disteril berakibat kepada kebahagiaan keluarga

Hari ini, saya mendaftarkan dua kucing saya (errr, yang satu bukan kucing saya sih, tapi ada kucing pendatang dan dia jinak, jadi saya bawa sekalian) ke suatu klinik hewan untuk disteril.

Di klinik hewan tersebut, saya mendapat info, ternyata aksi bakti sosial yang dilakukan klinik tersebut (ya, mereka menggelar aksi operasi sterilisasi pada kucing atau anjing dengan harga murah) bisa terselenggara karena subsidi dari suatu lembaga penyayang satwa.

Lembaga iCare dalam situsnya menyebutkan bahwa mereka ada untuk langsung beraksi dalam memperjuangkan kesejahteraan hewan, khususnya anjing dan kucing. Salah satunya adalah aksi yang digelar hari ini, yaitu operasi sterilisasi pada hewan anjing dan kucing.

Pertanyaannya, mengapa steril ? Masih banyak awam yang kasihan jika binatang  peliharaan harus disteril. Padahal ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh, terutama bagi kita, penyayang binatang dan pemelihara binatang. Saya sendiri sudah mempraktekannya, dan alhamdulillah, kucing saya Cici hingga hari ini sehat dan lincah ceria cantik mempesona.

Berikut adalah petikan dari selebaran yang saya ambil, berkaitan dengan aksi iCare melakukan operasi sterilisasi anjing dan kucing.

Q : apa keuntungan sterilisasi ?

A : satwa peliharaan lebih sehat. sterilisasi menyehatkan satwa dengan mengurangi resiko kanker dan penyakit lain. sterilisasi juga mengurangi kemungkinan satwa berkelahi dengan satwa lain, maka secara tidak langsung sterilisasi melindungi peliharaan anda dari luka infeksi gigitan berkelahi. satwa yang disteril senang tinggal di rumah dan mengurangi kecenderungan kabur sehingga kemungkinan tertabrak lebih kecil.

Q : apa hubungannya dengan keluarga bahagia ?

A : sterilisasi mengurangi kecenderungan spraying, melolong, kabur, dan berbagai kebiasaan mengganggu lainnya. anda tidak lagi harus kerepotan ketika peliharaan sedang birahi, dan juga waktu dan segala kerepotan lain untuk membesarkan anakan peliharaan yang lebih dari seekor.

Q : oh, begitu. jadi keluarga bahagia karena segala kerepotan yang mungkin ditimbulkan oleh peliharaan bisa diminimalisir. oke, lainnya ?

A : sterilisasi berdampak langsung thd kecelakaan yang ditimbulkan oleh gigitan anjing. kebanyakan kecelakaan disebabkan oleh agresivitas anjing jantang yg sedang birahi atau betina yg sedang hamil / melahirkan, sehinga sterilisasi akan mengurangi agresivitas tersebut. lingkungan menjadi lebih sehat.

Selain itu, akan semakin sedikit hewan-hewan terlantar yg tidak mempunyai rumah, malah mungkin tidak ada lagi hewan yang homeless. sehingga tidak ada lagi satwa jalanan yang menjadi korban kejahatan manusia.

Q : kalau saya ingin anak saya berkesempatan untuk membesarkan bayi satwa dan mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, tanggung jawab, dan cinta lingkungan, bagaimana ?

A : hubungi tempat penampungan atau grup penyelamat satwa dan tanyakan apabila bisa mendaftar sebagai orang tua angkat atau memelihara indukan yang akan beranak. atau adopsi anakan satwa.

*semoga semua makhluk berbahagia*

*doa dari Sang Budha*

22 Desember

*sebelumnya saya peringatkan, bahwa ini postingan menye-menye, soale saya belum pernah posting menye-menye beginian, jadi dilarang protes*

😆

Sayang,  aku bingung waktu hendak menulis ini. Aku mau menulis apa ?

Bahkan merangkai kata-kata selaiknya pujangga saja, mendadak tanganku kelu. Dua jam aku termangu di depan layar. Berulangkali menghapus rangkaian kata yang sudah terketik. Bingung. Sebenarnya apa sih, yang mau aku sampaikan ?

Sayang, di hari ulang tahunmu ini, aku minta maaf, kali ini tak bisa mengkado apa yang kamu inginkan. (Katamu malam minggu kemarin, kamu menginginkan kado berupa mertua. Alasanmu, karena kalau pasangan, dirimu sudah punya, tinggal mertua saja yang belum. Ah, cara merayu yang aneh 😆 )

Justru, di ulang tahunmu ini, malah aku yang bersyukur, karena hadirmu adalah hadiah terindah dariNya untukku. Aku belajar banyak, sangat banyakdarimu, mengenai cinta dan mencintai. Dalam proses itu ku jatuh bangun, tersandung kerikil-kerikil bahkan sempat terpuruk, tapi kau tak lelah di sampingku. Menerimaku apa adanya, yang tak sempurna ini.

Sekarang, justru aku yang bingung. Kalau hari ini ulang tahunmu, mengapa justru aku yang merasa mendapat kado ? Hihihhihi….. :mrgreen:

Sayang, thank you for everything.

Happy birthday. We knew that HE/SHE  loves us booth.

Saling menjadi rekan peziarahan, mewujudkan cinta tidak hanya menjadi kata sifat tapi juga kata kerja. Lucky me to have you beside me, My Man…. Love you…

*sedang berpikir-pikir, untuk menutup kolom komen*

:mrgreen:

lari atau hadapi ?

Awalnya dari membaca rubrik konsultasi psikologi di koran cetak Kompas. Seorang gadis muda, dia bermasalah dengan pengasuhan orang tuanya. Ibu yang sangat dominan dan ayah yang acuh. Si Gadis merasa tak berdaya.

Next. Cinta pertama. Usia SD. Dengan teman sejenis. Si Gadis mengklaim bahwa cinta monyet tersebut sudah dilandasi nafsu seksual, bukan sekedar suka-sukaan. Lantas, cinta sesama jenisnya benar-benar mendapat tempat ketika yang bersangkutan kuliah. Tapi tidak berakhir seperti yang diharapkan, yah, sebenarnya sama saja dengan kisah cinta yang lain. Ada sedih dan senang. Putus dan berlanjut.

Next. Si Gadis gelisah. Fantasi seksualnya akhir-akhir ini semakin kerap diwarnai adegan kekerasan. Jika dirinya sedang mengalami tekanan, dia merasa pribadinya berubah menjadi kejam dan manipulatif.

Kisah kedua. Tentang seorang pembunuh psikopat yang dikenal sebagai Killer Clown. Membunuh 33 anak muda, semua lelaki, semua mengalami kekerasan seksual. Sebagian ditanam di halaman rumahnya, sebagian ditanam di jalanan.

Mengalami masa kecil yang tidak menyenangkan. Ayah yang alkoholik dan melakukakan tindak kekerasan terhadap dirinya. Saya membayangkan John Gacy kecil ini  menderita, dan seperti anak-anak kecil di seluruh penjuru dunia, dia tidak berdaya.

Ketiga. Kisah fiksi. Film thriller yang dibintangi Jennifer Lopez. Duh, saya lupa judulnya. Berkisah tentang pembunuh berantai. Korbannya adalah gadis-gadis muda, yang disiksa terlebih dahulu sebelum dibunuh, dan mayatnya dijadikan eksperimen laiknya boneka. Mengalami penyimpangan perilaku masochis, suka menyakiti dan menyiksa diri sendiri dengan cara-cara yang tidak terbayangkan.

Masa kecilnya digambarkan suram. Lagi-lagi ayah yang kejam. Suka memukuli dan mencambuk, bahkan menyetrika anaknya yang waktu itu masih kecil. Bahkan memaksanya untuk menonton adegan seksual yang tidak pantas. Menciptakan memori kengerian dan traumatis yang luar biasa.

Kisah-kisah tersebut membuat saya merenung. Ketika seseorang menjadi korban akibat perlakuan orang lain, apakah yang mereka rasakan ? Pada kasus pertama, korban merasa benci sekaligus tidak berdaya. Tapi menariknya, mengapa orientasi seksualnya menjadi homo ? Dan saya melihat ada identifikasi dia terhadap ibunya.
Sama dengan dua kisah lainnya. Mereka menjadi korban kekerasan orang tuanya. Tapi mengapa mereka ketika tumbuh menjadi sama kejamnya bahkan lebih kejam daripada orang tuanya ?

Saya merenung lagi. Betapa kebencian yang begitu dalam terhadap sesuatu, malah semakin mendekatkan diri kita kepada sesuatu yang kita benci tersebut. Kita berubah menjadi monster mirip dengan yang kita benci tersebut.

Dalam teori psikologi, ada dua hal yang biasa dilakukan jika seseorang mendapat masalah. Lari atau hadapi.

Lari dari masalah, bentuknya bisa macam-macam. Tapi intinya adalah, ia berusaha men-denial atau menyangkal. Dia tidak jujur dengan dirinya. Dia berbohong dan merepress semua hal-hal yang ingin dilupakan/dibenci ke alam bawah sadarnya.

Semakin berat yang dia tanggung sendiri, maka kekuatan jiwanya juga makin tertekan. Jika jiwanya termasuk rentan, maka akan ada yang pecah dalam jiwanya.

Seperti kisah Karen, yang mengalami siksaan seksual yang sangat hebat di masa kecilnya, justru oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya.

Saya tidak menyalahkan pilihan respon mereka-mereka yang saya kisahkan di atas. Bagaimanapun, kondisi mereka yang masih kecil, tidak seberdaya orang dewasa. Dan, lagi-lagi, orang tualah yang paling bertanggung jawab.

Saya memprihatinkan, bentuk kebencian mereka, dimana mereka merasa menjadi korban dari orang tuanya, tidak membuat mereka lebih baik. Kebencian yang sangat dalam dan dahsyat intensitasnya, ternyata membuat mereka secara tak sadar mengidentifikasikan kepada sosok yang mereka benci. Apalagi jika hal tersebut didorong oleh kekuatan alam bawah sadar, yang mana merupakan kekuatan yang jauh lebih besar daripada alam sadar.

Lari atau hadapi, jujurlah dengan diri sendiri.

lari atau hadapi ?

Awalnya dari membaca rubrik konsultasi psikologi di koran cetak Kompas. Seorang gadis muda, dia bermasalah dengan pengasuhan orang tuanya. Ibu yang sangat dominan dan ayah yang acuh. Si Gadis merasa tak berdaya.

Next. Cinta pertama. Usia SD. Dengan teman sejenis. Si Gadis mengklaim bahwa cinta monyet tersebut sudah dilandasi nafsu seksual, bukan sekedar suka-sukaan. Lantas, cinta sesama jenisnya benar-benar mendapat tempat ketika yang bersangkutan kuliah. Tapi tidak berakhir seperti yang diharapkan, yah, sebenarnya sama saja dengan kisah cinta yang lain. Ada sedih dan senang. Putus dan berlanjut.

Next. Si Gadis gelisah. Fantasi seksualnya akhir-akhir ini semakin kerap diwarnai adegan kekerasan. Jika dirinya sedang mengalami tekanan, dia merasa pribadinya berubah menjadi kejam dan manipulatif.

Kisah kedua. Tentang seorang pembunuh bayaran yang dikenal sebagai Killer Clown. Membunuh 33 anak muda, semua lelaki, semua mengalami kekerasan seksual. Sebagian ditanam di halaman rumahnya, sebagian ditanam di jalanan.

Mengalami masa kecil yang tidak menyenangkan. Ayah yang alkoholik dan melakukakn tindak kekerasan terhadap dirinya. Saya membayangkan, Gacy kecil pun menderita dan seperti anak-anak kecil di seluruh penjuru dunia, dia tidak berdaya.

Ketiga. Kisah fiksi. Film thriller yang dibintangi Jennifer Lopez. Duh, saya lupa judulnya. Berkisah tentang pembunuh berantai. Korbannya adalah gadis-gadis muda, yang disiksa terlebih dahulu sebelum dibunuh, dan mayatnya dijadikan eksperimen laiknya boneka. Mengalami penyimpangan perilaku masochis, suka menyakiti dan menyiksa diri sendiri dengan cara-cara yang tidak terbayangkan.

Masa kecilnya digambarkan suram. Lagi-lagi ayah yang kejam. Suka memukuli dan mencambuk, bahkan menyetrika anaknya yang waktu itu masih kecil. Bahkan memaksanya untuk menonton adegan seksual yang tidak pantas. Menciptakan memori kengerian dan traumatis yang luar biasa.

Kisah-kisah tersebut membuat saya merenung. Ketika seseorang menjadi korban akibat perlakuan orang lain, apakah yang mereka rasakan ? Pada kasus pertama, korban merasa benci sekaligus tidak berdaya. Tapi menariknya, mengapa orientasi seksualnya menjadi homo ? Dan saya melihat ada identifikasi dia terhadap ibunya.
Sama dengan dua kisah lainnya. Mereka menjadi korban kekerasan orang tuanya. Tapi mengapa mereka ketika tumbuh menjadi sama kejamnya bahkan lebih kejam daripada orang tuanya ?

Saya merenung lagi. Betapa kebencian yang begitu dalam terhadap sesuatu, malah semakin mendekatkan diri kita kepada sesuatu yang kita benci tersebut. Kita berubah menjadi monster mirip dengan yang kita benci tersebut.

Dalam teori psikologi, ada dua hal yang biasa dilakukan jika seseorang mendapat masalah. Lari atau hadapi.

Lari dari masalah, bentuknya bisa macam-macam. Tapi intinya adalah, ia berusaha men-denial atau menyangkal. Dia tidak jujur dengan dirinya. Dia berbohong dan merepress semua hal-hal yang ingin dilupakan/dibenci ke alam bawah sadarnya.

Semakin berat yang dia tanggung sendiri, maka kekuatan jiwanya juga makin tertekan. Jika jiwanya termasuk rentan, maka akan ada yang pecah dalam jiwanya.

Seperti kisah Karen, yang mengalami siksaan seksual yang sangat hebat di masa kecilnya, justru oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya.

oleh-oleh dari cangkringan, kaliurang

Hari Minggu kemaren, niatnya sih mau jalan-jalan menyusuri kali di Kaliurang. Semi hiking tapi yang fun, untuk beginner macam saya ini. :mrgreen:

Tapi apa daya, hujan yang mengguyur kota Jogja, membuat rencana tersebut terancam gagal. Karena niat jeng-jeng sudah membulat, maka suatu improvisasi diperlukan. Maka, jadilah kemaren jalan-jalan buang bensin menyusuri Kaliurang. Ehm, rindu yang membuncah dengan alam, membuat kami nekat menyusuri Kaliurang sembari berhujan-hujan.

Kali ini tak banyak yang saya katakan, cukuplah gambar yang bicara.

di-atas-jembatan-kalikuning1

Ini di jembatan Kalikuning…eh, sekarang jembatannya baru loh. Baru dibangun, hehehe..udah selesai kok.

Ngalamun di jembatan ini bakalan disuguhi pemandangan Merapi yang indah buanget. Udah gitu, konstruksi jembatannya juga unik, karena menurun di tengah-tengah. Saya ga tahu, ini jembatan lahar ato bukan. Katanya kalo jembatan lahar, konstruksinya beda dengan jembatan biasa.

Trus, yang asik lagi, kamu bisa turun jembatan dan main-main di sungai ^^

*sempet mergoki bekas tapak manusia dan anjing. sepertinya ada yang ngajak anjingnya jalan-jalan menyusuri Kaliurang di pagi hari. Uwaah…jadi pengin punya Siberian Husky..*

jembatan-baru2

jembatan-kalikuing-lawas1

jembatan-kokoh1

brem-bali

*ini intermezzo. nemu botol kosong tak bertuan di pinggir jembatan. huhuuuww….ada yang mencoba untuk menghangatkan diri, rupanya… :mrgreen: *

Pakdheeee…pengen oleh-oleh dari Bali ini nih… 😛

sayurane-wong-ndeso1

Tau ga, ternyata tanaman meliar seperti ini, yang banyak terdapat di sekitar kali, oleh warga setempat sering dipetik dan dimasak gitu. Sempet ketemu sama ibu-ibu yang lagi methiki tanaman tersebut, ada dua jenis tanaman tapi lupa apa namanya. Katanya enak utk dimasak santan pedas ato dioseng. (mmm)

warung-umbul

warung-umbul2

pemanangan-dpn-warung

Sewaktu lewat warung ini, ntah kenapa, saya jadi ngiler dan memutusan untuk mampir. Sate jamurnya itu looohhh…saya kan suka sekali dengan berbagai jamuran. Kata Pak Bondan, jamur adalah The King of Vegetables. Padahal 40 menit sebelumnya, kami sudah makan lontong tuyuhan di deket kampus UII lho…tapi hawa dingin memang membuat siapapun cepat melapar… :mrgreen:

Dari warung tersebut, kita bisa melihat pemandangan indah, bukit Turgo yang diselimuti kabut dan kebun-kebun nan permai. ^_^

jangan-lobok-ijo

jangan-lombok-ijo2

jangan-lombok-ijo3

puyuh-bacem1

pepes-jamur

Pepes jamur ini sungguh sedap dan bisa untuk oleh-oleh. Cuma 1500 perak pebungkus. Kaliurang sepertinya memang jadi sentra industri kecil jamur, banyak yang membudidayakan jamur, terlihat dari banyaknya grajen untuk media jamur di rumah-rumah.

Olahan jamur yang lain, yang ohhhh….sungguh sedaaappp….. *merem melek*

sate-jamur-tiram

sunflower2

sunflower3

sunflower4

sunflower

minta-kembang

Ndak jauh dari warung tersebut, ada kebun cabe yang pinggirnya dipenuhi dengan bunga matahari. Berhubung bunga matahari ini termasuk bunga favoritku, jadilah ku manfaatkan untuk menikmati  keindahannya, syukur kalo bisa minta bijinya untuk ditanam. Eeee….ternyata boleh. Tuh, sama si Ibu, malah diambilin biji-biji dari bunga yang sudah tua.  See, bunganya tinggi ya ? Konon, tingginya bisa mencapai dua meter lho.

Kali ini, rute bergeser ke arah Kaliadem. Pemandangan di Kaliadem lebih eksotis, karena jika kita minggir sedikit, sudah bisa menyaksikan jurang-jurang nan curam. Dari atas kita bisa menyaksikan sisa-sisa wedhus gembel yang berubah wujud menjadi berkah bagi sebagian orang : tambang pasir.

Tak lupa, kalau mau terus, kita bisa ber-lava tour. Berhubung sudah sering, kami memutuskan untuk terus menyusuri jalur alternatif.

kaliadem2

kaliadem

tambang-pasir21

tambang-pasir

pedhut

Karena kabut alias pedhut semakin tebal (sementara kegiatan penambangan di bawah kami tidak jua berhenti), maka kami memutuskan pulang. Tentu saja dengan membawa segepok peps jamur yang menanti untuk dipanggang.

THE END          :mrgreen:

perilaku jajan anak-anak, cermin pola asuh orang tuanya

Menjelang Idul Adha kemarin, pas saya belanja di superkampret eh hypermarket terbesar yang terletak di kota Jogja, saya ketemu hal menarik. Waktu itu lagi antri di kasir. Ga terlalu penuh, tapi sekalinya belanja, trolly-nya isi segambreng semua, sedangkan saya cuma beli susu pasteurisasi saja.

Nah, depan saya adalah ibu-ibu dengan belanjaan naujubillah banyaknya. Saya lirik angka yang tertera di kasir. 500an ribu sekian dan masih akan bertambah. Saya mengingat-ingat, tanggal berapa sih, waktu itu. Oke, karena saya bukan orang gajian, jadi ga tau apakah tanggal segitu pas gajian ato tidak.

Lalu saya melirik ke belanjaannya. Wooowww…..susu bubuk anak-anak merk enfakid ada banyak dus (lebih dari 5, keknya), 3 kardus aqua gelasan, berbagai barang kebutuhan, trus yang menarik perhatian adalah banyaknya jajanan untuk anak-anak macam oreo, jelly, taro, dsb.

Lantas saya melirik lagi ke arah suami dan anak-anak usia balita yang menunggu belanjaan keluarga rampung. Dari pakaian yang mereka kenakan, saya menilai bahwa mereka bukan keluarga snob, alias tipikal keluarga kebanyakan di Indonesia (hehe).

Saya pengen mengkritisi dua hal dari apa yang saya lihat waktu itu.

Pertama, soal susu bubuk yang dibeli ibu tersebut. Total belanjaan susu ga murah lhooo….untuk merk tersebut, keknya nyampe 200an rebu. Sudah begitu, untuk ibu yang ‘galak’ (oke, diksi galak sepertinya berlebihan, disiplin deh), sehari bisa habis 2-3 gelas susu. Means, sekardus 400gram susu, bisa untuk beberapa hari saja, paling pol seminggu deh.

Ibu tersebut pasti ga pernah ngeblog dan membaca postingan bahwa susu mahal dan murah adalah sama saja (nuduh).  :mrgreen:

Dia juga mustinya baca ini , ini,  dan bersikap lebih kritis terhadap tayangan televisi termasuk iklan-iklannya.

Anak-anak ibu tersebut sudah balita, mungkin sudah 4 tahun ke atas. Sepertinya akan lebih baik jika diberi susu cair seperti susu sapi murni ato susu UHT ato susu pasteurisasi (menurut pendapat ibu Lita).

Selain itu, mencermati produk belanjanya yang membeli ukup banyak jajanan tidak bernutrisi seperti oreo, jelly, dll, haduh, sungguh membuat saya prihatin. Tuduhan saya, ibu dan keluarga tersebut adalah korban iklan televisi. Saya membayangkan, kebanyakan waktunya dihabiskan di depan televisi. Sayang sekali.

Jajanan tersebut, dari pemahaman awam macam saya, tidak mengandung nutrisi. Oke, dia (produk tersebut) dalam iklannya mengklain, sudah menyertakan vitamin, mineral, dsb. Tapi, bagaimana dengan kandungan gula ? Kandungan garam ?

Saya benernya juga suka sih, ngemil produk-produk macam itu. Apalagi kalo belanja di superkampret dalam keadaan perut lapar. Godaan untuk membeli cemilan ga penting macam taro, oreo, dsb, cukup besar. Lalu perilaku ngemilnya juga ndak sehat, yaitu ketika lagi asik mantengin tipi, ato duduk doang di depan laptop. Wes, pokoknya ndak sehat deh, bikin obesitas lebih cepet. Karena itu, saya tahu banget, kalau citarasa yang lebih diutamakan di dalam cemilan tersebut. Citarasa manis dan asin. Hampir sama dengan nglamuti gula pasir dan royco.    😆

Sementara, di sekitar kita benernya masih banyak camilan tradisional yang jauh lebih menyehakan. Sifat alaminya membuat lebih banyak kandungan nutrisi dan serat (yang utama). Kenapa jajanan tradisional makin ga ngetren di kalangan keluarga untuk dihidangkan sebagai camilan anak-anak ? Misal, pisang rebus, grontol, lupis, ubi-ubian yang bisa diolah berbagai macam, jagung rebus, kedelai rebus, etc.

grontol

*grontol, jajanan ndeso, terbua dari jagung tua yang udah diklocop dan kemudian direbus*

Beberapa hari ini, saya kok pengen bernostalgia untuk nyemil jajanan tradisional grontol. Grontol adalah pipilan jagung yang direbus, kemudian disajikan dengan kelapa parut dan garam. Kalau mau manis, dicampur gula pasir.

Memang, dari segi penampilan, kurang menarik. Dari segi rasa juga kalah dengan berbagai jajanan modern tersebut. Nutrisinya pun, sebenarnya juga tidak terlalu tinggi. Tapi dari pemikiran saya, jajanan ini kaya serat. Dan bagi ibu yang kreatif, grontol bisa diolah lagi dicampur sama apa kek, sehingga lebih bergizi. *belum bisa kasih ide*   :mrgreen:

Ketika saya makan di rumah, pembantu saya dan Nyokap komentar. Mereka jadi ingat masa kecilnya demi melihat grontol yang saya makan. Katanya, jaman mereka kecil dulu, cemilan ya sebangsa seperti itu. Misal gembili, ketela pohon, dan ubi-ubian sejenisnya, yang diolah macam-macam dari dikukus doang sampe dibikin tiwul. Tidak ada yang namanya jajanan seperti yang ada sekarang ini.

ibu-penjual-jajanan-tradisional

ngladeni-lupi

ngladeni-lupis2

*ibu penjual jajanan grontol, ketan ireng, dan lupis di pasar kranggan. sayangnya, gula jawa alias juruh yang dimasak beliau, keknya udah dicampur apa gitu, jadi krasa pait kalo ketelen. lupisnya juga ga menul-menul. errrr…..problema pelaku ekonomi mikro yang kurang sadar dengan kesehatan* 🙄       *duh OOT*

Kedua hal yang berbeda tersebut, membuat saya mengasumsikan, ada hubungan antara pola jajan anak-anak dan perilaku parenting orang tua.  Begini, hipotesa saya adalah, orang tua yang cenderung permisif, maka anak-anaknya suka sekali jajan cemilan-cemilan yang mereka tonton di telivisi (korban iklan televisi). Orang tua seperti itu cenderung kurang aware dengan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak-anaknya. Misal seperti tayangan televisi yang kian hari kian parah, mereka cenderung kurang menyadari bahayanya. Asal anak mereka anteng, ndak masalah. Selain itu, orang tua juga cenderung kurang kritis.

Namanya juga hipotesa, jadi belum dibuktikan lewat penelitian   😆

*Mungkin ada yang berminat untuk menjadikan topik spkripsi ?* 😉

ps. Postingan terkait asumsi saya mengenai perilaku jajan anak-anak dan perilaku konumtif.

ps2. kalo ada yang mo nyari lopis enak di pasar kranggan, saya siap mengantar 😛

kepala berjenggot

Waktu nonton iklan di tipi lokal, secara tak sengaja saya menemukan hal yang membuat saya ngakak sengakak-ngakaknya.

😆 😆 😆

kepala-jenggot24

kepala-jenggot4

*oke saya perjelas, ini teh produksi gunung subur, Solo*

perhatikan gambar yang jadi ikon pembungkusnya.


karl_marx24

karl_marx5

marx_karl31

*lhaaaaaa kalo ini, apa masih perlu diperjelas, gambarnya siapa ? sanah, masuk SD lagi !!!* 👿

PS. tiga gambar terakhir berkat mbah gugel, salah satunya emang kupipes dr wikipedia. mohon maap, tidak menyertakan link-nya.