mengeluh, tidak sabaran, berarti kita termasuk orang ka…. –teruskan sendiri –
Lebih jauh, Sang Ustadz menjelaskan, bahwa rejeki yang barokah itu tidak selalu berwujud materi. Sering kita saksikan, bahkan siapa tahu, itu mengenai kita sendiri. Mereka yang dikaruniai materi yang berlimpah, uang mengalir seperti dirinya adalah magnet uang, sampai bingung bagaiamana membelanjakan. Di sisi lain, berbagai persoalan tak habis menderanya. Pasangan yang selingkuh, anak yang tidak bisa dibanggakan malah jadi parasit masyarakat, penyakit yang menggerogoti dirinya…..
Dulu ingin kaya karena ingin bisa beli makan apa saja yang dia inginkan, tapi setelah kaya raya, dia hanya bisa makan sayur-sayuran, itu pun terbatas, karena penyakit asam urat dan kolesterol mengharuskannya diit. Kalau tidak disiplin, alamat terserang stroke, yang akan mengurangi kualitas hidupnya (lumpuh, bibir perot, tidak bisa berkata-kata da beraktivitas normal).
Nauduzubillah…..
Saya jadi merenung, mengapa ya, kalau orang berdoa itu, kebanyakan adalah ‘tuntutan’ supaya materinya berlimpah. Misal, lelaku seperti di Kemusuk, Parangkusumo, atau berbagai tapa brata laku prihatin, pada umumnya karena ingin pendapatan materi meningkat.
Perenungan yang kedua, mengapa standar yang berlaku secara tak resmi adalah apa yang terlihat oleh mata. Maksutnya, materi kasat mata, you know, seperti mobil, motor, duit bejibun, kartu kredit, hape, rumah magrong-magrong, perhiasan, baju-baju bermerk, sepatu desainer kelas dunia, cerutu Kuba, wine Perancis tahun 50an, salon dimana sekalinya potong rambut ratusan rebu hingga jutaan (padahal Cuma dipotong sekian menit), kopi starbucks, donat Jco, dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan yang tak kasat mata ??
Kelemahan manusia, terpedaya oleh panca indera. Indera kita ini sungguh memenjara.
Postingan ini saya tutup dengan kisah nyata. Kebetulan saya mengenal beberapa orang yang istimewa, ia dikaruniai semacam kelebihan. Dengan kelebihannya, berduyun-duyun orang datang, dari pedagang kaki lima hingga pejabat, untuk meminta nasihatnya. Apalagi yang berkaitan dengan rejeki. Misal, bertanya, lebih menguntungkan mana bagi dirinya, buka toko di daerah selatan atau utara. Atau, supaya lolos dalam pilkada kali ini, apa yang harus ia lakukan. Semuanya ia layani, tanpa pilih-pilih.
Yang paling bikin saya heran, orang-orang seperti itu, yang betul-betul memang punya kelebihan (ga sekedar ngecap di tipi), secara materi sangat sederhana. Ia tetap bekerja sebagaimana kita-kita, entah sebagai petani, sebagai guru. Kalau ia mau, ia bisa saja meraup rezeki dari 7 arah mata angin, karena ia mampu melihatnya. Tapi, tidak ia lakukan. Saya bertanya-tanya, apa yang membuatnya seperti menyia-nyiakan bakatnya tersebut untuk dirinya dan keluarganya ???
Ada yang bisa bantu saya memberi jawaban ??
jawabannya adalah: kebahagiaan! (bahwa standard kebahagiaan tiap orang tidak sama)
iya kan memed(i)? hehe..
what can i say ?? u’re rite, bro…. *eh emang per?annya apa to?? kok kayake ga nyambung… 😕
pantesan kemis kemaren ketemu elo kok rada iteman. ternyata gosong kebakar gara2 nekat ikutan pengajian ya??!!
*gaploki vony* ayo, mana bakpia keju jatah setahun !!?
bagian terakhir itu…
apakah bukan karena melakukan pesan :
urip sakmadyo mbak med?
hebat dong, dia tau definisi dan batasan cukup
karena mencukupkan diri dengan apa yang ada
nah tu die, hebat tuh, bisa tau batasan cukup
kata orang yang dulu pernah saya ikut anter temen saya konsultasi begituan, itu pantangan. semua ilmu yang dipunya niatnya g boleh buat kepentingan pribadi kalo g bakal ilang, musnah ndak berbekas… ra mandhi meneh aji-ajine..
maak sih ?? ooo…bisa juga…wah berarti hebat juga tuh orang. apa yg dia kejar ya ??
ka…ka…kanada, mbak!
eh, orang ka…merun, dink. eh, orang ka…mpret juga bisa, mbak
hahahaha….yg terakhir, boleh juga tuh 😆
jadi ingat cerpen ( bukan cerpenista )..yang legendaris ‘ ROBOHNYA SURAU KAMI karya AA navis. Bahwa si kakek penjaga surau justru terancam masuk neraka
kalo di cerpenista, gimana mas ??
membaca awal2 cerita, jadi kangen rumah ortu di mBantul.
Jawaban pertanyaan terakhir adalah, orang-orang berbakat itu tau arah kehidupan. Kaya bagi mereka bukan cita-cita, amal yang mereka cari..krn amal adalah sahabat sejati. Bahkan ada amal yang tak putus walau orang yang beramal itu telah tiada to..
Stop.., nanti jd ikutan ngecap hehehe..pareng-pareng..nggih..
mBantulnya di mana mas ? 😀 lho gpp ngecap, malah bikin tambah manis kok ^_^
jadi kaya tu penting lho med… memang sih, banyak orang kaya yg bermasalah. dan mereka punya level masalah yg beda dengan kita. tapi sbnarnya orang miskin/gak kaya banyak yang jauh lebih2 bermasalah, hanya saja sering dianggap wajar… Karena miskin!
(saya jg pernah diselingkuhi lho, padahal gak kaya…)
kalo kamu kaya kan bisa bayari saya ke jogja… 😆
*dilempari memeth karena gak pernah onlen*
*cubit2 jensen* yaolooooo….kemana aja kmu ????????? dicari sama polisi blogsfer tuh, krn ada penghuninya yg tiba2 ilang !!
soal kaya, aku juga penginnya kaya…. *kl kata ustad sih, kaya dan bermanfaat*
*dilempari cemban krn ceramah*
Buru-buru ikutan kapir, biyar doanya terkabul… 😉
***mbayangin naek alphard, disopirin, adem, mentul-mentul, ngantuk…..***
apanya yg mentul2 bos ??
eh, apa kabar bos ?? *tersenyum penuh arti*
kenapa manusia lebih sering meminta dan memandang semua dari ukuran materi? karena trend dunia sedang seperti ini, dan manusia kemudian akan dianggap aneh kalau misalnya kemudian menjadi orang baik 😛
jd inget skripsi gw….heheheh
hah ?? apa perlu saya tuliskan semua disini ???
trus kalau masalah doa antara mukmin dan kafir, saya pikir jawaban tuhan di atas justru semakin menarik orang menjadi kafir dan mengecilkan kuasa tuhan. lebih elegan kalau jawabannya orang kafir dikabulkan doanya karena dia sudah kafir dan dengan dikabulkan doanya lebih cepat diharapkan dia bisa sadar dan tahu kalau tuhan itu maha kuasa, sedangkan doa orang mukmin perlu didengar, dilihat dan ditunggu dulu oleh tuhan untuk tahu kesungguhan orang mukmin tersebut sebelum kemudian tuhan memutuskan untuk mengabulkan doanya supaya si mukmin kemudian tidak menjadi kafir setelah permohonannya terkabul 🙂
well, jawaban sang ustad sebenarnya terbuka untuk didiskusikan. tetapi yg saya lihat, si Ustad sengaja menyampaikan cerita dmk, melihat audiensya adalah (kebanyakan) ibu-ibu dan bapak-bapak yang tiap hari ke sawah, angon sapi, paling banter guru sekolah negeri di kecamata di bantul sana…
pendapat mas wedhouz bisa jadi benarnya kok
trus untuk orang istimewa yang memiliki bakat istimewa, saya pikir dia juga tidak bisa melihat dan meraup rejeki dari 7 mata angin, karena sudah digariskan bahwa hidup, jodoh, rejeki dan mati itu hak tuhan dan manusia hanya bisa mencari tanpa bisa memutuskan seberapa banyak.
😀
saya akui, saya lebai dalam pemilihan katanya, mas… 😆
Yang paling bikin saya heran, orang-orang seperti itu, yang betul-betul memang punya kelebihan (ga sekedar ngecap di tipi), secara materi sangat sederhana. Ia tetap bekerja sebagaimana kita-kita, entah sebagai petani, sebagai guru. Kalau ia mau, ia bisa saja meraup rezeki dari 7 arah mata angin, karena ia mampu melihatnya. Tapi, tidak ia lakukan. Saya bertanya-tanya, apa yang membuatnya seperti menyia-nyiakan bakatnya tersebut untuk dirinya dan keluarganya ???
Justru orang tersebut tidak menyianyiakan, melainkan sangat menikmatinya 🙂
Yang paling bikin saya heran, orang-orang seperti itu, yang betul-betul memang punya kelebihan (ga sekedar ngecap di tipi), secara materi sangat sederhana. Ia tetap bekerja sebagaimana kita-kita, entah sebagai petani, sebagai guru. Kalau ia mau, ia bisa saja meraup rezeki dari 7 arah mata angin, karena ia mampu melihatnya. Tapi, tidak ia lakukan. Saya bertanya-tanya, apa yang membuatnya seperti menyia-nyiakan bakatnya tersebut untuk dirinya dan keluarganya ???
Justru orang tersebut tidak menyianyiakan, melainkan sangat menikmatinya 🙂
memang itu adalah dua sudut pandang yang berbeda mas…tidak apa2^^
Berhubung lagi stress aku maca blog mu dan menarik.
Pgn kasih komentar saitik wae.
Tidak di semua negara (at least saya tahu 3 negara) bahwa orang “sukses” adalah orang yang secara kasat mata “terlihat” mapan (rumah mewah, mobil mahal, dll). Indonesia terlalu Amerika yang selalu men”superhero” kan segala pencapaian. Semoga orang Indonesia lbh bijak dalam menilai kesuksesan seseorang.
wallahu alam
salam false-sammer,
Nandra