bahasa jawa : bahasa yang paling gak demokratis ??

sebagai pembukaan, aku orang jogja. aseli. bokap aseli dari jogja, uda beberapa turunan tinggal di jogja. ibunda, nah ini dia, keturunan china-jawa.

sebagai orang jogja aseli, tentu udah gak asing dengan yang namanya bahasa jawa. malah kalo dirumah, sehari-hari bahasa jawa sebagai bahasa ibu. kalo sama orang tua, musti berbahasa jawa halus / kromo inggil. sama sodara-sodara mah, tancap aja, pake jawa ngoko.

dengan teman-teman, bervariasi. tapi seringnya sih pake dua bahasa aja, bahasa jawa dan indonesia (mangkanya, jgn ajak saya bahasa inggris, ntar keluarnya janglish -jawa english-).

anehnya, walo kehidupan saya akrab dengan jawa, TOEFL jawa saya jeblok. walo udah 15 tahunan berbahasa jawa kromo inggil dengan romo dan ibunda, masih aja blekuthuk-blekuthuk. sampe detik ini, saya masih sering ditegor bapak, karena berbahasa jawa yang belepotan. sampe-sampe saya “bangga” memproklamirkan diri sbg wong jowo sing ilang jowone –orang jawa yang hilang jawanya-.

lha gimana nggak, bahasa jawa, dari tujuh tingkatan bahasa dari yang terendah sampai yang tertinggi (ngoko, ngoko andhap, madhya, madhyantara, kromo, kromo inggil, bagongan, kedhaton), kok yang fasih dan fluent cuma ngoko. apalagi nilai-nilai jawa yang konon adiluhung.

kejadian sewaktu ikut tahlilan setahun budhe saya kemarin jumat tgl 19 oktober, menyadarkan saya. biasanya kalo ikut acara seperti itu, bisa dipastikan saya adalah yg paling kinyis2 hehehe….lainnya sudah sepuh ato separuh sepuh. seusai tahlilan, sambil nunggu hidangan diedarkan, saya diajak ngobrol oleh beberapa sodara dan kenalan. lah berhubung dari segi usia, jauh diatas saya, yah saya pake bahasa jawa kromo (nggak ngerti, kromo ato kromo inggil).

seusai acara, dalam perjalanan pulang, ibunda menegur :

” kowe nek karo Kusnah karo Nurjanah ki rasah boso.Nurjanah ki rak mbakyune Kusnah”

– terjemahan : kamu tuh, kalo sama Kusnah dan Nurjanah, ga usah bahasa kromo gitu. Nurjanah itu kan kakaknya Kusnah.

” @!^*))%# ”

– terjemahan : bingung !!!

perlu teman-teman ketahui, dua nama yang disebut itu secara usia diatas saya, jauh. around 45-50. tp secara status sosial – i dunno how to say it- -maaf – agak di bawah keluarga kita. yah secara keluarga besar saya masih lumayan feodal.

dan mengkomentari perkataan ibunda, kok malah jadi bingung dan mikir-mikir.

” mana gw ngerti, ga usah berbahasa kromo ma mereka. lha, di rasa tu ga enak aja je, sama orang tua kok ngoko. kayaknya gimana gitu. wah lebih enak pake bahasa indonesia, ga kebanyakan aturan. “

dan itu bukan yang pertama.

kalo gw ngobrol sama simbok2 di pasar, gw pake bahasa ngoko ato campuran (entah apa namanya, ngoko andhap ato madhya). gak pernah pake kromo. begitu pula teman-teman. padahal, bahasa kromo itu digunakan untuk berbicara kpd mereka yang dipandang lebih tua ato lebih dihormati -kastanya lebih tinggi-. tp rupanya, yang menang adalah kasta.

beda dengan bahasa ngoko, yang dipakai untuk berbicara dg mereka yg dianggap sepantaran ato lebih rendah ‘kastanya’. kalo dua tingkatan bahasa yg td gw sebut -bagongan dan kedhaton- kata Om Wiki, umumnya dipake kalangan keluarga kraton. masyarakat kebanyakan tidak memahami.

berangkat dari pengalaman yang kemudian direfleksikan, muncul suatu kesimpulan kalo bahasa jawa adalah bahasa yang paling tidak praktis dan paling gak demokratis. setiap berbicara dengan orang, musti dinilai dulu kastanya. lalu baru berbahasa.

misal untuk kata ‘makan’. ngoko : mangan, madhang (kalo yg paling kasar tp sering dipake becanda untuk yang sudah kenal akrab, walo bisa juga untuk menghina : mbladhog). kromo inggil : dhahar. kalo ‘maem’ ga tau deh, masuk mana. eh ‘maem’ tuh aselinya bahasa jawa lo.

contoh satu lagi. kata ‘pulang’. ngoko : bali, mulih. kromo (ato madhya ?? ah entahlah. aku bener2 ga ngerti) : wangsul. secara rasa, ini tengah-tengah. digunakan untuk mereka yg lebih tua tp kastanya lebih rendah atau bicara kepada orang tua untuk membahasakan orang yang seusia, lebih muda, ato kasta lebih rendah. kromo inggil : kondur.

waktu gw KKN di kawasan kraton dan praktek profesi di cepu, gw dan teman gw pernah ‘kesandung’ masalah ini. waktu di cepu, pas gw pulang kantor,ada bapak-bapak menyapa “kondur, dik ?? ” ; ku jawab ” inggih, pak”

besoknya, aku diketawain. pertamanya aku ga paham, apanya yang lucu. ternyata, jawabanku. ‘kondur’ itu kan buat orang yg lebih tua ato kasta lebih tinggi, jadi dalam kasus di atas, harusnya aku jawab ‘wangsul’. jadi disini aku berarti meninggikan diriku sendiri. kalo yang di kraton, yg kena temenku. dia lebih parah, sama sekali gak ngeh waktu disenyumi sesepuh di situ.

huff, itu baru dua kata. dan seperti aku bilang di atas, TOEFL jawaku jeblok. jadi gak begitu menguasai. orang bapakku aja, sewaktu aku sma, menegur aku dg tajam, hanya karena aku bilang “nggih, inggih” dengan orang tua. harusnya “njih, injih..”

GEDUBRAAAAGGGS !!!

whow, IQku yang cetek ato….. 😕

padahal aku berbahasa jawa uda dalam waktu yang sangat lama. tapi -membela diri nih- kalo melihat teman-temanku sepantaran -apalagi yang lebih junior- juga sama mengenaskan bahkan lebih parah lagi. ada yang sama sekali gak bisa bahasa kromo, karena lingkungannya cuma pake ngoko dan bahasa indonesia. parahnya, sedari bayi sampe smp, ia diasuh orang wonosari pedalaman -ndeso- jadi celetukannya khas ndeso gitu, hehehe. misal, sekedar contoh aja, ‘bensin’ diucap jd ‘bengsin’. waaaah iniudik dan katrok beneeeer lo, kl sampe keluar di kancah pergawulan bisa kena malu^^.

sewaktu SD dan SMP, kami pun menerima muatan lokal bahasa jawa. ada juga materi bahasa kromo dll ini. tp masya allah, suuuusah banget buat aku untuk membedakan antara madhya, kromo, dan kromo inggil. ceritanya, kita disuruh untuk mentranslate kalimat dalam bahasa ngoko ke dalam 3 bahasa tersebut. busyet !!! (eh jadi inget, masih ada teman2 yang masih lancar membaca dan menulis aksara jawa kah??^^)

kini jaman benar-benar telah berubah. kakakku dalam berbahasa dengan anak-anaknya pake bahasa indonesia. akibatnya, kami -om dan tante serta eyangnya- juga terikut untuk berbahasa indonesia dg si kecil tersebut. bapak dan ibu sempat tercetus kecemasan bahwa si kembar ini akan tidak menguasai bahasa jawa.

– salahnya sendiri, berbahasa kok rumit bener- ^^

kalau orang-orang tua sedemikian cemas bahwa kami, generasi muda, semakin melupakan budayajawa khususnya bahasa jawa, jujur aku gak masalah. aku pikir, kalau kami tidak mampu berbahasa jawa, apakah itu akan mengancam identitas kami ?? wong jowo ilang jawane, demikian ramalan seorang pujangga besar jawa masa lalu (kalo gak salah joyoboyo apa ya???). well, bukankah bumi ini -termasuk indonesia dan jawa didalamnya- sudah menjadi global village ??

yah aku bukannya anti banget dengan bahasa jawa sih. disamping kelemahannya, ada juga kelebihannya. biasanya, orang yang berbicara dengan bahasa jawa, otomatis perilakunya menjadi lebih santun. tapi masih ada kelemahan, timbul jarak diantara komunikator dan komunikan. seperti sewaktu cucu2 Pakdhe, hanya aku dan sodara2ku yang berbahasa kromo dan yang lain berbahasa indonesia. perasaanku, kami menjadi tidak seakrab seperti cucu2 yang lain.

di sisi lain, salah seorang leluhurku juga mengakui hal tersebut walau tidak scr tegas. eyang canggah (pokoknya eyangnya eyang bapak) secara kasta termasuk lumayan tinggi lah. tapi menurut cerita cucunya yang masih sugeng, beliau menolak untuk berbahasa jawa kromo inggil dengan anak-anak dan cucu-cucunya. katanya, beliau ingin lebih akrab. begitu pula antara ibu dan adik-adiknya dengan orang tuanya. mereka tidak berbahasa jawa kromo. tapi pertanyaannya, mengapa generasi mereka masih jauh lebih fasih berbahasa jawa kromo inggil ??? ini yang aneh ^^

aku belum tahu, apakah ada hubungan antara berbahsa jawa kromo inggil dengan keakraban / intimacy. kadang rasanya aneh juga membayangkan sepasang suami istri berbicara sehari-hari pake kromo inggil.

” nimas, monggo kito (bercinta kromo inggilnya apa??)”

-terjemahan : sayang, mari kita ….”

” injih kangmas.”

-terjemahan : ya, sayang.

” hhh….hhh….kangmas, ampun diwedalaken rumiyin njih, ingkang @$^^%* (bingung mo nulis apa dalam kromo inggilnya) ”

-terjemahan : hhhh….hhhh…..Yang, jangan dikeluarin dulu ya, yang ….

*ketika orgasme : “njiiiiih…njiiiih….njiiiiiih ”

-terjemahan : yesss…..yesssss….yessss…..

HUAHAHAHA….kok aneh bener ya 😕

tapi, benerkah ada hubungan antara berbahasa kromo inggil dengan perilaku santun ??

well, mungkin artikel ini bisa membuktikan. jadi singkatnya, ketika ada demonstrasi di depan kantor bupati karanganyar. karena pada hari tertentu diwajibkan untuk berbahasa jawa halus, maka demo pun disampaikan dg bahasa jawa halus. apa yang terjadi ??? para pendemo dilaporkan menjadi santun dan berkurang jauh kegarangannya.

*mungkin komen-komen utk postingan yg sensitip, diwajibkan untuk berbahasa jawa halus aja ya, hihihi*

* sekedar info, tp ini masih belum diakui secara ilmiah dan akademik sih. masih ada bahasa jawa lain selain tujuh tingkat yaitu bahasa walikan. ini sejenis dengan bahasa slank, dan yang lancar, pasti jenius, minimal speed otaknya sekelas ferrari gitu deh^^. soale pake aksara jawa yang dibolakbalik. contoh, DAGADU. artinya ‘matamu’. ada lagi, HONGIB = polisi, jethen pahin = cewek apik / cakep, POYA MOTHIK = ora duit / ora duwe duit, PEDAN =enak, dll.*

88 pemikiran pada “bahasa jawa : bahasa yang paling gak demokratis ??

  1. hehehehehe…. susah juga jadi orang jawa ya ? 😉

    dulu saya pernah punya pengalaman di Magelang, berbicara dengan orang tua yang kerjanya motong rumput di halaman sekolah. karena baru belajar bahasa Jawa (dr teman sialan orang Kulonprogo), maka dengan gagah perkasa mencoba bicara dgn bapak tua itu.

    apa yang terjadi ? pembicaraan penuh kebingungan 🙂 saya pake ngoko (padahal nggak boleh, tapi yang didapat cuma itu) dan si bapak pake kromo. dan teman sialan itu cuma ketawa-ketiwi dari jauh. *sialan*

    sempat dulu kepikiran masuk jurusan sastra (jawa atau batak), tapi entah kenapa terdampar di psikologi…. dan sekarang sudah lupa lagi berbahasa Jawa karena nggak pernah praktek lagi, cuma pasif saja.

    *lebih enak jadi orang Batak, nggak ada tingkatannya…* 😆

    nice posting….

    • Gak susah sih jadi orang Jawa.Kebetulan aja yg nulis bikin susah diri sendiri,gak paham tata krama dan gak paham arti demokratis…hahaaiii

  2. hehehe….tau gak sih, pas nulis ini kok yg terlintas : ‘gimana yg, dg bahasa daerah lain seperti bahasa batak. apakah juga ada tingkatan2nya’

    kl kasus yg di magelang sih, kl udah akrab,ga papa pake ngoko. masih untung tuh, bbrp temenku yg usil dg temen dr luar jawa, kl mereka pengen belajar bhs jawa, yg diajari pertama adalah kata ‘segawon’ (bahasa kromo inggil untuk ‘anjing’)

    kaya kasus temenku yg orang sunda. gw sampe ngakak pas diceritain. oleh oknum, dibilang bhw kl di adat jawa itu,kl nglewati orang yg lebih tua dan dihormati hrs minta permisis “segawon”

    jadilah tiap kali lewat bapak ibu kosnya dan ketua RTnya, dia selalu mengucapkan “segawon Pak / Bu….” sambil mundhuk2.

    eh tp jd inget, pas gw ke bali dan dengerin orang bali ngobrol pake bahasa daerahnya, ternyata banyak kemiripan. ternyata, bahasa jawa kromo inggil bisa dimengerti oleh orang bali. kayaknya bahasa bali pun ada tingkatannya.

    ehm, tiba2 terlintas pikiran, bahasa batak ga ada tingkatan ya. ehm, orang batak kan terkenal di kalangan luar batak sbg etnis yg terbuka alias blak2an. ada pengaruhnya ??^^

  3. hehe….kesindir apanya dab ??
    soal dialog itu yah ??? wuah, nyang bener…..
    busyett kali !!! ajarin duooong, huahahaha…

    njegadhul….lha wong saya rajin sikat gigi je….jd ga ada gadhul…..enak ajah^^

  4. orang jawa yang tinggal di jawa aja bisa bingung bahasa jawa, gimana dengan saya yang dari kecil merantau (dan gak pernah pake di rumah)?? Gelap total…! 😆

    pernah skali wkt di Malang mo beli permen karet di kios, ditanya harganya smp 5x penjualnya tetep jawab “satuseket” (kalo gak salah). sialan. apa dia gak paham kalo sy tny ulang2 bkn karena gak dengar, tp krn gak ngerti?!? (akhirnya kukasi duit limaratus trus hitung kembaliannya :lol:)

    waktu masih SMP sempet sekelas dgn temen yang mampu baca tulis dgn aksara jawa. ortunya transmigran sih…

  5. @ almas :
    heh !!! ngetawain orang jawa ya ?! ^*

    @ jensen :
    hoahaha….kuciannnn deh luuuu…..
    satus seket tuh, sratus limapuluh. lha situ etnis mana tho ?? endonesa ya??^^

    eh tp gw punya temen satu genk, orang padang aaseli (tp lahir dan besar di jogja. kelar kuliah aja baru pindah palembang), dia pinter bgt kl mata pelajaran bahasa jawa.

    dan, uhm….ada banyak lho, orang bule yg getol belajar ttg jawa. malah ada yg pinter bgt bahasa jawa-nya, aluuuuus bgt + pinter nyinden. prnah tampil di empat mata dan tivi lokal jawa.

    jadi…???
    *lirik mas fer*

  6. ha..ha..ha..
    emang bahasa jawa sangat rumit! bahkan saat ini jarang yg menguasai. . .
    namun disisi lain, kita melihat ketinggian budaya yg akan segera terlupakan.

    namun seiring dg kelangkaannya suatu saat kelak itu akan sangat berarti! karena bersifat unik.

    sebagaimana keris, saat ini menjadi suatu hal yang sangat berharga! disaat begitu mudahnya membeli hp, tamiya ataupun ps 2.

    ingat bahwa di dunia barat saat ini mainan kuda menjadi sangat eklusive, trus juga di inggris,gelar gelar kebangsawanan mulai diperhitungkan sementara ir, master, dan doktor begitu banyak dan tidak lagi berarti!

    dan ingat bahwa saat ini bukannya orang orang amrik melarat karena tidak punya bbm untuk menjalankan perahu, namun berlibur di laut dengan kapal kayu dg layar atau yak adalah suatu hobby yg mahal!

    meskipun demikian akupun menyadari mungkin belum sepenuhnya mengerti tentang jawa. he..he..he suatu hari ah aku harap aku menikah dg pakaian jawa lengkap dg keris yg beneran, dan suatu hari kudapatkan sebilah “sumur sinaba bertabur intan” ah ternyata meskipun tidak begitu kupikir, ternyata hari hari terasa berubah!

  7. Matur sembah nuwun….
    Tulisannya ckup membantu buat ngumpulin data ttg basa jawa.
    Gw jg orang jawa, lahir di jawa, besar di jawa, cm skrg sklh d jakarta.
    Jawaku bukan jawa tengahan, tapi Jawa Penginyongan alias Ngapak, he..he…
    Tapi, sewaktu kecil diwajibkan berbicara menggunakan basa kromo inggil klo sama ortu, so smpai skrg TOEFL Jawa msh lumayan. Kl orang ngomong mudeng bgt, tp kl ngomong skrg agak syusah, kecampur-campu bhs indonesia. Tapi gpp, sbg org jawa gw ttp bangga, coz budaya jawa biarpun ribet tp tetep mnjunjung adat ketimuran yang adiluhung. Sebagai orang jawa, minimal kita harus bangga, masalah melestarikan ya sambil jalan aja…be a good javanese!!

    yeah !!! pokoke yg baik2 aja yah……^^ tengkiuh, udah mampir…^^

  8. walah kulo mboten mangertos menawi ngendikan damel basa jawi amergi basa jawi meniko pancen mboten kepenak dipun praktikaken njih…

    kekekeek…

    wong jowo ndak iso jowo? malah senengane lu-gue? ah ke laut aja deh… heheehh…

    btw di kampusku ada yang menggalakkan penggunaan bahasa jawa halus. yang aneh, kebiasaan itu dimulai ketika tour ke bali. karena semua orang di sana bicara pake bahasa inggris, kemudian terlintas pikiran untuk menyaingi bahasa inggris itu dengan bahasa jawa!

    akhirnya kebiasaan itu melahirkan varian bahasa jawa baru perpaduan 4 bahasa: jawa, madura, surabaya, indonesia

    eh pernah, pas ke tabanan, trus jalan2 main ke rumah sodaranya temen. ada neneknya yg udah sepuh. pacarku iseng ngobrol ma nenek itu pake bhs jawa kromo, eh nyambung !!! si nenek njawab pake bahasa bali gt. :mrgreen:

  9. Itulah tanda bahwa bahasa jawa adalah bahasa tertua di dunia dan sangat mungkin bangsa tertua didunia. Coba bayangkan berapa lama suatu kata bisa disepakati sebagai suatu konsensus/konvensi dalam suatu masyarakat, bisa butuh waktu puluhan mungkin ratusan tahun karena jaman dulu kan belum ada tv dan internet kayak sekarang.
    Contoh paling gampang adalah kata ‘Jatuh’ bahasa Inggrisnya Fall, bahasa Indonesia Jatuh ya Jatuh gak ada kata lain karena Bahasa Indonesia belum lama, Coba Bahasa Jawa ada tibo,regol, ndlungup, ndlosor dsb. Contoh lain Bau di jawa ada begitu banyak variasi bau yang detail dimana di bahasa lain mungkin tidak ada. Contoh Bau Bangkai bahasa jawanya ‘mambu Badek’ bukan mambu batang. Bau air kencing namanya mambu pesing bukan mambu uyuh, kita kenal apek, amis, langu, tengik, bacin dll yang intinya cuma satu yaitu masalah bau. di Inggris mungkin hanya diwaliki kata bad smile, TAPI di jawa setiap bau punya namanya masing2. Contoh lain Tidur. Bahasa Inggrisnya adalah Sleep, ada kata lain? Bahasa Indonesianya Tidur ya Tidur? ada kata lain saya kira tidak ada. Tapi di Jawa kata Tidur punya banyak kata bisa turu, tilem, sare dst. Contoh lainnya beras bahasa inggrisnya rice, nasi bahasa inggrisnya rice, padi juga rice. Tapi tahu ngaak padi, beras, gabah asalnya dari mana asalnya dari bahasa Jawa yaitu, pari, gabah, beras, sego dst.
    Makanya banggalah jadi orang jawa dengan budaya dan bahasa jawa karena jawa ternyata lebih tua dari bangsa dan bahasa lain di dunia termasuk arab yang konon katanya asal usul peradaban manusia.
    Contoh lain… dalam hal bermusik orang jawa atau Indonesia jangan ditanya… Arab pinter, Barat pinter, Negro pinter. Coba di balik, cari orang Arab untuk bisa nyanyi Mocopatan susahnya minta ampuun. Cari orang Barat untuk nembang gending, susahnya setengah mati. Tapi kita semuanya bisa…
    Itulah Keunggulan bangsa Jawa/Indonesia dibanding bangsa2 lain. Jawa itu ya Indonesia karena Orang Arab sana kenalnya Jawa. Mau orang Bugis, orang sunda, orang melayu,orang dayak, orang batak namanya ya tetep dipanggil orang Jawa. Gak percaya tanya yang sudah naik haji. Dan kata Jawa sekarang menjadi begitu populer di dunia Internet dan Komputer yaitu nama bahasa universal di komputer dengan nama Java.

    hahahaha…..paragraf terakhir bikin saya ketawa aja. *iya ya, penasaran juga, knp Java*
    kl soal kelebihan seni budaya, hmmm mnrt saya, itu relatif. dlm pandangan saya, semua seni budaya dr suku dan budaya manapun itu hebat, adiluhung. jika saya melihat seni budaya afrika ‘primitif’ misal, bisa jd krn saya ga ngerti artinya.
    soal bahasa, konon bahasa Indian punya kosa kata yg sangat kaya untuk kata ‘air’ (kl ga salah ingat).

  10. hah?!??sapa yang lo maksud dengan oknum wonosari itu?siap2 bayar royalti lo ya….
    hehehehehe

    hah !!! heh !! rumongso to ??? GR !! :mrgreen:

  11. taik lah …
    itu adat!
    buat ‘ngormati’,… ‘ngajeni’ (aahahah … mampus mudeng ga kowe) orang yg lebih tua, siapaun dia …

    ora kasar, piye, to, dab. rak luwih pedany, rasah misuh2 ra jelas ngono. poya pedany ning kuping lan ning ati, dab. ra cetho, sing mbok pisuhi ki sopo…

  12. nda usah khawatir mameth… nda cuman situh yang TOEFL jawanya acak adul… sayah jugak pernah gitu,…

    waktu ujian bahasa jawa di SD, ada soal begini…
    seng mumet itu… saya jawab dengan PD PADHARANE… <— ngerti artinya tho..

    meong :
    😆 😆 😆

    bebrapa taun yang lalu pernah diketawain ortunya temen sayah gara2 ‘maksa’ ngromo inggil-in selawe dengan kalih doso gangsal… kaokaokwaoka maluuwwwww

    meong :
    lah itu msh bisa dimaklumi (oleh para sesama toefl jawa rendah tp tidak oleh para orang tua). drpd soal segawon itu ?? 😆

  13. Saya termasuk yang percaya bahwa budaya seseorang ditentukan dari tempat dia lahir dan dibesarkan, bukan dari darah orang tua. Jadi saya adalah orang Jakarta, bukan Jawa. Dahulu, bila orang tua saya protes, saya selalu merujuk pada “Werkudara” yang tidak mau berbahasa halus (kisah Dewaruci tidak termasuk).

    Bahasa Jawa jelas bukan bahasa tua. Bahasa Jawa yang kita kenal sekarang adalah bahasa baru. Bahasa Jawa yang digunakan di masa Majapahit, berbeda dengan Bahasa Jawa yang digunakan sekarang.

    Java programming language tidak ada kaitannya sama sekali dengan Bahasa Jawa (saya seorang programmer). Java adalah kata lain dalam bahasa Inggris yang menunjukkan jenis kopi yang konon memang berasal dari tanah jawa.

    Ada lagi yang disebut tulisan Jawi. Percaya atau tidak, tidak ada kaitannya dengan Bahasa Jawa. Jawi adalah tulisan arab untuk bahasa melayu.

    Oh ya,
    ngomong-ngomong,
    Jawadwipa ternyata tercantum dalam Ramayana versi Walmiki (Ramayana yang asli…)

  14. sak derengipun,punten dalem sewu dumateng sedaya

    sebelumnya saya pengen perkenalan dulu

    saya orang jawa..bapak ibu orang jawa…sudah beberapa turunan orang tua tinggal di daerah wonogiri…

    kalau dibilang bahasa jawa kurang demokratis tinggal bagaimana orang itu merefleksikannya didalam kehidupan mereka sehari-hari

    umumnya bahasa jawa memang terkenal paling ribet dan paling susah dipahami.saya sendiri juga belum menguasai 100 % dari bahasa leluhur saya tsb tetapi sebuah bahasa tidak akan mungkin tercipta dengan sendirinya kalau memang tidak ada dasar2 tertentu yang melatar belakanginya.

    di jaman dahulu orang jawa masih di sekat dengan kasta2,oleh karena itu maka bahasa yang mereka pergunakan juga berbeda2 pula di setiap kasta mereka.juga untuk percakapan dengan orang yang lebih tua ataupun orang lainnya juga diatur sedemikian rupa.

    karena itu saya lihat bahasa jawa bukannya tidak demokratis..tetapi memang sudah memiliki pakem yang sudah disepakati.jadi kalau pengen belajar bahasa jawa belajar dulu penggunaannya kepada siapa

    mugi mugi menopo ingkang sampun dalem tulis meniko saged migunani dumateng sesami

  15. Pingin belajar bahasa Jawa yang gak terlalu susah? Boso Arekan khas Suroboyo atau Malang itu contohnya. Saya rasa bahasa Jawa mereka itu efisien dan lugas.

  16. bener mas,aq juga ngrasake,susah apalagi sama sepuh-sepuh,mereka sok fasih padahal sama aja.gak bisa.coba ajak pake bahasa inggris,jerman,arab,
    china,jepang.pasti gak nyambung.ketahuan ndeso.gimana bisa berkembang klo pake kasta,
    orang itu desa haram memakai bahasa kromo alus,
    apalagi yg lebih tinggi lebih haram lagi.jadi goodbye aja lah bahasa kromo.yg dipakai ngoko aja.selamat tinggal budaya jawa,cos kalian sendiri yg mempersulit bahasa,bukan gak mau belajar,
    haram hukumnya bagi kita untuk berbicara menggunakan bahasa tersebut,SUSAH bung!

  17. bener mas,aq juga ngrasake,susah apalagi sama sepuh-sepuh,mereka sok fasih padahal sama aja.gak bisa.coba ajak pake bahasa inggris,jerman,arab,
    china,jepang.pasti gak nyambung.ketahuan ndeso.gimana bisa berkembang klo pake kasta,
    orang desa itu haram memakai bahasa kromo alus,
    apalagi yg lebih tinggi lebih haram lagi.jadi goodbye aja lah bahasa kromo.yg dipakai ngoko aja.selamat tinggal budaya jawa,cos kalian sendiri yg mempersulit bahasa,bukan gak mau belajar,
    haram hukumnya bagi kita untuk berbicara menggunakan bahasa tersebut,SUSAH bung!

  18. Wwah..
    Tenks info nya.
    Kbetulan..gw lagi gncar2nya blajar basa jawa..

    Gw org minang..
    Tnyata bhs jawa tu susah bgt gila.
    Tlalu bnyak tingkatan’a..
    Sbenar’a ada mirip’a si ama bhs padang..
    Sama2 punya kasta.
    Kalo di minang/padang ada yg namanya
    kato mandaki,kato malereang,kato mandata,kato manurun.
    Kurang lebih sama fungsinya dgn tngkatan2 dlm bhs jawa..
    Tgantung usia/sttus sosial lawan bicara.

    Tp..ea itu..tetep bhs jawa lebih ribet..
    Kalo bhs padang mah gampang..tnggal ganti a dlm bhs indonesia jd o aja dlm bhs padang..hehe..gag juga si sbner’a..

    Hmm..tenks bgt info’a..mo punya mertua org pemalang ni..
    Ea.. Usaain bsa bhs jawa..biar komunikasi ma camer lancar ntar..heheu.
    ^o^

  19. jujur dari sd sampe smp (sma dah gak di jawa) nilai ulangan bahasa jawa and nilai rapot q gak pernah lebih dari 6, setiap ada PR pasti malam2 bertandang dari satu tetangga ke tetangga lainnya… ini semua di karenakan aq perantau di daerah jawa dan hanya mengenal bahasa jawa hanya di sekolah (lingkungan sekitar rumah pada berindonesia raya)

    ada satu kisah tentang tetangga q yg anak perantauan… ceritanya ada PR bahasa jawa dan pertanyaannya “Meri anake…..” dan dengan pedenya sang ibu mengatakan bahwa jawabannya adalah ” Meri anake Bu Guru” ini di karenakan Meri yg sang ibu kira adalah nama seseorang bukanlah seekor anak bebek….

    tapi setelah aq pikir2 aq masih mending (pembelaan diri) sedikit2 mengerti bahasa jawa walau itu hanya ngoko, and bahasa ngapak banyumasan (tempat q tinggal) soalnya ada tetanggaq (yg nontabene seorang anak jawa)yg di tanya oleh ibu tetangga yg gemar menggunakan bahasa jawa(dr dy juga aq dan keluarga q sedikit2 mengerti bahasa jawa)
    ” Arep mengdhi Don ?” si donny hanya cengar-cengir sambil bertanya ” ada apa Bulek ???” ini sangat membuktikan bahwa anak2 jaman sekarang sudah tidak dekat dg bahasa ibunya…..

  20. kalau ibuku bilang, usahakan berbahasa kromo meskipun cuma sama tukang cuci-strika. Itu bisa bikin mereka bekerja lebih betah buat kita meski digaji pas-pasan ehehehe. Orang jawa itu mending mati umuk daripada urip kelangan gengsi. Gengsi diatas segalanya. Mending kita ambil posisi bawah tapi bisa dapat keuntungan lebih wwkwkwkwkw

  21. Menurut saya..Bahasa Inggris itu yang paling demokratis..sampeyan mau manggil presiden sampek gembel pinggir jalan, tetep pakek “YOU”…kalok jawa? manggil bapak pakek sebutan “kowe/mu” pasti dicap ora ngerti subasita.”Pak, Panjengenipun tutuk ngedalaken toya”

    jape mete :p

  22. Sugeng enjing, selamat pagi,
    salam kenal, saya Dari mojokerto yg juga belajar jawa, kebetulan sy dilahirkan Dari bapak cina Dan ibu jawa,
    basa jawa menurut saya mengajarkan tentang hal pokok dalam kehidupan, orang jawa dituntut untuk menjadi pengingat yang baik, menjadi jeli, teliti, waspada, pandai, ingat kepada Yang Maha Kuasa, menghormati alam, Wes pokok e komplit lah,, contoh kecil: di depan sy tuliskan salam” SUGENG enjing”. Sugeng kalo diartikan disini bisa berarti Salam, Sapa, dan Do’a semoga sehat selalu bagi yang di beri salam,
    pancen ruwet , belum lagi ritual adat nya yg selalu melibatkan unsur alam dg kriteria khusus,

  23. Sebagai orang yang pasti sudah ilang jawanya (saya keturunan cina totok, tapi lebih ngerti dan nglakoni budaya jawa, dibanding cina) karena terlalu nomaden, saya merasa sangat sangat malu sebenernya membaca artikel ini. Saya nggak bicara sama orang tua pake krama inggil, apalagi sama orang2 yang belum kenal. Mungkin karena mata saya sipit jadi orang2 juga canggung mau pake basa jawa (walopun cuman sekedar ngapak) kalo ngomong sama saya.

    Terima kasih atas artikel yang sangat membukakan mata. Mungkin saya nggak akan bisa sejawa penulis/komentator2 lainnya, tapi sekurang2nya saya harus tahu lebih dalam tentang budaya di tempat yang saya pernah tinggali.

    Terlepas dari kekaguman saya terhadap penulis artikel dan netters, saya kurang setuju dengan beberapa pernyataan yang diutarakan sama beberapa netters di atas. Ada beberapa fakta miring yang mesti saya luruskan… Langsung ambil contohnya Prasetyandaru ya… Oke bener, bisa pake ‘YOU!’ tapi kalo manggil Ratu Inggris harus pake ‘Your Majesty’, manggil Paus Vatikan dengan ‘Your Holiness’, trus masih ada ‘Your Excellency’ yang kebetulan saya lupa gunanya buat apa (kalo ga salah seh buat PM).

    Ramza menulis dalam bahasa lain, kata2 tidak sebanyak Basa Jawa… Bau dalam Bahasa Inggris sebenernya nggak cuman ‘bad smile’ (sic), ada ‘stink’, ‘smelly’, ‘bad odo(u)r’, ‘reek’, ‘putrid’ etc etc tergantung penggunaannya…

  24. Mbak Restless Angel,

    Tepangaken kula Neny saking Salatiga, tiyang Jawa asli, namung sak punika mucal basa Inggris wonten Salatiga.

    Rumiyin kawula injih mboten pati sekeca menawi ngagem basa Jawi, ananging sak sampunipun kesah dateng negara manca kok raosipun langkung tresna dateng kabudayan Endonesa, utamini pun basa Jawi. Rasanipun bingah sanget wonten kelas dipun tangleti para guru kula, tiyang Endonesa punika biasanipun saged wicara pinten basa, lajeng kula wangsuli, tiyang Endonesa saged wicara basa kalih: basa Endonesa kaliyan basa ibunipun. Malahan wonten ingkang saged tiga punapa sekawan. Menawi tiyang Amerika punika namung saged basa Inggris kemawon.

    Basa punika kula kinten kok negesaken jati diri. Panci mboten saged basanipun injih mboten punapa-punapa. Namung langkung sae menawi saged wicara ing basanipun piyambak. Amargi saben basa punika lak ngandet ajaran-ajaran ingkang sae. Miturut tiyang sepuh, tiyang Jawi punika kedahipun ngertos unggah-ungguh lan subasita. Nah, basa Jawi punika salah setunggalipun wujud jati diri tiyang Jawi ingkang kedah mangertos unggah-ungguh.

    Nuwun sewu menawi atur kawula punika wonten seling surupipun. Kepareng.

    ===== Semoga tidak memusingkan pembaca 🙂

  25. menurut saya, bahasa jawa gak sulit2 banget, tapi memang butuh waktu untuk mempelajarinya. kalo dibikin pohon percabangan kayaknya alurnya juga cukup kelas, untuk yang tua pake yang mana, yg sebaya dan dibawahnya pake yang mana..

    orang jawa emang “mpan nggo papan” alias menempatkan sesuatu menyesuaikan waktu, tempat dan obyeknya sebagai wujud dari penghormatan kepada orang lain..

  26. nyong dewek wong banyumas.. nek ngomong ngapak. inyong bangga nek nganggo ngapak..
    saya orang banyumas.. dengan logat ngapak. saya bangga dengan kengapakan saya..
    menawi enten tiyang lintu ingkang nganggep mboten sae nggih monggo2 kerso..kulo mboten nopo2.
    kalo ada orang lain yang menganggap ngapak adalah bahasa untuk orang rendahan silakan saja.. saya ga peduli..
    anangin menawi wonten tiyang ngangge basa (kromo inggil) insyaalloh kulo saged mahami..
    akan tetapi ketika ada orang menuggunakan semisal kromo inggil, insyaalloh saya bisa memahami apa yang dimaksud..
    ngapak niku kalebet basa jawi ingkang jujur.. menawi a di waos a menawi u nggeh diwaos u.. kadose menawi bahasa inggris tulisan kaliyan pelafalan benten..
    logat ngapak merupakan logat yang demokratis.. suka-suka,.. misal “kamu” “Ko/kowe/rika” ..biasanya rika. “rika arep maring ngendi man..” “kamu mau kemana…(man=sebuatan kepada seseorang petani/pedagang”
    tapi semisal bertemu dengan seseorang yang memang bener-bener memiliki kasta tinggi,, maka kami ngapakers ga segan-segan untuk mengeluarkan kromo inggilnya..terpaksa deh..

    memang saya akui kalo bahasa jawa bertingkat2.. padahal dahulu ga loo.. bahasa jawa yang bertingkat2 itu baru… yang lebih lama lagi adalah bahasa jawa logat banyumasan.. kami akan pertahankan logat ngapak yang saya yakini memang lebih tua.. terimakasih..

  27. hehe… tulisan yg bagus banget…

    perasaan sy, lbh enak orang bukan Jawa yg berbahasa Jawa, seperti sy…

    ketika kuliah di Jogja, sok pede aja cas cis cus ngomong bahasa Jawa…
    pasti dan teramat pasti, banyak melanggar & menabrak aturan…
    tapi… apa yg sy dapet?
    bapak2 atau ibu2 orang Jawa lawan bicara sy tuh pd senyam-senyum…
    mungkin geli, tentu…

    mereka bisa menduga secara tepat, logat & penguasaan saya bukan orang Jawa, tapi dari seberang…
    tapi mereka malah respek banget…
    ada yg pernah mengungkapkannya…
    bahwa, meskipun blepotan… tapi sy tampak ber-sungguh2 ingin berbahawa mereka…
    mereka jadi merasa tersanjung alis dihormati…

    asyik khan???

    pasti akan berbeda… bila yg blepotan itu anak asli Jawa…
    kelihatan kurang ajarnya…
    dan sudah pasti bakal diseneni habis2an…

    thanx awrot atas tulisan bagusnya…!!!

  28. kayaknya bahaya Jawa emang hrs tetep kita lestarikan, soalnya ada kok yg pernah meneliti tapi lupa siapa,yg pasti bukan orang Jawa, bahwa bahasa Jawa itu bahasa yg bagus,krn mengajarkan seseorang secara nga langsung menjadi baik…ya seperti yg ditulis rekan2 diatas.sayang jg sih generasi sekarang anak2nya hanya bisa bhs Indonesia saja,tanpa bisa bahasa daerah masing2.lha klu semua seperti ini, kan lama2 bahasa2 daerah kita jadi punah.

  29. Mbak anda ini orang aneh gak bisa bahasa suku anda sendiri anda malah bangga, itu sama artinya dengan “jowo gak ngerti jowone”. Kalo anda sudah ndak suka sama bahasa jawa atau adat istiadat dan budaya jawa ya jangan tinggal di pulau jawa! Sana pindah aja ke kutub utara. Bahasa jawa itu mengajarkan tata krama, sana pergi saja dari tanah jawa kalo sudah nggak suka sama budaya jawa

  30. Menurut saya, penggunaan strata dalam Basa Jawa adalah cerminan tingginya nilai dari sikap hormat dalam budaya Jawa dan BUKANLAH perlambang perbedaan martabat yang bisa menjadikan alasan bagi yang “yang lebih tinggi” untuk mendominasi/intimidasi/melecehkan “yang lebih rendah”.

    Dalam pemahaman saya, andaikata saya berkesempatan “ngobrol” dengan Pak SBY (yang kebetulan orang Jawa), dan saya mahir Basa Jawa, saya pasti menggunakan Basa Jawa Krama kepada beliau karena sesama orang Jawa dan Saya menghormati beliau. Tapi bukan berarti saya harus selalu “setuju” atau “menurut” dengan Beliau.

    Teman saya dari Jawa Timur pun, yang katanya blak-blakan, tetap memakai Basa Jawa Krama bila berbincang dengan orang yang lebih tua, bedanya logat, intonasi, kosakata yang digunakan tidak sebanyak dan serumit yang kita bayangkan.

    Jadi anggapan bahwa “Basa Jawa tidak demokratis, tidak mengakui kesederajatan martabat”, lebih-lebih lagi “orang desa haram menggunakan krama halus”, sikap underestimate lain pada Basa Jawa saya rasa perlu direvisi.

    maaf, tulisannya acak-acakan..

    • saya setuju soal statement bahasa jawa tidak demokratis, dan saya juga setuju ada pendapat yang mengatakan strata yang ada bukan untuk mengintimidasi orang yang strata sosial nya lebih rendah dari si pengguna bahasa jawa… bagi saya percakapan mbak TS kepada bu kusnah dan bu nurjanah tetap harus menggunakan unggah ungguh dalam pemilihan bahasa…

      saya cm ingin menyoroti permasalahan jika mas budhi bertemu pak SBY mungkin bukan menggunakan bahasa kromo, tapi bagongan.

      saya tinggal di jogja dan sedang belajar memahami ttg bahasa jawa dan tingkatannya, ada 7 tingkatan yang ada, dan semuanya memiliki makna dan filosofi yang berbeda ketika digunakan

      1. ngoko
      2. madyo
      3. kromo dan di kromo ini memiliki 3 bagian
      4.bagongan
      5.kedatonan

      bahasa yang teramat rumit untuk dipraktikan adalah bagongan dan kedatonan (bagi saya)
      salah satu fungsi yang bisa saya dapat ketika belajar bahasa jawa adalah, dengan kita mendengarkan orang/ berbicara kepada orang dengan menggunakan bahasa jawa yang pas, kita langsung tau bagaimana cara kita/mereka menghormati sesamanya..

  31. kalau mboten bisa ngangge boso kromo inggil , ya caranya belajar.Moso tyang jowo kok ora mboten ngerti bahasa jowo yang alus.

    kulo mung ketawa mawon karo sampeyan2 semua..hi hi hi…

  32. Nah ni ketemu,,,, saya juga keturunan orang jawa,,, mrojol di Ponorogo, tapi besar di Palembang.. pernah waktu SMA pulang ke Jawa, Masih si orang pake bahasa halus.. tapi bener2 uda nempel budaya Palembang, saya susah bicara pake bahasa Jawa… Alhasil bear2 malu kalo di ajak berbahasa Jawa sama anak2 kecil di sana. La anak kecil ngajak saya bicara alus,, saya jawabnya susah.
    saya mau tanya.. tolong jelasin pengertian tingkatan-tingkatan dari bahasa Jawa itu dan berikan contohnya… heehheeh
    pengen tau ni,, soale pas kuliah, pernah selintas ada mata kuliah yg mengulas bahasa ngoko dan kromo aja.
    matorsuwon

  33. Menurut saya itu kesalahkaprahan banyak orang jawa jaman sekarang.. Kalau menurut saya mbak, tingkatan-tingkatan dalam bahasa jawa itu bukan untuk membedakan kasta atau status sosial masing2 orang. Tapi justru malah sebaliknya status masing-masing orang itu tercermin dari bagaimana dia berbahasa.

    Contohnya lihat saja orang keraton (atau minimal orang yang terdidik unggah ungguh atau sopan santun), mereka cenderung dididik untuk bertutur kata lebih halus/menggunakan bahasa yang lebih tinggi tingkatannya meskipun lawan bicara mereka seorang abdi dalem atau bahkan seorang buruh pasar.

    Jadi, menurut saya sah-sah saja menggunakan bahasa kromo inggil dengan seorang buruh gendong atau pembantu rumah tangga sekalipun.

  34. Keren, keren tulisannya, ngungkap bhs jawa y super duper sulit ternyata, sy aja org makassar asli g’ fasih pake bhs makassar :D, benar kata bf sy (dia org jawa timur, sama g’ ya?) Katanya “di keluargaku kalo dah ngumpul akunya bingung kl ngobrol, soalnya smua pada pake bhs jawa halus, lah aku pake bhs jawa seadanya (agak kasar katanya) and kebykan g’ ngerti”, tp salut ma org jawa, mereka berusaha mempertahankan budaya dari zaman nenek moyang 🙂

  35. cuma mau sharing sj, ak orang kalimantan kuliah di jogja.
    trus teman kos aku ajarinny bahasa jawa gini kalo kamu ya lai pagi hari ketemu bapak kos jangan lupa sapa kulo segawon pak katany itu artiny selamat pagi giliran dipraktekkan bapak kos ku jawabny ngih sambil ketawa 2 ternyata artinya aku anjing pak he 3.

  36. belum lagi ada istilah sendiri untuk anak binatang, biji-biji dari tumbuhan, nama bunga dari tumbuhan, belum lagi sebutan-sebutan untuk ruwatan. gila ya…banyak banget kosa katanya (^,^) !!

  37. sampeyan niku mboten ngertos punapa kurang cerdas .? lah wong kuwi ora dibiasake sinau tekun supoyo iso boso jowo kawit cilik..nah siki gawe postingan ura karu karuhan membeberkanlah kondisi bahasa yang seharusnya dipekerti sanget .atau mungkin sedang mencari conflict diatas langit ?.tk

  38. sebenarx bahsa jawa dan bahsa indonesia tu hampir sama
    kosa kata yg digunakan kepada siapa yg dituju itu berbeda
    misalx dalam bhsa indonrsia kita menyebut dosen ato guru pasti dengan sebutan Anda tidak menggunakan kamu
    begitu juga denganjawa saat kita menyebut kepala daerah seperti Kpla desa mnggunakan panjenengan tidak mnggunakan koe atau awkmu
    jadi jangan mengatakan bahasa jawa adalah bahsa yg tidak demokratis

  39. Ping balik: Bahasa Jawa : Bahasa Yang Paling Gak Demokratis ?? | rachmaira

  40. Wah artikel yang menarik ^^. Saya anak Linguistik UGM dan beberapa kali membahas masalah tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa ini. Dosen saya mengatakan bahwa sebenarnya bahasa Jawa yang asli itu justru yang ngoko. Sedangkan bahasa Jawa Krama dan variasinya (madya, inggil) adalah variasi bahasa yang sengaja ‘diciptakan’ untuk membedakan kelas sosial dan pendidikan di lingkungan Keraton. Jaman sekarang mungkin memang sudah susah buat anak muda untuk memakai bahasa Jawa Krama karena situasinya memeang sudah tak sefeodal dulu. Jadi nggak usah kecil hati kalau cuma bisa ngoko, karena itulah Bahasa Jawa yang sebenarnya ^^a

  41. haduh, saya hanya keturunan jawa. bapak ibuk asli jawa. makanya mereka khawatir bukan main. sebab sudah di ajarin bahasa jawa, tapi malah gak bisa. udah coba sih buat nginget kosa katanya. tapi giliran saya coba praktekin sama famili, ehh malah di kawain dan lebih menyebalkan lagi, saya di cengar-cengirin sama pakde, bude, bapak , ibuk n sesepuh-sesepuh nya bapak di pekanbaru. masyaallah, gimana ini.

  42. Mbak Wingless Angel & Ratnawati Hardjito

    Bagi saya bahasa Jawa itu adalah bahasa yang paling menarik di antara semua bahasa di dunia. Meskipun dalam perkembangan sejarahnya terjadi penggunaan sistem kasta dengan pembedaan tingkatan “penghalusan”, yang bagi sebagian orang adalah ciri-ciri kebudayaan feodal, struktur pembentuk kata-kata bahasa Jawa adalah sama. Pada tingkatan apaun dan kandungan makna yang berbeda-beda pun dalam bahasa Jawa pada intinya dibentuk oleh suatu susunan alphabet yang kita kenal secara umum dengan HANACARAKA.

    Tidak ada bahasa lain di dunia ini yang rangkaian susunan alphabet lengkapnya memiliki suatu makna filosofis, bahkan bisa dibilang sebagai hidden code (argot) tentang asal usul manusia. Ketika disusun dalam penyampaian suatu makna antara dua pihak yang berkomunikasi maka kode itu terus terbawa meskipun naratif yang disampaikan bisa berbeda makna tergantung pada posisi atau kasta/class mana dia berada.

    Sejak jaman Aji Saka perkembangan budaya manusia maju pesat dan alat komunikasi bukan lagi terbatas pada kemampuan membuat bunyi dan mendengar, kita sekarang sudah menikmati hadirnya alat berupa multimedia communications. Namun sejauh apaun usaha para programmer membuat bahasa computer, pada dasarnya machine language hanya mengenal kode binary (simbol 0 dan 1) dan tetap diperlukan suatu higher languange yang merepresentasi logika si manusia programer. Disinilah keunggulan flexibilitas bahasa Jawa diwujudkan dalam Java Programing Language dimana seperti bahasa Jawa yang paling basic (ngoko) JPL ini dapat berkerja tanpa memandang perbedaan platform system dimana dia beroperasi bahkan mampu mengendalikan set instruksi (applets) atau pengertian pesan lain karena didasarkan pada orientasi object.

    Kemampuan bahasa Jawa atapun Java untuk saling mengerti meskipun berbeda kasta/platform ini, yang meski menurut kebanyakan orang jowo masa kini tidak demokratis, justru yang menginspirasi Patrick Naughton dan James Gosling untuk mempopulerkan konsep virtual machine dan scripting pada suatu jaringan pertukaran informasi digital yang mampu menghubungkan alat-alat elektronik kecil seperti remote control, camera, handphone dll, hingga bisa mengeksekusi suatu perintah ke main frame secara multithreading. Kemampuan bicara multi kasta inilah yang mendasari kenapa programming language ini diberi nama Java setelah sebelumnya dinamai Oak, jadi bukan karena tim pembuatnya doyan nenggak kopi.

    Mungkin kuncinya disini adalah bila setiap pihak dalam sistem komunikasi Jawa maupun Java memiliki referensi pustaka yang sama dan bisa saling meng-up-date statusnya secara cepat. Tidak mengherankan kalau system library Java ini pada tahun tahun perkembangan awalnya di Sun Microsystem mereka beri nama Gamelan. Sampai sekarang Gamelan terus mengumpulkan dan mengklasifikasikan semua petunjuk yang berhubungan dengan Java Programing Language. Padahal Java seperti bahasa-bahasa programing lainnya belum dibangun berdasarkan suatu sistem alphabet apapun apalagi yang seperti bahasa Jawa. Jadi, boleh dibilang semua computer programer di dunia ini masih seperti pekerja proyek Menara Babel 4.000an tahun yang lalu.

    Kalau seorang James Gosling yang wong bule California bisa melihat dan memanfaatkan fleksibilitas bahasa Jawa dalam pengembangan teknologi komunikasi pada dunia yang semakin digital elektronik, nirkabel, dan cenderung tanpa batas….sayang sekali ya kalau warisan budaya adiluhung ini menjadi sesuatu yang useless ditangan para ahli warisnya hanya karena kedengeran wagu kalau dibuat mengisi suara bokep.

    Kepareng…

  43. pangapunten sakderenge menawi anggen kulo ten mriki gadah kalepatan anggenipun nulis boso jowo, kulo nggeh heran kalean tiang2 jowo sakniki.. tiang jowo katah sing sampun kelangan jawane.. katah sing melajari jowo sakpeniko dugi pundi kemawon.. kulo anggep boso jowo meniko boso ingkang wonten budi pekerti luhur ing dalemipun.. ampun sampek pekewuh anggenipun melajari boso jowo meniko… menawi gadah yugo saget boso jowo .. luwih sopan anggenipun sanjang dateng tiang sepahipun.. cobi panjenengan wuruki yogane njenengan kalean boso jawi.. inssyallah budi pekerti ipun langkung sae kalean tiang sepahipun.. matur nuwun…

    terjemahan :

    saya meminta maaf sebelumnya , bila saya disini ada kesalahan dalam menulis bahasa jawa, saya heran dengan orang2 jawa sekarang… orang jawa banyak yang sudah kehilangan jawanya … banyak yang mempelajari jawa ini dari mana-mana … saya anggap bahasa jawa itu bahasa yang mengandung budi pekerti yang luhur di dalam bahasa jawa itu… jangan sampai kesulitan dalam belajar bahasa jawa ini… jika mempunyai anak bisa berbahasa jawa… lebih sopan dalam berbicara kepada orang tuanya… coba anda ajari anak anda dengan bahasa jawa… inssyallah budi pekertinya menjadi lebih baik kepada orang tuanya… terima kasih

  44. Sebenarnya sih kalo menurut saya bahasa itu akan bermutasi dengan sendirinya mengikuti perkembangan penggunanya. Mungkin sekarang ini penggunaan bahasa jawa dengan segala tingkat kerumitan akan terasa susah, nah ini dikarenakan kita tinggal di negara kesatuan. sejak kecil kita belajar memahami 2 bahasa dan 2 budaya, bahasa indonesia dan bahasa jawa, budaya indonesia dan budaya jawa. dan ini tidak gampang. dan pada khirnya kita tidak bisa mngadopsi keduanya secara total. di kehidupan ber-Indonesia Raya ini kita dituntut memilih antara Indonesian first ethnic second ataupun ethnic first indonesian second, tapi manapun yang kita pilih pada akhirnya yg terjadi adalah pencampuradukan 2 identitas tersebut. saya tidak bilang ini jelek, karena masyarakat jawa sudah menyatakan untuk menggabungkan diri dengan NKRI maka segala konsekuiensi harus ditanggung juga, tapi dilihat dari pandangan etnosentris ya jadinya seolah2 budaya kita luntur, padahal sebenernya budaya kita berevolusi. yg jadi masalah apakah kita bisa menjaga evolusinya menjadi sesuatu yg lebih baik atau tidak.

    saya sih setuju dengan salah satu komen diatas yg intinya mengatakan bahwa bahasa jawa sekarang lebih mengarah ke “kamu adalah bahasa yg kamu gunakan”, bahasa yg km gunakan menunjukkan seberapa tinggi “kastamu” dlm berunggah ungguh.siapa kamu tercermin dari bahasamu. kalo saya pribadi saya akan menilai lebih tinggi anak kecil yg berbahasa kromo pada org yg lebih tua (yg ga dikenal) dibandingkan yg menggunakna ngoko, ga peduli ‘kasta sosial’ keluarganya apa. kalo ke ortu sendiri sih saya emang lebih suka pake ngoko, bener kata mbak, rasanya lebih intim, tanpa barrier.

  45. “bahasa jawa : bahasa yang paling gak demokratis ?? | r e s t l e s s a n g e l” ended up being a wonderful article and thus
    I personally was pretty happy to locate the blog.
    Regards-Bruce

  46. ” kowe nek karo Kusnah karo Nurjanah ki rasah boso.Nurjanah ki rak mbakyune Kusnah”

    – terjemahan : kamu tuh, kalo sama Kusnah dan Nurjanah, ga usah bahasa kromo gitu. Nurjanah itu kan kakaknya Kusnah.

    ” @!^*))%# “

    – terjemahan : bingung !!!

    perlu teman-teman ketahui, dua nama yang disebut itu secara usia diatas saya, jauh. around 45-50. tp secara status sosial – i dunno how to say it- -maaf – agak di bawah keluarga kita. yah secara keluarga besar saya masih lumayan feodal.

    ==>> mungkin maksudnya bukan status sosial yang berbeda tapi biasanya kalau kayak gitu Nurjanah dan Kusnah walaupun umur sudah tua tapi KALAH AWU (kalah abu) atau dari garis keturunan ternyata lebih muda (tampang tua ternyata masih keponakan atau bahkan cucu kita). itu banyak terjadi akibat nikah muda dari leluhur mereka, dll

    ==>> kalau status sosial dihitung berdasarkan derajat, pangkat dan harta.

    tapi ya semua kembali ke keadaan keluarga ybs sih. memang antara keluarga ndoro dan kacung banyak sekatnya kalau di keluarga jawa. ya berbahagialah kalau kita ternyata berada di golongan atas, paling tidak keluarga kita dihormati dan disegani oleh keluarga lain.

  47. Bahasa jawa niku susah-susah gampang. AKu ya orang jawa, tp gede di sumatera – jadi bhasanya juga suka campur2. Klo balik kampung, biasanya aku make bahasa jawa halus (krama inggil gt) campur2 ama ngoko, tp nada suaranya di lembutin gt klo pas ngobrol ama orang yg lbh tua jadi gk tll keliatan kasaranya hha

  48. Sangat menarik. Dulu saya pernah baca di majalah Panyebar Semangat, kalau ga salah bahasa Jawa itu asalnya punya 16 tingakatan (what?!@#$%^), kemudian karena terlalu rumit akhirnya disederhanakan menjadi lebih sedikit. BTW yang udah sedikit itu ternyata masih lumayan rumit juga, hihihi…. Belum lagi yang beda daerah beda dialek beda konotasi beda makna. Maknyus banget kalau ngomong Jawa sama orang dari daerah yang berbeda-beda. Kadang di kampus sama-sama ngomong Jawa tapi ga ngerti apa yang dimaksud, hahaha….

  49. mungkin, maaf, ibu anda saja yang masih terlalu memegang adat kekastaan (kalo gak boleh dibilang kolot, saya baru saja mengenal seorang ningrat dengan julukannya yang panjang, tapi orangnya sangat santun, umurnya lebih pantas disebut kakek saya, tapi beliau sama sekali tidak merendahkan saya, selalu memakai krama alus kepada saya, padahal saya bukan siapa2, orang seperti inilah yang perlu dihormati dengan sangat.
    tetep pergunakan unggah-ungguh, dengan siapapun anda berbicara, utamakan yang lebih tua, atau orang2 yg dianggap bijaksana, misalkan guru, kyai atau ustad, tapi jika tingkat keningratan seseorang, saya rasa tidak perlu (dalam pergaulan di masyarakat), akan tetapi jika anda bergaul didalam keratonya anda harus tetap memakai tata cara keraton, pokoknya harus bisa empan-papanlah, ngerti ulah kridaning liyan,
    maaf itu cuman pendapat saya, kalo cocok bisa dipakai, kalo tidak, jgn hiraukan 😀

    nuwun

  50. Ping balik: Bahasa dan Identitas | Kiyanti2008's Weblog

  51. wah bahasa jawa ” melambaikan tangan ke kamera “…., 30 tahun lebih masih belum menguasai..apa lagi di rumah gag pernah di pake karena ortu bukan orang asli jawa, jadi kalo ketemu sama kesepuhan yang pake bahasa kromo langsung freeze, pingin lempar bom asap terus ngilang kayak ninja…, dulu waktu sd pelajaran yang lain bisa dapet 8-9-10 bahasa jawa 5 :ngakak

  52. Demokratis ki panganan opo?
    Menurutku kalo masalah kasta si nggak usah diperhatiin banget. Bagi saya menghormati orang lain tidak bisa diintervensi siapapun.
    Kalau sy ingin berbahasa kromo inSil kepada supir yg lebih sepuh kenapa enggak?
    Kromo inggil tetep penting karena dpt mncerminkan seberapa besar penghargaan kita thp org lain. Dan sy belajar terus. Demokratis itu ilmu kemaren sore yg sy tidak tertarik untuk mempelajari. Sy

  53. saya akui saya juga ndak begitu ngerti bahasa jawa kromo inggil … sejak kecil ra aturan omongane … di juluki kakek saya ontoseno … tapi kok merasa ngak ngeh aja baca tulisan mbak’e
    sampean bilang kita ini indonesia .. lah mbok di pelajari dulu .. indonesia itu apa dan siapa ?
    orang indonesia itu siapa aja . lah bagaimana sampean menyebut diri anda seorang indonesia jika sampean sendiri tidak menghargai bahasa ibu dan leluhurmu .jika orang jawa jadilah orang jawa sebisa mungkin kalian ditakdirkan Tuhan menjadi seorang jawa , jika orang sunda jadilah orang sunda sebaik mungkin , begitu juga melayu , dayak , bali dan lain lain

  54. Kurng menarik isi berita.ny mskipun dh basi terbit.ny 😁
    Pnggolongan bhs ntuk stiap tngkatan d’dlm bhs jawa, d’krenakan budaya jawa mnjunjung tinggi suatu pradaban. Bukn hny itw adj, akn ttpi msih bnyk yg lain.ny dlm brbudaya jawa.

    Bhs jawa kurng demokratis, mnurut si pnulis ??? D’liat dr segi bacaan.ny adj kyk gk yakin gue am si pnulis klo dia gk taux ap2 soal bhs jawa. Psti taux n paham btul akn arti n mkna dlm bhs jawa.

    Ad btuul.ny jg tnggapan dr sbgian pmbaca (kmentator), soal bhs jawa dlm suatu kdudukn pnggunaan bhs trsbut. Sbb brawal dr pitutur (prkataan)laah, suatu org dpt d’kethui (cermin.nant prilaku) mn yg mpunyai rasa “prasaan” dng yg tdk mpunyai sma skali “org yg tk beradab” dlm hal (etika n astetika).

    Asal taux adj, klo bhs jawa itw sbtuul.ny bhs yg unik n brvariatif d’dlm (tulisan n suara “pnyampaian kta”) dlm bhs trsbut.

    Ngapunten sakdereng ipun, menawi enten lan mboten enten patulisan ipun kulo sing mboten ngenaki marang pnjenengan. Kulo nyuwun pangapunten ipun. Matur sembah nuwun.
    #jawa_java_javanicus_soloensis

    [bhs jawa sma hal.ny dng bhs sansekerta] 😆

  55. Panjenengan menika piyantun pundi mas? Lah kok kados malah duka dhumateng basa jawi. Nguri-uri budaya jawi menika lak nggih sae. Babagan seratan panjenengan menika menawi pun waos piyantun sanes saged andamel salah paham…malah saged ndadosna mboten sae. Menapa panjenengan mangertos, wonten nagari Walandi (Belanda) kemawon wonten S3 basa jawi….mangga pun lestarekaken lan pun uri-uri budaya ugi basa jawi…

  56. Saya orang Jawa dan jujur, Bahasa Jawa saya juga masih rendah. Tapi menurut saya, Bahasa (Jawa) tidak membedakan kasta tapi menunjukkan kastanya. Orang-orang yang kastanya tinggi, sekalipun berbicara dengan orang yang kastanya rendah, akan tetap menggunakan Bahasa Krama. Selain itu, Bahasa Jawa juga merupakan bahasa yang sangat mengaggumkan. Juga Bahasa Jawa mengajarkan ungah ungguh dengan sangat ‘rapi’. Bahasa Krama itu menunjukkan sebuah penghormatan kepada seseorang. Hanya dengan menggunakan sebuah bahasa saja, kita akan tahu bagaimana unggah ungguh (tata krama) seseorang.
    Tentang kerumitannya (yang saya juga mengakui Bahasa Jawa khususnya Krama Inggil itu rumit), sebenarnya kembali ke personalnya masing-masing. Kalau tidak dipelajari dengan sungguh-sungguh, ya bagaimana kita bisa menguasainya? Generasi sekarang kebanyakan sudah pandai menguasai Bahasa Inggris. Padahal itu bahasa jauh, pun tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari tapi bisa lancar berbahasanya. Jadi mengapa Bahasa Jawa yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari (orang Jawa) harus menjadi rumit? Kita bisa memakai bahasa ‘ngoko’ tetapi kenapa kita tidak bisa ‘krama’ nya? Coba ditanyakan pada diri masing-masing. Karena tingkatannya? Katakanlah tingkatan menjadi sebuah aturan dalam berbahasa. Dalam Bahasa Inggris pun bukannya juga ada peraturan? Jika di Bahasa Jawa ada peraturan tentang tingkatannya, dalam Bahasa Inggris ada peraturan tentang waktunya (seingat saya).
    Juga tentang keintiman (keakraban). Saya kurang setuju dengan menggunakan bahasa krama membuat kita tidak akrab dengan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari di keluarga saya, saya (anak) tidak menggunakan bahasa ngoko kepada orang tua saya. Orang tua saya selalu membiasakan kami bahasa krama (walau kadang jatuhnya juga ‘belepotan’) ketika berbicara kepada orang tua. Walaupun saya tidak menggunakan bahasa ngoko ketika berbicara dengan orang tua saya tetapi menurut saya, keakraban saya dengan orang tua saya juga tidak kalah dengan teman-teman saya yang menggunakan bahasa ngoko ketika berbicara dengan orang tuanya.
    Bukannya Bahasa Jawa yang tinggi (krama, krama inggil, dst) itu menunjukkan sebuah penghormatan? Jadi mengapa dengan menghormati kedua orang tua kita membuat kita menjadi tidak akrab dengan kedua orang tua kita? Karena kita terlanjur berpikir, bahwa bahasa krama itu kaku. Hanya untuk orang tua (orang lain), bukan untuk orang yang dekat dengan kita.
    Jadi, jika ingin Bahasa Jawa tidak rumit, pelajarilah. Jika ingin Bahasa Jawa tidak kaku, pergunakanlah.

  57. bahasa jawa itu kan memberi tingkatan seperti itu agar lebih sopan…contoh.ayah makan ikan…kucing makan ikan…brty bapak sama kucing sama ya 😀

  58. Bukannya gak demokratis kawan, jangan dipaksakan bahasa Jawa spt bahasa Indonesia.
    setiap bahasa memang memiliki kompleksitas yang berbeda. Unggah-ungguhbya bahasa Jawa merupakan keunikan dan kekompleksan bahasa Jawa harus jaga kita karena kita adalah Orang Jawa. Sama halnya suku lain yang harus menjaga bahasa daerahnya karena keragaman adalah Identitas bangsa Indonesia.
    Sebenarnya
    Sama saja bahasa Indonesia bisa jadi di anggap tidak demokratis dibandingkan bahasa Inggris, contoh saja, Karena ada bahasa baku dan bahasa gaul. Digunakan berbeda tergantung lawan bicara dan situasi.
    Ambil contoh lain, kata ganti orang dalam bahasa Indonesia adalah “Kamu”, tapi sering diganti menjadi Pak, Mas, Bang, Om, Mbak, Nek tergantung keakraban dan lawan bicara.
    Kalau bahasa Inggris siapa saja dipanggil “You” tentu ini tidak sopan kalau diterapkan dalam Bhs Indonesia.
    Misalnya bicara sama guru “Bapak mau kemana?”, gak mungkin bilang “Kamu mau kemana?”. Msh banyak lagi kita semua sudah paham.
    .
    Sama halnya dengan Unggah-ungguh bahasa Jawa, perbedaannya bahasa jawa lebih kompleks dan unik, jadi harus kita jaga ya, jangan merasa susah karena unggah-ungguh bhs Jawa sudah menjadi aturan main dalam bahasa Jawa. Jangan bandingkan dengan bhs Indonesia.

  59. Nimas, kangmas sampun badhe mijil tirta kama. Sampun boten kuwawi ngampet raos ecaning cumbana kaliyan Nimas ing dalu punika.

    Uh… sampun kesesa dipun wedalaken rumiyin Kangmas… Pawestren gadhahan kula taksih kepengin dangu anggenipun ngemataken ecaning pajaleran kagunganipun Kangmas ingkang ebah wonten lenging baga kawula, karaos eca sanget Kangmas…

Tinggalkan komentar