pantaskah iri ?? pantaskah sombong ??

Menjadi murid tingkat dasar, seringkali masih sering kepleset dan melakukan hal-hal ‘bodoh’ yang disebut kesalahan. Begitu pula saya. Seringkali masih terpancing untuk umuk, pamer, riya’, sombong atas sesuatu hal yang menurut saya pantas untuk dibanggakan dan itu bisa memancing orang lain untuk iri ato minimal kagum sama saya lah.

Begitu pula sebaliknya, seringkali saya juga terpancing untuk iri dengan pencapaian orang lain dan yang paling buruk, ego saya ndak terima.

Misal, ketika blogwalking, saya membaca sebuah postingan yang sangat kontemplatif, dalam, dan mempesona di setiap untaian kata-katanya. Kesannya, yang punya blog alias yang nulis itu pinter, cerdas, jenius. Saya pertama kagum dengan kualitas yang dimiliki oleh orang tersebut, dan lama-lama saya iri. Jadi mikir-mikir, kapan saya bisa nulis sebagus itu.

Hal terburuk yang terjadi adalah, saya mulai menjadi orang tersebut dan meninggalkan apa adanya saya. Saya berusaha menjadi orang lain, karena ndak terima dengan apa adanya saya. Tulisan-tulisan saya mulai ndak otentik, bukan tulisan yang muncul dari hati, melainkan muncul dari ego yang ingin untuk dikagumi atau menuai pujian. Saya mulai menulis untuk popularitas, saya mulai menulis untuk menuai kekaguman, saya mulai menulis untuk menuai rame-rame yang berarti pancingan saya kena.

Lantas, suatu saat, saya merenung.

Pantaskah, seekor kucing iri terhadap ikan karena ndak bisa berenang ??

Pantaskah, seekor kadal iri terhadap burung karena ndak bisa terbang ??

Pantaskah, seekor burung gereja iri terhadap merak ??

Pantaskah, harimau menyombongkan diri terhadap bobcat ??

Pantakah, hiu menyombongkan diri terhadap gurameh ??

Pantaskah, kambing etawa menyombongkan diri terhadap kambing jawa ??

Postingan yang inspiratif dari Gde Prama.

Mengenai sikap berserah diri dan meditasi tanpa perlawanan.

Saya menyukai ide ini; meditasi tanpa perlawanan. I like it.

32 pemikiran pada “pantaskah iri ?? pantaskah sombong ??

  1. jadi apakah postingan ini sudah seperti yg kamu harapkan med?!?

    meong : wah ?? aku tidak mengharap apa-apa dari postingan ini. aku cuma nulis aja sekaligus pijat refleksi je…. :mrgreen:

  2. Jahh…. saya juwega suka dgn “meditasi tanpa perlawanan”-nya GdePrama. Tengkieu dgn link-nya.

    meong : aku juga suka^^.
    eh itu avatarnya…..duh, how cute…..*sayang pas syukuran blogger itu, cuma sempet kenalan*

  3. ya sudah, kalau gitu saya harus berhenti iri karena mbaca tulisan2 di sini ๐Ÿ˜€

    meong : wah apa yg musti diirikan di sini, mbak fa ?? ^^

  4. Saya pikir iri terhadap keunggulan orang lain dan berkeinginan untuk bisa sehebat dia rasanya pantas-pantas saja (selama niatnya memang bener)…

    meong : iya…anda benar…dan yg paling tahu kan anda sendiri… ^^

    tapi ya seperti kata Gde Prama di atas (yang saya tafsirkan begini): berusahalah untuk lebih baik dengan cara dan gaya kita sendiri, jangan dengan terus-terusan mencoba meniru orang itu.

    Kalau cuma meniru, kita mungkin memang jadi lebih baik, tapi kita bukan lagi ‘kita’, melainkan cuma carbon copy atawa bajakan KW2 dari orang yang selama ini kita tiru.

    meong : lha aslinya kita ini kan udah baik. coba liat, siapa yg bilang gurameh lebih jelek dari ikan nila, atau jalak lebih baik dari emprit.

  5. lha kitakan emang dari sononya emang selalu iri mbak!

    meong : dari sononya ?? siapa yg bilang ?? dr sono itu dr mana ?? mo nyalahin sapa ??

    kalo kita ndak iri, bagaimana mungkin kita akan berusaha untuk menjadi lebih baik?

    meong : masak ndak ada, menjadi lebih baik tanpa harus iri dulu ?? bagaimana dengan hati nurani ??

    Kalo sayah sih sombong cuman buat selingan kok mbak…hehe

    meong : selingan kamsutnya obat minder ya.. ๐Ÿ˜†

    lam kenal sko cah sleman

    meong : lam kenal balik….aku juga walo katepe jogja, tp sering2nya ke sleman kok, huahahaha ๐Ÿ˜†

  6. menurutku sih tidak ada yang salah pada sifat iri itu, asalkan dosis dan penggunaannya tepat. kalo obat batuk ya diminum pas batuk jangan diminum pas sakit gigi, kalo sifat iri digunakan untuk mengiri kebaikan orang lain, kepintaran orang lain, kesalehan orang lain bagus toh.. karena kita terpacu untuk menjadi yang terbaik dan berusaha semaksimal mungkin untuk paling tidak menyamai kebaikan dan kesalehan orang tsb. namun berbeda untuk sikap riya yang demikian benar2 gak boleh akrena bisa habis deh kebaikan kita termakan olehnya.

    meong : kalo menurutku sih, pendapat panjenengan bener. :mrgreen:
    serius. dan menurutku lagi, yang tahu sampai dimana kadar iri yg pas itu cuma kita yg tahu. udah sampe menyentuh ego yang mana. kenapa pengen lebih saleh, kenapa pengen lebih baik ??

    Btw lam kenal ya bro.. thanks

    meong : wek !!! bro !!! ๐Ÿ˜† you’re welcome…

  7. boleh saya ikut berpendapat disini?

    meong : ndak boleh !! :mrgreen:

    sepertinya konteks iri di atas beda dengan iri yang dalam kehidupan kita sehari-hari.
    Menulis itu butuh inspirasi, saya menulis juga butuh masukan, kritikan, dan hujatan dari orang lain. Semangat itu lalu tumbuh dan akhirnya kita belajar dari kesalahan.

    meong (bingung) hubungannya ma iri apa ya….. ๐Ÿ˜•

    ah ngomong apa saya. maaf telah ngoceh yang tidak-tidak.

    meong : ah yang anda ocehkan iya-iya saja kok…ndak ada yg perlu dimaafkeun…^^

  8. Misal, ketika blogwalking, saya membaca sebuah postingan yang sangat kontemplatif, dalam, dan mempesona di setiap untaian kata-katanya. Kesannya, yang punya blog alias yang nulis itu pinter, cerdas, jenius. Saya pertama kagum dengan kualitas yang dimiliki oleh orang tersebut, dan lama-lama saya iri. Jadi mikir-mikir, kapan saya bisa nulis sebagus itu.

    ampun, mbak…sungguh mati sebenernya saya ini orangnya biasa2 aja. mbak terlalu melebih2kan keadaan saya. jadi sebenernya ndak ada yang perlu diiriin dari saya, kok. tiap orang toh punya kelebihannya masing2…

    eh, bener, kan? ini lagi iri sama saya, kan? :mrgreen:

    meong : iya mas joe..saya iri sama kecerdasan sampeyan..dan kemaren tampak begitu ganteng pula…..

  9. ahh yg bener..
    keknya g munkin cewek yg nulis postingan di atas…

    “miooong……”

    *…wad@w..buset ni kucing bisa ngegi2t*

    PS: penyayang kucing g harus cewek kok ๐Ÿ™‚

    meong : lho, siapa bilang untuk menyayangi kucing harus cewe ?? kucing ga liat gender kok, dia juga ga peduli anda cakep ato kagak, pinter ato kagak, yang penting sayang ๐Ÿ˜†

  10. Sebenarnya, (saya) yang baca susah bedakan lo kamu nulis dari hati apa nggak; murni atau terinspirasi. Tetap dikomen kalo ngerti… :mrgreen:

    meong : betul itu…betuuulll…bisa aja kan, ini saya sengaja nulis gini biar mendapat kesan cewe bijak dan kontemplatif ?? ๐Ÿ˜‰

  11. manusia ya begitu itu,.. ada sombongnya ada congkaknya ada sabarnya ada baiknya ada jahatnya ada hebatnya ada semua lah, lengkap

    meong : dan terima apa adanya bukan ?? dengan kesadaran penuh… :mrgreen:

  12. meditasi tanpa perlawanan, jadi inget film avatar, saat avatar bermeditasi dengan bimbingan guru pathik, pada fase terakhir..saat avatar harus membuka cakra ke tujuh nya, avatar menolak..dan memilih membebaskan katara.

    saya melihatnya sebagai meditasi yang kreatif, karena meditasi tanpa perlawanan, jika tak jujur pada diri sendiri, seringkali terjebak pada sikap fatalis…yang mengakibatkan pengingkaran pada sejatinya diri sendiri.

    meong : i like what you say…^^

  13. iri, sombong, umuk dan apapunlah namanya adalah sifat manusia. Hanya saja sebagai mahluk yang “berhati” kita harus pandai2 mengelolanya dan menjadikan sifat itu sebagai pendorong untuk maju. ya to? (ini yang serius, aa’ gym mode on)

    meong : lama-lama, bagi gw, ini kok jadi semacam pembenaran ya. sifat manusia itu apa to ?? kenapa kita tdk lbh mengelola sifat2 seperti kasih sayang, cinta, care. bisa kan, menjadi maju tanpa harus iri. di mata gw, itu malah jadi pertanyaan, apa niat dia sehingga iri dan ingin menjadi lebih maju ?? mengapa harus lebih maju drpd yg lain ?? kamu bisa ngejawab, kenapa lo harus lbh maju drpd gw ??

    (ini yang asli becanda, tessy mode on) contonya ni dada gw besar kan besar tuh, lo ngiri. biar bisa gede juga lo ikutan fitnes. iri yang bagus ๐Ÿ˜‰

    meong : dan lo juga ngiri, krn lo komen aja. nulis dong, bikin blog sendiri, jd bisa nge-junk di blog lo sendiri ๐Ÿ˜†

  14. *sayang pas syukuran blogger itu, cuma sempet kenalan*

    >>Iyakk, sayang.
    ** Asyem, avatarku ternyata “how cute” tenan. ๐Ÿ˜• **

    meong : ๐Ÿ˜† ๐Ÿ˜† ๐Ÿ˜† ๐Ÿ˜† ๐Ÿ˜†

  15. weitsss…gw kan bukan penulis kayak lo, say…

    meong :

    penulis kayak lo

    jangan meniru gw dong….temukan gaya lo sendiri ๐Ÿ˜‰

    ga kepikiran untuk ngeblog tuh. Jadi penikmat tulisan orang aja lah ๐Ÿ˜‰
    sepertinya bukan pembenaran, tapi lebih pada pengakuan bahwa memang ada sifat itu dalam diri.
    kenapa meniadakan iri? gw rasa ga ada orang yang ga punya rasa iri. kita ini manusia berakal budi, kita yang harus mengolah sifat positip dan bahkan negatip termasuk iri untuk membuat hidup lebih berarti. maju dalam hidup bukan berarti melebihi ato mengurangi nilai orang lain kan?

    meong : betul….mengakui bahkan segala sisi gelap kita. dan cuma kita sendiri yg tau, batas tipis itu sampe mana ๐Ÿ˜‰ maksutnya, yang membedakan adalah niat, bukan ??

  16. hmm.. Menjadi seperti orang laen ya? kalo saya cuma saya jadikan inspirasi. Ndak masalah kok kalo mereka kelihatannya lebih baik dari pada kita. Pasti suatu saat kita juga bisa lebih dari mereka.

    meong : keinginan untuk melebihi yang lain… ~_~

  17. Saat memasuki ranah `persepsi` (rasa), anda akan berhadapan dg aliran yg bermacam rupa, genre yg berbeda serta multidisiplin. Tergantung dari `perspektif` (sudut pandang) anda.

    Saat anda bertindak sebagai observer, maka persepsi anda adalah tindakan utk `mendalami` subjek yg diamati. Penilaian anda thd subjek menjadi relatif. Karena anda `di ajak` utk melihat perspektif si subjek.
    Apa anda rasakan merupakan perbedaan sudut pandang.

    Sementara, saat anda menjadi bagian dari si subjek , maka persepsi anda akan menjadi persepsi si subjek. Apa yg anda rasakan adalah persamaan sudut pandang.

    Iri menjadi kontasi POSITIF, jika anda menilainya dr sudut pandang motivasi dan tantangan. Dlm hal ini, anda memerlukan patron, dan patron tsb bisa berupa siapa/apa saja.
    Patron merupakan suatu kumpulan nilai2 (field of value) yg anda asumsikan pasti/anda yakini .
    Memiliki persamaan sudut pandan dg`patron` tsb, menimbulkan perbedaan yg sering disebut dg “kualitas”. Perbedaan pada tingkat ini, sering disebut dg ~rasa~ / taste.
    Sudut pandang yg sama akan melahirkan perbedaan taste.
    Iri menjadi konotasi negatif jika anda menilainya dr sudut pandang `malas dan putus asa` .

    meong : hmmm…saya butuh waktu untuk mncerna kata2 anda. sedikit banyak saya bisa memahami. intinya ada pada bagian paragraf terakhir kah ??
    saya setuju, semua mempunyai berbagai sudut pandang, mungkin saja iri pun demikian. bagi saya, yang membedakan adalah niat.

    Kesombongan merupakan hal yg NEGATIF, baik dr sisi persepsi maupun perspektif.

    meong : mengapa ??

    *fiuu.. komennya pjg x. mhn maaf, saya baru tau anda ternyata psikolog `empirik` :-)*

    meong : waduh, saya ini psikoclok (sok) eksentrik :mrgreen:
    thank you, sudah mampir dan turut memberikan pencerahan.

  18. Ping balik: Secangkir sisa cola kemarin dan kisah tentang komunitas … « Laan van Kronenburg

  19. euh…saya berusaha banget untuk menjauhkan diri dari sifat tersebut…

    iri = sirik. sirik tanda tak mampu. jadi saya harus berusaha supaya gak sirik sama orang lain… ๐Ÿ™„

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s