Postingan ini tak mencoba menggali tentang mitos kecantikan, pengaruh iklan, perilaku konsumen, dsb. Jadi, semalam saya menemukan artikel ini. Saya langsung seperti mendapat ilham. Saya kopas ya, bagian yang memberikan saya pencerahan:
Membuat keputusan bagi dirinya sendiri merupakan sebuah issue yang cukup besar di kalangan para wanita. Kebanyakan wanita takut mengambil keputusan untuk kehidupannya. Mereka begitu memperhatikan pendapat-pendapat dari berbagai pihak sampai-sampai mereka lupa untuk mendengarkan suara hatinya sendiri. Sehingga, tak jarang para wanita berakhir di sebuah kondisi kehidupan yang bukan menjadi pilihan mereka.
Klise memang, “mendengarkan suara hati”.
Issue-nya adalah, perempuan harus lebih berdaya untuk membuat keputusan sendiri berdasar apa kata hati mereka, alih-alih menuruti apa yang menurut orang lain itu baik untuk dia. Tak mudah, dalam prosesnya. Karena sangat mungkin, suara hati justru bertentangan dengan norma. Misal, menikah karena desakan orang tua. Masyarakat mungkin akan menuding si A durhaka karena memilih untuk tidak menuruti keinginan orang tuanya.
Perempuan harus lebih sering mendengarkan suara hatinya sendiri. Tidak terdikte oleh media, perempuan cantik itu yang seperti apa. Perempuan sempurna itu tampil seperti yang dicitrakan di iklan dan berbagai majalah gaya hidup, oh tidak, itu kata mereka dan itu citra, imaji. Perempuan katanya baru komplet kalau sudah menjadi istri dan menjadi ibu. Lantas bagaimana dengan mereka yang memilih tidak menikah, yang cerai, yang tidak dikaruniai putra-putri?
Judul di atas hanyalah sebagian kecil, contoh, ketika suara pihak lain lebih didengar. Keputusan yang diambil pun bukan atas nama jiwa sendiri yang berdaulat penuh, tapi kekhawatiran kalau dirinya tidak menarik karena berkulit gelap. Ketika penerimaan lelaki menjadi lebih penting daripada kedaulatan jiwanya yang lebih agung daripada sekedar kulit. Tapi sekali lagi, ini hanya contoh.
Suara hati kita lama tak terdengar, kalah oleh riuh rendah suara-suara ketakutan, kekhawatiran, kecemasan, dll. Seorang kawan berkata, langkah pertama untuk mendengar suara hati kita adalah mulai dengan penerimaan diri, mencintai diri apa adanya. Tidak usah melabeli diri dengan label-label negatif, dengan menerima sisi kelam diri kita. Juga tidak usah khawatir dicap narsis atau sombong jika kita mengakui hal-hal positif pada diri kita.
Selamat mendengar bisikan suara hati…
Catatan.
Tulisan yang sangat bagus tentang sosok Kartini, oleh kang Zen. Tulisan yang membuat saya merenung tentang impian yang kandas, ketika mencoba mengacuhkan suara hati. Ah, ya, cuma pendapat saya tentang tulisan tersebut.
med, gak perlu sekenceng itu sih …sekel aja udah cukup *komen stlh liat gambar tok* …. *mlayu*
aih didut, akan kuhantui kau dg tubuh mentekol ini :rofl:
because beauty, is depend on the eye of the beholder, actually..
nah kalo iklan-iklan itu, siapa beholder-nya, ya si produsen. mereka yang membuat mitos cantik menjadi seperti itu. putih, langsinh, berambut panjang gemulai…
mau mendobrak mitos, tergantung beholder mau buat mitos cantik seperti apa. bisa jadi kan tahun depan trend-nya cantik itu adalah sawo matang, berisi dan keriting. who knows?
katanya mas iman, proses iklan itu termsk ada FGD utk dpt consumer insight lho. dan katanya, dr FGD ditemukan bhw rata2 ingin kulit putih, rambut lurus, sbg citra perempuan ideal. tp itu soal lain yaaaa 😀
tapi tapi tapi, issuenya lebih besar dr sekedar produk pemutih kulitttt 😥
ini soal membuat keputusan sendiri, ga didikte oleh pihak lain..
Karena tulisan ini pas hari kartini memang topiknya pas tentang perempuan. Tapi masalah mendengarkan suara hatinya sendiri, yang bukan perempuan pun tidak bebas dari masalah ini.
Suara-suara dan tuntutan orang tua, pacar, istri, masyarakat terhadap apa yg harus dilakukan seseorang (yg kadang bertentangan dengan suara hati) ini rasanya masalah yg bukan hanya eksklusif milik perempuan.
memang bukan eksklusif milik perempuan.
katakanlah, sesuai dg momennya, krn kenyataan di lapangan, perempuan masih terdikte oleh pihak lain.
menentukan keputusan sendiri, spt dibilang, tak sebebas dilakukan oleh laki2. masih banyak komen2 bernada miring jk ada perempuan membuat keputusan sendiri yg ‘menyimpang’ dr apa yg seharusnya.
misal, tidak menikah. ato menunda punya anak. ato bepergian sendiri travelling. msh ada pihak2 yg khawatir etc etc.
Aha, sesuai momen dan lokasi, karena di sekitar saya sekarang kebetulan perempuan (atau laki-lai) tidak menikah, menikah tidak punya anak, atau bepergian sendiri adalah hal yang lumrah :))
agak ngelantur dikit …
paling selalu tanya outfit klo mau pergi …
pake ini atau pake ini ?
ini padanannya sama ini atau ini?
klo dah dikasih masukan, tanya lagi … loh kenapa ga yang ini?
sebenernya pada dasarnya berarti ini masalah pede dan ga pede …
seperti memilih photo yang akan diupload dari sekian banyak hasil jepretan …
tidak pede atas hasil pilihan, meminta orang terdekat untuk memilih yang menurutnya terbaik, walau kadang dalam hati bertanya, kenapa g sama dengan pilihanku
atau masalahnya takut rugi …
seperti lama dalam memilih menu …
datang ke tempat yang mempunyai banyak menu, dan tentu kita harus memilih satu atau dua. karena ingin yang terbaik dan “ga mau rugi” tentunya milihnya lama atau sekali lagi minta dipilihkan atau minta pendapat orang terdekat …
kl pilih menu, ya gpp kali mba 😀
tp betul, percaya diri memang salah satu faktor yg berperan.
percaya diri yg seutuhnya timbul jika kita bs menerima diri apa adanya.
hmmm…jd kapan mba kania mo motret aku? hihihi…
kanm difoto itu melatih kepercayaan diri 😆
*ndengerin bisikan suara hati* psstttt….
susah menerima diri sendiri apa adanya..karna pengaruh orglain yg menginginkan diri kta utk sperti ini ato sperti itu.. huft..
aih hera :hugs:
jgn biarkan orang lain menggenggam jiwamu yg bebas…jd ndak usah musti nurut dg org lain yg ingin kamu mjd spt yang dia inginkan/harapkan.
kalo dia kecewa, itu masalah dia… *nyengir*
pada dasarnya, masyarakat sehari-hari hidupnya dipenuhi dengan konsumsi tanda, dan iklan pemutih hanyalah salah satu dari milyaran tanda yang beredar dlm media massa terutama televisi, masyarakat adalah iklan itu sendiri,konstruksi kecantikan yang terus menerus diperdagangkan lewat televisi atau media massa lain menjadi objek yang diperdagangkan dr kedai hingga supermarket, dr mal sampai ke kamar tidur. konstruksi putih tersebut hadir sebagai sebuah realitas semu yang pada akhirnya diamini oleh kaum perempuan pada umumnya.
listen to your heart aja, ya, mbit… 😀
drpd mendengar apa kata tipi.
oalah aku pikir foto apa kok berat dibuka t-flash, ternyata seorang berbadan kekar :D. anyway yg perlu dibahas selanjutnya bila ada kesempatan adalah bagaimana memilah, memilih dan mengambil keputusan berdasarkan bisikan suara hati tersebut
bagaimana? ya dengarkan aja suara hatimu 😆
*kaburrrrrr*
lha kamu kok juga pake produk pemutih meth? hoho..
eh jd inget, balikin dong eyeshadow gw
Sekarang masalahnya gimana mendengarkan suara hati di tengah gempuran iklan dari segala penjuru dan gegap gempita tuntutan ‘masyarakat’? Itu baru tantangan dari luar.
Sometimes it’s the battle between us and the world. More often than not, I bet on the world 😛
bukan cuma iklan, ini lebih dr itu. masyarakat adalah salah satunya.
senang…..ya….?
setujuuuuu..
benciiiiiiiiiiiii liat iklan pemutih kulit… apalagi yang ada kata2nya..”aku suka angka yang lebih kecil…”
yang suka gw lanjutin dengan cetusan: “termasuk dalam mengukur IQ”
huhu..
setiap wanita, apapun dia, selama mandiri, bahagia, berguna bagi diri sendiri dan lingkungannya.. itu sudah komplit!! IMHO.
piye yo mba? kadang kalau wanita ingin membumbung tinggi, lantas malah dihalang-halangi oleh lingkungan sekitarnya dengan dalih “Kodrat Wanita”…
setuju mbak! saya juga sependapat jika itu dikaitkan bukan hanya untuk kalangan kaum hawa saja, sering dari kita (Adam) merasakan hal yang sama dalam pengambilan keputusan, mendengarkan omongan orang lain ketimbang mendengarkan kata hati!
jadi gimana nich, masih membingungkan sekali antara bisikan nurani dan bisikan reality.
Nggak klise kok. Justru ajakan utk mendengar suara hati itu perlu diingatkan terus, agar nggak kalah bising sama suara iklan produk pemutih kulit, penghitam & pelurus rambut, pelangsing badan, dll deh banyak bgt… hehehe..
ehm….mmm… foto itu ..eh … dari belakang emang mirip ma kamu,say…
dikit tapi…..
*langsung tiarap*
Saya dengar kulit wanita indonesia ini bagus… jadi buat apa menggunaan produk pemutih kalo udah bagus? 😀
sik tho, kok saya jadi teringat anak saya mbak. konon katanya anak kecil cenderung gampang dimanipulasi, kadang dia berpura-pura senang akan sesuatu kalo dipikirnya hal itu membuat orang lain senang.
jadi apakah perempuan sedang dimanipulasi? *ngangkring yuk mbak* 😆
btw gilo aku ndelok gambare mbak
Ping balik: Mumpung Jomblo, Pergilah Lihat Dunia Seluasnya, Selebarnya « r e s t l e s s a n g e l
Ping balik: Tweets that mention Mengapa Perempuan Bisa Terdikte Oleh Iklan Pemutih ? « r e s t l e s s a n g e l -- Topsy.com
Wah kasihan yg kulitnya gelap dong? kalo pakai pemutih wajah pasti jadinya belang.
Heran deh. perempuan bule kulitnya ingin seperti orang asia tenggara. Eh di sini justru kebalikannya 😀
serem…gimana jdinya ya..kalau ototnya gitu trus pukulin aku..frettt