Bangga Warga Jogja

image

Ketika tulisan ini dibuat siang tadi pada jam ishoma, ribuan warga Jogja sedang memadati Malioboro. Mereka bukan sedang berwisata atau habis sholat Idul Fitri/Idul Adha, mereka sedang mengadakan aksi massa terkait dengan penetapan status istimewa Yogyakarta.

Dari sisi politik maupun historis, saya tidak menguasai mengapa warga Jogja begitu “menuntut” label istimewa untuk daerahnya.Berkaitan dengan tuntutan bahwa warga menuntut gubernur harus Sri Sultan, jika itu dikaitkan dengan penyebab Jogja istimewa, saya tidak terlalu setuju. Saya sebagai warga Jogja asli, bahkan jika nantinya pemerintahan pusat mencabut label istimewa, saya tetap merasa Jogja sebagai daerah istimewa.

Keistimewaan Jogja bagi saya tak semata terkait dengan sejarahnya atau malah dengan landmarknya. Tugu Jogja bisa saja ambruk seperti tahun 1800an yang sempat hancur digoyang gempa. Kraton jogja (bangunannya) bisa saja berubah muka dan fungsi sebagaimana bangunan-bangunan bersejarah di Jogja yang pelahan mulai berubah menjadi tempat komersial. Penetapan kepala daerah gubernur harus Sultan, saya memilih no comment karena alasan tertentu, yang saya lebih nyaman untuk diobrolkan sambil ngopi sore daripada saya tulis.

Keistimewaan Jogja menurut saya terletak pada karakternya, karakter orang Jogja secara umum. Hingga postingan ini saya tulis, ribuan massa masih memadati kawasan Malioboro. Toko-toko, menurut laporan @dabgenthong dan @KILDDJ mereka tutup dengan sukarela. Malah mereka juga menyediakan air minum cuma-cuma. Saya berharap, keistimewaan Jogja saat ini sedang ditunjukkan dan diwujudkan oleh warga Jogja sendiri. Damai, plural, tanpa kekerasan, guyub.
Setelah (dan masih) berlangsung bencana erupsi Merapi dan banjir lahar dingin, warga Jogja menunjukkan karakternya, sigap membantu dan menolong orang lain. Sekarang aksi massa berlangsung damai, itu sungguh keistimewaan Jogja dibanding daerah-daerah lainnya.

Karakter, serupa dengan value, nilai yang dipegang warga setempat. Mewariskan dan menghidupi nilai-nilai seperti kedamaian, guyub, sigap menolong, plural, dll adalah lebih long lasting daripada membangun landmark. Lebih terasa nyata karena benar-benar dirasakan, dihidupi, bahkan hingga orang Jogja tersebut hijrah kemana saja. Menunjukkan identitas dan keistimewaan Jogja.

Bravo Jogja. Jogja istimewa dengan karakternya.

14 pemikiran pada “Bangga Warga Jogja

  1. Yogya tetap istimewa tanpa pemilihan langsung ini make sense, tapi kalimat ini akan terdengar aneh kalau diucapkan ditengah massa yang berteriak marah “Penetapan harga mati” ,

    Perlu lebih banyak posting seperti ini yang tidak membuat suasana menjadi lebih panas, supaya masalah yang mendasar bisa dibahas dengan jernih seperti kata mas Paman di atas.

  2. meskipun aku bukan warga jogja, tapi aku seneng banget dengan jogja..
    coba kalo lihat FTV, semua penggambaran khas jawa selalu digambarkan dengan jogja, logat bicaranya juga jogja..

  3. Pada dasarnya, esensi gerakan pro-penetapan bukan sekedar untuk memperjuangkan kedudukan Sultan sebagai pemimpin tertinggi di Jokja. Karena seperti yang tercermin dari tulisan mbak, Jokja sendiri sudah dan selalu istimewa bagi kebanyakan orang yang pernah tinggal di sana. Termasuk saya sendiri.

    Tapi lebih untuk ‘menghukum’ pemerintah pusat yang sering (dengan sengaja) memanipulasi sejarah demi ideologi pihak yang sedang berkuasa. Dan secara formal, satu-satunya simbol keunikan pemerintahan di Jokja adalah proses penetapan Sultan sekaligus sebagai gubernur Jokja. Boleh dikata, itu semacam kearifan lokal pemerintahan khas Jokja. (Kalau dalam pemerintahan di Sumatra Barat misalnya, ada Nagari di antara pemerintahan desa (Jorong) dan kecamatan)

    “Kebiasaan” pemerintah kita yang juga harus dilawan adalah kecenderungan untuk menyeragamkan berbagai hal. Demi ‘demokrasi’, semua yang nampak berbeda harus dibabat.

    Maaf kalau ada salah kata. 🙂

  4. “Keistimewaan Jogja menurut saya terletak pada karakternya, karakter orang Jogja secara umum. ” —> setuju banget sama kalimat ini, Mbakyu.. Aku udah lama nggak ke Jogja, kemarin pas dinas kesana kok berasa “rumah” banget ya. Beda banget sama kota tempat domisiliku sekarang 😐

  5. Betoel….
    Jogja selalu istimewa. Saya nyari masakan khas Jogja di Jakarta, gak pernah nemu yg “rasanya bener”…..hehehe….

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s