perilaku jajan anak-anak, cermin pola asuh orang tuanya

Menjelang Idul Adha kemarin, pas saya belanja di superkampret eh hypermarket terbesar yang terletak di kota Jogja, saya ketemu hal menarik. Waktu itu lagi antri di kasir. Ga terlalu penuh, tapi sekalinya belanja, trolly-nya isi segambreng semua, sedangkan saya cuma beli susu pasteurisasi saja.

Nah, depan saya adalah ibu-ibu dengan belanjaan naujubillah banyaknya. Saya lirik angka yang tertera di kasir. 500an ribu sekian dan masih akan bertambah. Saya mengingat-ingat, tanggal berapa sih, waktu itu. Oke, karena saya bukan orang gajian, jadi ga tau apakah tanggal segitu pas gajian ato tidak.

Lalu saya melirik ke belanjaannya. Wooowww…..susu bubuk anak-anak merk enfakid ada banyak dus (lebih dari 5, keknya), 3 kardus aqua gelasan, berbagai barang kebutuhan, trus yang menarik perhatian adalah banyaknya jajanan untuk anak-anak macam oreo, jelly, taro, dsb.

Lantas saya melirik lagi ke arah suami dan anak-anak usia balita yang menunggu belanjaan keluarga rampung. Dari pakaian yang mereka kenakan, saya menilai bahwa mereka bukan keluarga snob, alias tipikal keluarga kebanyakan di Indonesia (hehe).

Saya pengen mengkritisi dua hal dari apa yang saya lihat waktu itu.

Pertama, soal susu bubuk yang dibeli ibu tersebut. Total belanjaan susu ga murah lhooo….untuk merk tersebut, keknya nyampe 200an rebu. Sudah begitu, untuk ibu yang ‘galak’ (oke, diksi galak sepertinya berlebihan, disiplin deh), sehari bisa habis 2-3 gelas susu. Means, sekardus 400gram susu, bisa untuk beberapa hari saja, paling pol seminggu deh.

Ibu tersebut pasti ga pernah ngeblog dan membaca postingan bahwa susu mahal dan murah adalah sama saja (nuduh).  :mrgreen:

Dia juga mustinya baca ini , ini,  dan bersikap lebih kritis terhadap tayangan televisi termasuk iklan-iklannya.

Anak-anak ibu tersebut sudah balita, mungkin sudah 4 tahun ke atas. Sepertinya akan lebih baik jika diberi susu cair seperti susu sapi murni ato susu UHT ato susu pasteurisasi (menurut pendapat ibu Lita).

Selain itu, mencermati produk belanjanya yang membeli ukup banyak jajanan tidak bernutrisi seperti oreo, jelly, dll, haduh, sungguh membuat saya prihatin. Tuduhan saya, ibu dan keluarga tersebut adalah korban iklan televisi. Saya membayangkan, kebanyakan waktunya dihabiskan di depan televisi. Sayang sekali.

Jajanan tersebut, dari pemahaman awam macam saya, tidak mengandung nutrisi. Oke, dia (produk tersebut) dalam iklannya mengklain, sudah menyertakan vitamin, mineral, dsb. Tapi, bagaimana dengan kandungan gula ? Kandungan garam ?

Saya benernya juga suka sih, ngemil produk-produk macam itu. Apalagi kalo belanja di superkampret dalam keadaan perut lapar. Godaan untuk membeli cemilan ga penting macam taro, oreo, dsb, cukup besar. Lalu perilaku ngemilnya juga ndak sehat, yaitu ketika lagi asik mantengin tipi, ato duduk doang di depan laptop. Wes, pokoknya ndak sehat deh, bikin obesitas lebih cepet. Karena itu, saya tahu banget, kalau citarasa yang lebih diutamakan di dalam cemilan tersebut. Citarasa manis dan asin. Hampir sama dengan nglamuti gula pasir dan royco.    😆

Sementara, di sekitar kita benernya masih banyak camilan tradisional yang jauh lebih menyehakan. Sifat alaminya membuat lebih banyak kandungan nutrisi dan serat (yang utama). Kenapa jajanan tradisional makin ga ngetren di kalangan keluarga untuk dihidangkan sebagai camilan anak-anak ? Misal, pisang rebus, grontol, lupis, ubi-ubian yang bisa diolah berbagai macam, jagung rebus, kedelai rebus, etc.

grontol

*grontol, jajanan ndeso, terbua dari jagung tua yang udah diklocop dan kemudian direbus*

Beberapa hari ini, saya kok pengen bernostalgia untuk nyemil jajanan tradisional grontol. Grontol adalah pipilan jagung yang direbus, kemudian disajikan dengan kelapa parut dan garam. Kalau mau manis, dicampur gula pasir.

Memang, dari segi penampilan, kurang menarik. Dari segi rasa juga kalah dengan berbagai jajanan modern tersebut. Nutrisinya pun, sebenarnya juga tidak terlalu tinggi. Tapi dari pemikiran saya, jajanan ini kaya serat. Dan bagi ibu yang kreatif, grontol bisa diolah lagi dicampur sama apa kek, sehingga lebih bergizi. *belum bisa kasih ide*   :mrgreen:

Ketika saya makan di rumah, pembantu saya dan Nyokap komentar. Mereka jadi ingat masa kecilnya demi melihat grontol yang saya makan. Katanya, jaman mereka kecil dulu, cemilan ya sebangsa seperti itu. Misal gembili, ketela pohon, dan ubi-ubian sejenisnya, yang diolah macam-macam dari dikukus doang sampe dibikin tiwul. Tidak ada yang namanya jajanan seperti yang ada sekarang ini.

ibu-penjual-jajanan-tradisional

ngladeni-lupi

ngladeni-lupis2

*ibu penjual jajanan grontol, ketan ireng, dan lupis di pasar kranggan. sayangnya, gula jawa alias juruh yang dimasak beliau, keknya udah dicampur apa gitu, jadi krasa pait kalo ketelen. lupisnya juga ga menul-menul. errrr…..problema pelaku ekonomi mikro yang kurang sadar dengan kesehatan* 🙄       *duh OOT*

Kedua hal yang berbeda tersebut, membuat saya mengasumsikan, ada hubungan antara pola jajan anak-anak dan perilaku parenting orang tua.  Begini, hipotesa saya adalah, orang tua yang cenderung permisif, maka anak-anaknya suka sekali jajan cemilan-cemilan yang mereka tonton di telivisi (korban iklan televisi). Orang tua seperti itu cenderung kurang aware dengan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak-anaknya. Misal seperti tayangan televisi yang kian hari kian parah, mereka cenderung kurang menyadari bahayanya. Asal anak mereka anteng, ndak masalah. Selain itu, orang tua juga cenderung kurang kritis.

Namanya juga hipotesa, jadi belum dibuktikan lewat penelitian   😆

*Mungkin ada yang berminat untuk menjadikan topik spkripsi ?* 😉

ps. Postingan terkait asumsi saya mengenai perilaku jajan anak-anak dan perilaku konumtif.

ps2. kalo ada yang mo nyari lopis enak di pasar kranggan, saya siap mengantar 😛

40 pemikiran pada “perilaku jajan anak-anak, cermin pola asuh orang tuanya

  1. ilustrasi jaman dl …
    nona V yang cantik : meth, mau taro?
    meth kecil : mau, tapi ga boleh bapak…
    nona V yang sexy : kalo ice krim gimana?
    meth kecil : ga boleh ma ibu…
    nona V yang pintar : ya wis, coki-coki aja nih..
    meth kecil : (melas) itu juga ga boleh…
    nona V yang baik hati : (menawarkan semua) permen loli? wafer?chiki?silverqueen?
    meth kecil : tes…tes…(ngeces aj)

    meong : huwaaakakakaakkkkk 😆 99X
    huaduh, kok tau siy, gw ga boleh sembarangan jajan waktu kecil. *efeknya, smp sekarang msh terobsesi ma arumanis dan bon-bon*

    miss V yang cantik itu, waktu kecilnya suka jajan apa aja ya ? :mrgreen:
    untung, gede gini ketemu miss M yang smart dan baik hati ….

    *kursus kamasutra*

  2. eh met..kemaren dapet info dari temen yang buka katering n penggila masak, suatu hari pas berkunjung di toko kimia ada ibu2 yang membeli pemutih/pengental yang dipake untuk kue2 jajan pasar, sebagai pengganti santan(ex tuk kue lapis)…wuahh jajan murah dipasar harus waspada juga *apalagi di jakarta* kalo dijogja murahmasih wajar..

    meong : glekkkk !!! 😯
    atas nama laba ya….kepentingan yg jangka panjang ga dipikir… :rolling:

    eh kian, apakah menurutmu, kesehatan cuma jadi milik orang kaya aja ?

  3. kejadian kek pengalaman *kian* lebih sering terjadi; mencari makanan sehat memang susah setengah mati, sepanjang pengalaman mulai dari kue lapis dengan pewarna dan pemanis tak sehat sampai formalin yang dicampurkan sebagai bumbu pecel biar tidak lekas basi.

    kalau penging makanan yang sehat, tanamlah bahan pangan sendiri [perhatikan pupuk dan obat hamanya], petik dan cuci yang bersih, dan pastikan tidak mencampurkan dengan bahan kimia berbahaya saat memasak, terakhir santaplah sebelum disentuh lalat atau keburu basi

    **gue kan petani so inilah ide sehat dari petani**

    meong : ini ide yg sgt bagus di era yang mendewakan kepraktisan. semoga banyak yang berpikiran demikian ^_^

  4. Yaaahh, oreo kan enak, mbak

    *OOT tenan

    Eh, ga jadi OOT. Untuk cemilan anak, saya bikinin susu coklat, jeruk, mentimun, telur rebus, ubi goreng, kentang goreng, atau ayam goreng (lah, ini sih lauk).

    Kadang aja dibolehin yang mengandung 3P (baca: Pengawet Perasa Pewarna).

    meong : hedooooop sanggita :mrgreen:

    timun jd cemilan ? kenapa ga pepaya, apokat, mangga, pisang, gt ?

  5. saya suka lupissssssss!!!

    tapi untuk urusan susu, saya tetap memilih Chil Kid ketimbang susu kotak yang murah itu… dan yang penting adalah pola didik untuk anak sedari kecil.

    meong : aku suka susu kedelai ato susu pasteurisasi 😛
    kemaren di jogja, sempet mborong lupis ga jeng ? :mrgreen:

  6. Mungkin keluarga itu punya warung kecil di depan rumah buat usaha sampingan… jadi belanja jajanannya banyak 🙄

    meong : dr apa yang kulihat sih, jajanan yg dibeli cukup banyak tapi belum cukup banyak untuk buka warung 🙄

  7. hmm…anak2 sekarang itu doyan makan junkfood.. sampe2 mereka rela kluar duit bnyk cm bwt makan “sampah”…

    meong : ortu harusnya bisa mengontrol dan membimbing anak2nya mengenai pola makan yang sehat…asumsiku sih, ortu yg mudah membawa anaknya makan junk food, lebih konsumtif drpd yang enggak 😆
    *lagi2 main hipotesa*

  8. meong kok panjang banget postingan kali ini?

    meong : dari pertama aku posting, aku udah terbiasa nulis panjang, minimal 800 kata 🙄

    masalah susu mahal murah sama itu apa sudah dibuktikan meong?

    meong : klik aja link-link yang kucantumkan.

    btw, kalo ke sby bawa grontol yaaaa… di sini sudah ndak ada! 😉

    meeeeeeooooong!!!!!

    meong : 😯 mosok ndak ada ???
    kl gt, aku buka warung grontol aja deeehhh 😆

  9. aku kangen lopis!!!!! hihihihi… cetitet juga mau… :-p

    meong : eh, cetitet itu opo ?

    kalo menurutku, ibu ibu yang belanja itu kulakan koq mba med.. ;))

    meong : untuk yg juga sama2 kulakan, ibu itu kurang banyak utk kulakan, kentang nanggung gt… 😛

  10. karena jajanan tradisional kemasannya ndak bagus, mbak 😀

    meong : bettoooolll…..karena seringkali daku beli suatu barang pun karena kemasannya :mrgreen:

    coba yang tukang bikin jajanan tradisional melibatkan desainer grafis buat mbikin kemasannya, trus diiklanin di tivi2 dengan dian sastro sebagai bintang iklannya, pasti produknya saya beli tiap hari :mrgreen:

    meong : lha kowe juga tukang desain to ? mbok iya’o…. :mrgreen:

  11. Ah, judulnya klise. :mrgreen:

    meong : hussss…..antara kita sesama psikolog, diam2 aja dong…. :mrgreen:

    Terus, bisa dibalik nggak. Kalau orang tuanya kebalikan dari hipotesisnya, maka anaknya jajannya seperti apa ? Atau malah nggak jajan-jajan, malah ortunya yang “jajan” 😆

    meong : dibalik hipotesisnya jadi… “pola asuh ortu cermin dari perilaku jajan anak” ato “perilaku jajan ortu cermin pola asuh anak” 🙄
    heh ! hehh !! kok membingungkan . . . 😆

    Eh iya, saya juga pernah makan grontol di pasar kranggan. Sudah lama sekali, sekitar tahun 90-an, dan rasanya waktu itu luar biasa….. aneh. Maklum, lidah orang Papua kan beda…. Hehehehe….

    meong : lhoooo…..ngapain kok nyasar mpe kranggan ?? ga mampir rumah lg, kan dekettttt 😛
    lidah papua ya ? bukannya lidah batak ? 🙄 :mrgreen:

  12. sedangkan saya cuma beli susu pasteurisasi saja.

    Baru tahu ada susu seperti itu… 😕

    meong : masak sih ?? ahaaaa…jarang belanja ke superkampret yaaa ? :mrgreen:

    Tuduhan saya, ibu dan keluarga tersebut adalah korban iklan televisi. Saya membayangkan, kebanyakan waktunya dihabiskan di depan televisi. Sayang sekali.

    Yaaa… habis gimana lagi? Televisi sudah jadi koran wajib dengan infotainmen dan iklan sebagai tontonan fardhu ‘ain kaum ibu… :roll

    meong : duh….mudah2an asumsi ini salah ya.. *prihatin dg nasib kaum ibu yg gak kritis begini….taruhannya adalah masa depan bangsa je…*

    *dirajam ibu2* 😛

    Sementara, di sekitar kita benernya masih banyak camilan tradisional yang jauh lebih menyehatkan. Sifat alaminya membuat lebih banyak kandungan nutrisi dan serat (yang utama). Kenapa jajanan tradisional makin ga ngetren di kalangan keluarga untuk dihidangkan sebagai camilan anak-anak ?

    Mungkin karena pasar bebas dan arus informasi yang membuat makanan lokal “tidak keren di mata” pribumi Endonesa? 😛

    Saya lihat hal ini juga ada kok di daerah saya sendiri. Orang2 muda yang dulu dgn uang saku pas2an ngemil pisang goreng di sudut kampus, sejak impor bule deras datang ke Aceh, sudah fasih bilang: Pisang Goreng mengandung kolesterol…. mari, mari ke Pizza HUT!

    meong : kl menurutku, krn pengaruh iklan. produsen gencar mengiklankan produk camilan ga sehat itu, massive dan bombastis sekali *lebay*. saya aja yg tau cemilan tersebut ga sehat, kadang juga kepingin, melihat visualisasinya.
    see, visualisasi cukup berpengaruh dalam hal persuasi begini. apalagi kalo ibu2 / ortu yang ga tahan dengan rengekan anaknya yg terpengaruh iklan. padahal, anak kecil itu sangat mudah terpengaruh dengan apa yang mereka lihat, apalgi iklan. jadi ya…. 🙄

    Memang, dari segi penampilan, kurang menarik.

    Bisa jadi. Mungkin karena dijual dalam bentuk jajanan rakyat di kaki lima, maka tampilannya tidak nyeni. Ibu2 PKK di desa saya bisa memodif makanan tradisional jadi menarik, cuma sayang….masih dalam batasan utk lomba 😐

    meong : HEEEYYYY !!!! itu menarik sekali, jadi benernya ada potensi yg belum diaktualkan secara maksimal. wah moga2 ada pihak yang perhatian dg hal tersebut dan mempromosikan. misal, bondan winarno dengan jalansutra-nya.

    Dari segi rasa juga kalah dengan berbagai jajanan modern tersebut.

    Lha… kalo ini bukannya urusan lidah? Dan urusan lidah bisa subjektif, apalagi kalo sudah dipengaruhi gaya hidup. Makan tape ketan bisa jadi merusak gaya hidup kosmopolitan bagi sejumlah manusia, jeng 😀

    meong : etadi, pas di jalan, tiba2 nemu pencerahan. lidah kita ini bisa jadi udah diperkosa oleh MSG, penguat rasa, dll apapun itu yang membuat rasa makanan lebih nendang, tp ga alami.
    coba deh, masakan yang dimasak dengan bumbu minimalis, kebanyakan kita yang terbiasa dengan masakan2 yg dimasak dg MSG dll, akan berpendapat bhw masakan tsb kurang sedep.

    *Mungkin ada yang berminat untuk menjadikan topik spkripsi ?* 😉

    *clingak-clinguk menunggu yang alergi kata skripsi* :mrgreen:

    meong : 😆

    ps2. kalo ada yang mo nyari lopis enak di pasar kranggan, saya siap mengantar 😛

    Silakan dikirim saja. Alamat tersedia sesegera mungkin 😆

    *ngarepdotkom*

    meong : barter ma ayam tangkap ya ? :mrgreen:

  13. sayah gabungan keduwanya Meth…

    jajanan masa kini tak beliin, nyang ndeso™ jugak tak beliin.

    meong : wah kl mas mbel, jajanan ndesonya macem sate godril, kepiting dan udang goreng/rebus di jogja sae…. 😉
    *edyyuuuunnnn, yo podho wae, mas. errrr….tapi tapi aku jg mauuuu *hypersaliva*

    Kebetulan da Cibubur nama pasarnya nya jugak sama, Pasar Kranggan…… 😀

    meong : ealah, masak siy ?? kranggan ki artine opo yo… *jd penasaran*

  14. wah bisa jadi tuh, orang tua yang mengompori anak untuk jajan nggak sehat.

    meong : ngomporinya krn ybs belum sadar… 🙄

    mengenai pisang rebus, saya sering membuat sendiri di rumah. Pagi-pagi ada pasar berjalan yang lewat gang dan ngetem di rumah, dan biasanya jualan pisang kepok. enak dan murah meriah, apalagi waktu bokek.

    meong : betchuuullll….enak, murah, dan sehat *buat badan dan juga kantong* :mrgreen:

    mau dong sekali-kali diajak ke pasar kranggan berburu jajanan enak… hehehe

    meong : belum pernah ya ? ^^

  15. tapi yang jelas pasti ibu itu berduit, kalo gak berduit mana bisa beli sebanyak itu. Tapi apakah itu duitnya beneran ato hasil nipu, ngutang ato nemu….. 😆 entahlah, saya cuma berkomentar dan tak berani berasumsi, itu hak anda 😀

    meong : woooooyyy..asumsi yg baik2 aja lah 😆

  16. Wah keliatannya enak tuh. Tapi ibunya itu banyak bener belanjaannya sampe 500 ribu ke atas. Hehehe. :mrgreen:

    meong : banyak sedikit itu relatif. dan ibu tersebut belanja buat keluarganya, keknya belanja bulanan. nominal segitu adalah wajar utk kalangan menengah. dan kataya sih, buat yg punya bayi dan diberi susu formula, nominal segitu adl pengeluaran minimum per bulan.
    jadi, kl mau punya bayi yang diberi susu formula, gaji bapak perbulan minimal kudu 3 jeti ya… :mrgreen:

  17. enggg sekali2 sih boleh juga anak2 saya kasih cemilan macem itu..kadang2 anak2 yg terlalu dibatasi malah gampang sakit sih..

    meong : eh, gampang sakit ? err….. 🙄
    kl alasannya adl supaya ketika besar ga terobsesi sama arumanis sih, saya terima :mrgreen:

  18. kalo gw sih beli susu kaga usah pake ‘kalap’ langsung banyak begitu.. beli aja dikit2 barang 1 ato 2 box dulu.. jadi kesannya kan susu tetep murah (he.. he..) pis yow..!

    meong : ya…yaa…..monggo… :mrgreen:
    tapi anak2nya dikasi jajanan sehat ya ^^

  19. beruntunglah anak2 yg dibesarkan jauh dari mol (dan dari tv) 😀
    *yang nggak suka beliin snack buat ponakan2, mending dibeliin mainan ataw dibuatin jajanan sendiri* -besok klo udah punya anak boleh pesen kok Med-

    hihi

    meong : waaahhhh….mau buanget mbak, sumprit, iya ntar aku pesen deh, utk tart weddingku *howax yg moga2 cepet jd kenyataan* :mrgreen:

  20. Membiasakan anak sekolah untuk membawa bekal dari rumahnyamasing-masing adalah langkah preventif, sembari diberdayakan pemahaman-nya bahwa mengkonsumsi jajanan diluar harus selektif.

    meong : betoooollll….setujuuuuuuuu……

    Di negeri paman sam-pun, perombakan besar-besaran akan nilai nutris makanan di kantin sekolah sedang terus dilakukan agar mereka tidak menderita obesity (kegemukan).

    Mungkin kita masih jaduh dari langkah seperti disana, namun semuanya mulai dari rumah (orangtua) dan bekerjasama dengan sekolah ybs. Mesti ada policy yang jelas.. namun setidaknya dimulailah dengan membawa bekal sendiri.

    meong : mas luigi mengingatkan saya, dg kebiasaan masa kecil pas teka dulu. banyak ortu yg membawakan bekal untuk anaknya. makanya, kl main ke toko/superkampret macam Progo, kan ada banyak tuh, kotak plastik / snack box yg lucu2 utk anak2, juga botol minuman.
    tp begitu masuk SD, kebiasaan tsb menurun drastis. sementara saya masih setia bawa botol minuman (kadang snack box) dari rumah, teman2 yg begitu, makin dikit. mereka lebih suka dibekali duit jajan. 🙄

  21. Lah, cetitet itu bukannya ga sehat to? Kan nasi basi dicampur bleng. Kalo dijemur dan dipotong tipis2 bisa jadi karak.

    meong : oooo…cetitet tu itu to….
    iya bener juga siy, ga semua jajanan tradisional itu sehat. etapi kl cetitet ini mah, produk kreativ karena memanfaatkan yg tersisa. prinsip 3R, trutama yg recycle-nya 😆

    Emang anakku suka mentimun, mbak. Mungkin karena lihat lingkungan sekitarnya (nenek, ayah, ibu) yang suka sayur kali ya. Mangga, alpukat, salak, jeruk baby, teteup jadi cemilan wajib.

    Malah kemarin sore aku baru tahu kalo si sulung yang baru 3 tahun itu juga seneng ngemil…selada! Aku khawatir tiba2 dia berubah jadi kambing.

    *jadi kepikiran nulis : membuat anak menyukai sayur dan buah itu mudah, hehe (cling2)

    meong : wah iya, iya, tulis aja. problema klasik banyak ibu tuh ^^

  22. Lha situh pas sayah ke jogja, tak ajak jalan kok ndak mau. Alesannya situh takut jatuh cinta sama sayah..

    ***halah….***

    .
    Sayah jugak ndak tau arti kranggan, Meth…
    Waktu 2003 pindahan sayah jugak ngerasa kok kayak ndak kemana-mana karena unsur kesamaan nama inih.

    Udah setaun inih pasar jadi rapih setelah di renov. Ndak becyek dan bauk kayak dulu.

    Sayah kalo Minggu pagi sering mbeli sandung lamur buwat dibikin Oseng-oseng Mercon….. :mrgreen:

    meong : iyah…saya waktu itu nervous dan grogi berat, ndak ada persiyapan bakalan ketemuan sama imam sesat yang termasyhur dan kondang seantero jagat *sampe2 ada gigolo yg minta tolong via sms* :mrgreen:

    wah, pasar tradisional direnovasi jadi bersih gt ? 😯
    bagus bangeeeeetttt itu, bisa jd obyek wisata baru. asik e, jalan2 pagi di pasar tradisional itu. sayangnya ya itu, becyek dan kotor.
    tp kl jadi bersih gt, asik tuh.

    hah, beli sandung lamur ? dimasak semur ? kok asik banget sih….udah lama biangeti ga masak itu… *hypersaliva*

  23. wah mendadak kepengen grontol……karo cenil…..

    meong : ternyata yang suka grontol ga cuma aku ya ^^
    padahal citarasa grontol itu begitu sederhana. aku suka cenil, puthu, lopis, pisang rebus, sukun, telo, dll, dll ^_^

  24. Grontol….makanan favorit saya dan sekarang makin susah dicari…padahal rasanya enak dan gurih

    meong : haaaiiii…ada lagi penyuka grontol ^^
    iya jajanan atu itu, emang agak sulit nyarinya, ga seperti lupis ato puthu yg relatif lebih gampang nemunya.
    ah ah ah, tiba2 jd kangen jenang2an, seperti jenang gempol…

  25. heee, sama, klo belanja musti kenyang dl biyar nda laper mata 😀

    jd keinget adek saya yg sk bgt mkn jajan murah2 d warung -_________-;
    pdhl batuk2 mulu

    meong : waduh, itu krn diberi uang jajan dan ndak diajari utk mengelola uang tsb menjadi lbh berguna :mrgreen:
    lebih baik diajari menabung dan wiraswasta sejak dini aja :mrgreen:

  26. wuah dadi pengen grontol, kalo aku nyebutnya “blenduk”.

    meong : ooo…blenduk ? istilah semarangan ya?

    Jangan-jangan ibu itu kulakan, jadi itu barang dijual lagi, nggak dikonsumsi sendiri

    meong : sudah kubilang, kl utk kulakan, nanggung, baik dr segi kuantitas maupun varian barangnya….

  27. Waa..
    Rame jg y diskasny..
    mb meth,kan ktanya td acara belanja2ny menjelang idul adha, ya mnrtku mmg wajar2 saja pada penuhi tr0lly nya. Mgkin ada acara tertentu? Si anak diberi kesempatan ‘openh0use’ ama teman2ny mgkn..? Atw p0nakan2 mw kumpul? Bs jg kyak ms t0bil blg,mau disumbangkan?
    Nek mbakul jg masi mgkn,bs aj dia cm kbetulan cm tambah2i st0ck yg uda ada..? Atw jg itu ti2pan tetangga2ny? hihi..
    Etc..etc..
    Mnurut saya baik jajanan pasar or snack kemasan puny kelemahan masing2,kayak yg uda dibeberkan teman2 di atas. Tapi sungguh kasian si anak kl dipantangi ini itu. Yg penting tidak berlebihan,dan tetap ada penyeimbangnya; Si ibu jg hrus giat mengasup bahan2 makanan yg berfungsi mendet0ksifikasi zat2 asing yg sulit disaring itu..
    Jadi mudah2an resik0nya tidak sefatal yang kita dengar selama ini..
    H0ke,h0ke.. S0alny gmn gt kl dr kecil uda pantang ini itu..yg ada malah jd rentan pula..
    Saya suka kasian liat anak org yg badanny kurus;ibunya suka ngeluh kl si anak susah bgt makannya;tapi begitu di rumah org,si anak bs makan dg lahap! Miris tauU liatnya..

  28. Ping balik: MENJADI KONSUMEN CERDAS ADALAH KEWAJIBAN DI TENGAH SERBUAN PRODUSEN LICIK NAN CURANG « r e s t l e s s a n g e l

  29. mbak tolong kirimin teori tantang perilaku jajan donk..

    perilaku jajan itu sebenarnya dipengaruhi oleh apa aja.
    beserta nama bukunya kalau bisa.

    tolong ya mbak,.

    thanks before

  30. Ping balik: Mengajarkan Anak Mengelola Uang Saku | jeungvita

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s