Beberapa hari ini hidup saya bersentuhan dengan cermin lewat cara yang mengesankan. Buku-buku dan juga postingan ini.
Mengenai cermin, saya selalu ingin menjadi danau bagi orang lain. Memberi kesejukan sekaligus menjadi cermin tanpa orang lain tahu seberapa dalamnya danau tersebut (cieehhh…pentung!! Pentung!!)
Mengapa cermin ? Mungkin karena saya selalu mendambakan adanya sahabat yang mau menjadi cermin bagi saya. Yang membuat saya setingkat lebih sadar. Menuju kedalaman diri. Mampu melihat diri saya apa adanya dan menerimanya apa adanya.
Cermin, bagi saya adalah juga salah satu caraNya berbicara. Dari apa yang saya sadari sih, cermin kita ada di mana-mana, bahkan ada dalam diri setiap orang yang kita temui. Saya sering melihat pantulan diri saya dalam sosok-sosok yang saya jumpai.
Melihat acara di tipi. Sosok yang membuat sebal dan ikut-ikutan mencerca menghakimi secara sepihak. Tanpa (atau menolak) menyadari bahwa diri ini sebenarnya juga mirip dengan sosok yang dicerca tersebut.
Berjumpa dengan seseorang. Menggunjingkannya. Kalau perlu tambahi bumbu yang berupa opini dan asumsi yang mengarah kepada penghakiman. Lagi-lagi tidak sadar bahwa diri ini kadang juga melakukan hal yang dipergunjingkan. Diri ini tidak suci dan bebas nilai.
Rupanya, tidak semua orang mampu melihat cermin itu. Atau sebenarnya mereka mampu melihat pantulan gambar dirinya tapi mereka menolak untuk melihatnya ? Tidak mau menerima pantulan dirinya ? Mengapa ?
Seseorang yang bijak pernah berkata kepada saya, semakin terang sinar yang menyinari, juga berarti daki-daki kotoran pada tubuh yang selama ini tersembunyi, semakin jelas terlihat.
Hubungannya dengan cermin ? Entah. Rasanya sih ada, tapi belum bisa merangkai kata-katanya. Ah, semoga Anda bisa menemukan sendiri.
Orang lain adalah diri kita sendiri dalam bentuk yang lain Mbak. Ketika kita melihat orang lain menyebalkan, seperti itulah diri kita. Ketika kita melihat semua orang menyenangkan, maka bersyukurlah.
Sedangkan untuk menjadi cermin bagi orang lain, tentu saja diri kita harus bersih. Bagaimana mungkin cermin akan memantulkan bayangan asli jika dirinya sendiri tertutup debu?
meong :
aku kok setuju dengan paragraf pertamamu. terutama yang bagian syukur itu.
utk paragraf kedua, beraaaatt……kamu menohokku, ndal. mak jlebbbb 😛
Hello….nice post…. 😀
meong :
thanks…
kalau ingin menjadi cermin, jadilah cermin yang jujur. jangan menampilkan keindahan padahal sebenarnya di dalam hati berfikir buruk
meong :
pernahkah ada cermin yang tak jujur ?
cerminku retak…
meong :
wahhh….. :O
tapi aku melihat di balik cermin retak itu terdapat hati yang tak bercela…
Ah, jadi ingat tontonan anak saya si Dibo, yang salah satu sahabatnya,
seorang kelinci, merasa dirinya paling cantik didunia… tapi ketika dia berkaca, yang dipantulkan oleh kaca tersebut justru kebusukan hatinya… jadi dia tidak pernah merasa cantik.
Lalu disalahinlah cerminnya… padahal ketika sahabat2nya bercermin… mereka melihat pantulan diri mereka sendiri… hangat dan bersahabat…
Ketika si Dibo menasehati sang kelinci untuk mencoba tidak peduli pada penampilan fisiknya… care pada sahabatnya yang berulangtahun dengan membuatkan birthday tart untuk sahabatnya… Tentu saja setelah itu dia terlihat kotor, penuh tepung dan mentega… secara fisik… look so messy 🙂
Tapi justru ketika dia melewati sebuah cermin sambil mengantar tart tersebut… dia menemukan cermin itu memantulkan gambar dirinya yang sungguh bercahaya… Indah, cantik… and look so bright…
Ternyata… cermin bisa berbicara banyak… hanyasaja… mata kita terkadang tidak mampu melihat lebih dalam,… karena tertutup oleh ketamakan dan sifat negatif kita sendiri…
But you are beaufitul dear… posting kamu selalu menggambarkan your inside beauty:)
meong :
sudah lebih sehat, jeng silly ? sehat dong….ini udah bisa komen puanjang kali lebar kali tinggi
saya suka sama komen jeng silly yang saya quote. betul, terlalu banyak mengeluh membuat lupa bersyukur dan memburamkan kemampuan untuk melihat pantulan pada cermin.
Yah, kadang ada perbedaan antara bayangan cermin yang ingin kita lihat, dan bayangan cermin yang sebenarnya terlihat…
Kalau memeth jadi cermin buat saya, gambarnya kira-kira apa ya..? 🙄
meong :
yang pertama mah, illusi kaleeeee…
kalo saya jadi cermin kamu ? apa yang kamu lihat tentangmu di diriku ? 😉
itu sabtu pagih waktu ke YK kebutulan bukan diniatin jalan YK koq… cuman nyangsar…
blum diniatin cabut ke YK koq.. masih ada urusan da solo mBak meong…
nantih sayah kontak kalok mo cabut ke YK…
meong :
👿
wuedyian…gaya bahasane…udah cocok jadi anaknya mbah mbel 😆
jangan dicabut, masukin aja….*ki ngomong opo toh*cermin merupakan teman untuk berekspresi
meong :
iya ya ? malah ga kepikiran.
kita sendiri adalah cermin, seperti kata sandal.
“andai di cermingw ada wajahloh, pastilah gg bosen gw tuk bercermin”
hi tanteku cantik, salam kenal ya…
mampir dong ke rumah imajinasi gw, thanq
kunjungan perdana
jahh…. nyang penting jangan sampai seperti kata pepatah : “Buruk muka cermin
dijuwaldibelah”mereka yg selalu memandang remeh sebenarnya tanpa sadar meremehkan dirinya sendiri… efek kaca..
hi tante angel™!
salam kenal deh,,,,,
kalo jadi cermin, cuma bisa niru donk…
moga sukses yah
meong :
ga cuma bisa niru tapi juga mimikri, hiihhihi
bukan pada masalah meniru, tapi dengan bercermin ato dan menjadi cermin, diharapkan makin mengenal dirinya. kata hadis; siapa yang mengenal dirinya maka mengenal Tuhannya.
tsaahhh…jadi kek bu ustad neh…. *jadi ga enak ati*
Udah baca tulisan Fadh Jibran tentang cermin? bagus banget, say. Kontemplatif. Linknya di-blogku side-bar sebelah kanan.
meong :
sudah dari tekape. bagus tapi belum mak nyess di hatiku. gpp, mungkin belum waktunya saja.
Ups, baru baca link-mu di atas. Ternyata sama yang nulis. Si Fahd ‘Pejalan Jauh’ Jibran, hehe
meong :
😆 😆
sama2 pejalan jauh tapi berbeda orang, ternyata. makanya tadi buka blognya fahd jibran kok merasa ada yg aneh. 😆
*summon zen*
jadih situ mau dimasukin-dicabut-dimasukin-dicabut-dimasukin-dicabut begitu seterusnyah??

akwokaowkaokwaokwa
meong :
trus duit berhamburan…mau aja *membayangkan mesin ATM*
cermin??
mmmm…mengingatkan pada kumpulan jerawat bandel hasil puber kedua di wajah gw….
(bukan sesuatu yang keren untuk diingat..sigh…)
meong :
everytime i look into the mirror, i see beautiful lady. strong and kind heart. she might not have perfect hair, perfect skin tone, perfect abs, but she’s beautiful inside-out. 😉
cermin – bikin nyadar, kalo gue tuh ternyata jelek 😛
dan, sok narsis lagi.. hahahah
meong :
(applause) trus habis itu ?
itulah kenapa ada istilah mencerminkan 🙂
saia adalah cerminan orang berbudi luhur
meong :
ameeeen !! haleluya !!
duit apa “duwww…wwwiiiiiiiittttt”
akwoakwkaokwoakwoa
seseorang yang pengen skali ke Jogja