saya sudah, kamu bagaimana ??

Akhir Oktober 2008. Lokasi Bebek Ginyo, Tebet. Time : siang panas menyengat.

Makan siang yang terlambat. Perut keroncongan langsung menyambut sukacita menu siang itu, bebek masak cabai hijau, tahu goreng yang menul-menul, sambel mangga, dan jus jambu merah. Tak usah saya ceritakan nikmatnya makan siang kali itu, juga interior Bebek Ginyo yang cukup antik, penuh dengan poster-poster iklan jaman dulu kala, lalu lalang tamu-tamu yang modis (mengingat lokasi merupakan ajang gaul di Tebet, full dengan distro, kafe-kafe, etc).

Selesai makan, saya beranjak untuk cuci tangan di wastafel bergaya alami, terbuat dari gerabah. Kebetulan, wastafel di samping saya juga ada pengunjung yg sedang cuci tangan. Saya iseng mengamati. Sosok pemuda gaul itu terus menyabun tangannya cukup lama, sementara air keran terus mengalir. Sedangkan saya, juga masih berkutat dengan sabun karena sambil membersihkan kuku-kuku, dan keran saya matikan. Pemuda tersebut selesai, melenggang pergi dengan keran belum tertutup sempurna.

Kegiatan cuci tangan saya berlangsung hingga ada dua pengunjung yang cuci tangan di sebelah saya, dan semua melakukan habit serupa. Mensabuni jemarinya, sementara keran air dibiarkan menyala sia-sia. Ketika saya kembali ke meja makan, saya masih asyik meneruskan kegiatan mengamati perilaku cuci tangan. Wow, dari beberapa orang yang sempat saya amanti, ternyata hanya satu orang yang ingat untuk menutup keran sementara ia bersabun.

Jogjakarta. Awal November. Malam berhujan. Kentucky Fried Chicken.

Saya kembali mengamati perilaku cuci tangan. Ohoooyy….mengapa di Jogja juga ?? Asyik bersabun, dan tidak mematikan keran. Mengajari anaknya untuk cuci tangan tapi alpa mengajari anak untuk menghargai lingkungan.

Jogjakarta. Setiap berhenti di perempatan lampu merah. Terutama yang ada panel surya dan timernya.

Klik, saya matikan mesin kendaraan jika sedang tercegat lampu merah. Baru saya nyalakan lima detik menjelang lampu hijau. Ini kebiasaan baru, gara-gara Si Dia melakukan hal serupa. Saya sempat ragu dan males, dan berdalih, jika alasannya untuk menghemat bahan bakar fosil. Bukannya ketika sedang men-starter akan mengkonsumsi bensin banyak juga ??

Tapi kemudian saya disadarkan, andai semua kendaraan bermotor yang berhenti di lampu merah melakukan hal serupa, akan mengurangi polusi udara di tempat tersebut. Akan membantu saudara-saudara kita yang naik motor roda dua, yang terpaksa menghirup asap dan timbal yang keluar dari knalpot kendaraan lain.

Well, mudah bukan, melakukan sesuatu untuk dunia yang lebih baik ??

Bukan hal yang besar, yang menakjubkan, yang menguras tenaga. Hal-hal kecil saja.

Saya diberitahu, to change the world, we must become the change we want to see in the world.

Temans, dunia seperti apa yang kamu inginkan ???


21 pemikiran pada “saya sudah, kamu bagaimana ??

  1. saya juga setuju, banyak orang yang kurang sadar untuk mengefesiensikan sesuatu yang dianggap sebagai hal yang sepele, menutup keran misalnya… dan hmmm saya sendiri kadang juga melakukannya (sigh).

    segala sesuatu memang harus dimulai dari diri sendiri…

    meong : gampang kok….percaya deh…

    mbak, tukeran link yuk!

    meong : hmmm…yuk !

  2. perlu memeth tahu juga ketika kendaraan distart itu jumlah polusinya lebih tinggi daripada kendaraan yang sudah dalam keadaan standby [mesin menyala, gigi NOL]

    jadi perilaku mematikan-menyalakan di lampu merah itu malah bisa menimbulkan polusi yang lebih tinggi dan juga membuat mesin kendaraan cepat rusak.

    meong : ah begitukah ?? hmmm….

    [gak semua yang kamu baca ini benar. cek di jurnal ilmiah yang banyak bergentayangan di internet]

    meong : :mrgreen: *timpuk2 dion*

  3. nah aku sih kebalikannya…
    aku biarin keran menyala tapi tidak deras,
    but waktu melakukan panggilan alam di kamar mandi πŸ˜€

    meong : utk nylamurke *indonesianya apa ya* suara blung…blung…ato sooorrrrrr itu ya ?? kan iso diganti kowe nyanyi ato deklamasi …

  4. Ah, saya juga sudah dari dulu menerapkan yang menutup keran kalo sedang sabunan itu… tapi kenapa orang2 kayaknya susah banget sadar ya? >_>

    meong : entahlah…aku juga, kenapa ya ndak berani negur dan ngingetin mrk ?? πŸ™„

  5. dunia ini panggung sandiwara? banyak polusi semoga saja ini adalah debu2 yang bersandiwara di pentas dunia

    meong : hmmm…..kl saya mah, saya pengin dunia yg hijau, sejuk, asri, saling cinta, saling peduli… :mrgreen;

  6. Soale wong Indon sugih-sugih, Meth….

    Semuwanya harus serba boros….

    Termasuk mentality nya

    meong : weh…semoga itu doa buat saya juga… *amiiin3* :mrgreen:
    hmmmm jd inget dg abundant mentality.

    Btw, sayah udah semuwanya. Terutama mobil kalo pas da lampu merah. Maklum, da Jakarta lampu merah ada nyang 2.5 menit….

    meong : ah, sampeyan memang suami imam idaman πŸ˜†

  7. menjawab : belum…gw belum pernah makan di bebek ginyo itu..
    (tidak fokus hal lain selain makanan) πŸ˜‰

    meong : bebek ginyo enak lho…empuk, bumbunya pas…sayang ndak fresh from the pan πŸ˜†

  8. Saya naik angkot + bus, jadi nggak bisa. πŸ˜›

    Soal air keran, biasanya ada keran yang diatur lamanya. Sekali pencet airnya nyala 10 detik trus mati. Jadi pencet, basahin, sabunan, pencet, bilas, selesai.

    *salam kenal!*

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s