Seminggu yang lalu, saat sedang belanja di Superindo Sudirman, saya menemukan hal yang menarik. Waktu itu sedang antri untuk menimbang buah di counter timbangan. Sembari mengantri, saya tertarik dengan kegiatan seorang pegawai yang mencacah-cacah buah dan membuangnya ke suatu wadah.
Karena tak tahan menahan rasa ingin tahu, saya bertanya pada Mas-mas tersebut, “Mas, itu buah-buahan dicacah buat apa ?? “
“ Dibuang Mbak, “ jawabnya
“ Ha ?? Dibuang ?? Begitu saja ?? “
Mas tersebut mengangguk mengiyakan.
Saya takjub, aih, buah-buahan yang dibuang itu, kondisinya memang ga begitu segar lagi sih, tapi masih bisa dikonsumsi. Dan kenyataan bahwa buah tersebut dibuang begitu saja –oke, saya memahami, mungkin itu cara yang digunakan oleh manajemen Superindo untuk menjaga kualitas mutu- sungguh membuat saya terheran-heran. Karena, saya melihat masih ada yang bisa dilakukan, misal diberikan ke kebun binatang untuk pakan monyet kek ato apa, toh, buah-buahan tersebut juga masih bagus. Ga busuk-busuk amat apalagi seperti kondisi daging busuk yang diolah lagi, yang sempat menghebohkan beberapa hari yang lalu. Kenapa ya, pihak manajemen Superindo gak berpikiran untuk diberikan kepada kebun binatang.
Hingga beberapa hari yang lalu. Dari obrolan biasa dengan sahabat hati dan jiwa saya, jadi timbul suatu ide. Mengapa tidak ??
Jadi ide itu adalah, menjadi sukarelawan untuk mengumpulkan sisa-sisa buah dan sayuran yang mungkin tidak memenuhi standar mutu supermarket seperti Superindo, Carrefour, Hero, etc. Lantas, dari situ bergerak ke Kebun Binatang, untuk memberikan buah dan sayur tersebut ke binatang yang menghuni KB. Tentu saja sebelumnya diadakan sosialisasi dulu, baik ke pihak Supermarket maupun Kebun Binatang.
Pertimbangannya, kemungkinan pihak manajemen supermarket tidak mempunyai ‘tenaga’ lagi untuk mengurusi pengolahan limbah supermarket. Kedua, limbah tersebut bisa sangat berguna bagi mahluk lain –dan mengurang kemungkinan pihak yang berpikiran kriminal untuk mengolah limbah tersebut dan dijual ke manusia – sehingga penghuni kebun binatang bisa jadi mendapat tambahan asupan makanan yang bergizi.
Ketiga, saya prihatin dengan pengelolaan kebun binatang di Indonesia. Bisa jadi, dana yang dialokasikan untuk KB GembiraLoka di Jogja, sangat minim. Kesejahteraan penghuni KB menjadi nomer sepatu alias kesekian. Jangankan binatang, alokasi dana untuk pendidikan dan kesehatan manusia saja, masih minim.
Hiks, saya sedih jika memikirkan kesejahteraan binatang-binatang penghuni KB tersebut. Kurang makan, stress karena kandang yang ga keurus, stress menghadapi pengunjung sok tau dan bodoh, plus stress karena kebisingan konser dangdut. >_<
Berangkat dari ide tersebut, saya mengajak siapa saja, terutama yang berdomisili di Jogja, untuk menjadi sukarelawan Kebun Binatang. Bersama kita mengumpulkan limbah sayur dan buah untuk kemudian diberikan ke Kebun Binatang. Tentu saja, disusun jadwal untuk mempermudah koordinasi. Jadi jikalau ada sukarelawan yang berhalangan, dia segera mencari sukarelawan lain yang bisa menggantikan.
Jika ada blogger yang berminat, bisa hubungi saya di bawah ini, nanti akan saya kontak secara pribadi. Untuk itu mohon cantumkan alamat email dengan jelas.
Ide ini terbuka tidak hanya untuk blogger. Saya berniat untuk menuliskan ide ini secara terbuka di media mainstream.
Oke ?? Oke ?? ^_^
macan ….errrr macan apa ya ?? india ??
kasuari ?? errrr…pakdhe ??
monyet….errr….monyet opo tho iki ?? siamang ??
rusa…err…..rusa apa ya….sama dengan yg rusa yg dipiara UGM itu bukan ya…
Nah kalo ini mah, intermezzo, dari beberapa bulan yang lalu. Foto-foto ini bukan foto koleksi Kebun Binatang GembiraLoka, tapi koleksi dari kebun binatang mini dari kompleks agrowisata Sido Muncul di Klepu, Semarang. Untuk berkunjung ke lokasi agrowisata yang tidak terlalu luas tapi asri ini, harus ijin dulu ke pihak Sido Muncul. Kebetulan, waktu itu ada sahabat yang dengan kebaikan hati teman yang bekerja di Sido Muncul, kami berkesempatan mini trip ke pabrik dan agrowisata Sido Muncul. Mini trip itu sungguh menyenangkan, kami dibawa ke lokasi pabrik yang puluhan hektar luasnya dan menyaksikan secara langsung proses pembuatan aneka produk Sido Muncul. Malah, waktu itu saya beruntung sempat bertemu dengan Irwan Hidayat, salah seorang yang sangat berperan di balik kesuksesan perusahaan keluarga Sido Muncul. –amiiin, mudah-mudahan ketularan ilmu dan hokinya –
Diawali dari kunjungan ke pabrik, mulai dari penyimpanan, penyortiran bahan baku, hingga ke packaging, saya mendapat kesan bahwa pembuatan jamu di Sido Muncul berasal dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi, beberapa diekspor dari China, dijaga higienitasnya sehingga didapat produk yang berkualitas tinggi.
Kemudian kami dibawa ke lokasi agrowisatanya. Sebenarnya kompleks agrowisata ini adalah kebun klangenan owner Sido Muncul untuk pelepas lelah. Selain rimbun oleh berbagai tanaman jamu dan asri oleh penataan taman, terdapat koleksi pribadi seperti rusa, merak, buaya, hingga harimau. Hmmm….untuk koleksi hewan ini, saya musti kritis nih. Bukankah mengkoleksi berbagai binatang langka untuk konsumsi pribadi, tidak benar ??
suasana dalam kompleks agrowisata yang asri….
Akhir kunjungan, kami mendapat goody bag yang berisi berbagai aneka produk unggulan Sido Muncul, dari jamu tolak angin, jamu-jamu yang dikemas secara modern, hingga permen kunir asam. Wow, waktu itu sungguh mini trip yang berkesan^^.