antara escoret, restlessoul, restlessangel, dan spiritualitas

*tulisan yang bersifat sangat personal. Melompat-lompat. Kadang antara paragraf satu dengan yang lain, tidak ada kesatuan makna. Mohon tidak ditanggapi secara harafiah. Saya memerlukan kedewasaan batin dan pikiran.*

Membaca curahan hati blog berikut, mengingatkan saya kembali akan kegelisahan saya yang telah bertahun-tahun menyelimuti sejak tahun 2002.

Sebelumnya, membaca komentar-komentar yang masuk, saya menjadi agak sedih. Saya khawatir akan terjadinya group think, sehingga menghambat daya kritis terhadap seseorang. Menurut saya, bagaimanapun, suara oposisi tetap diperlukan untuk mempertahankan obyektifitas, yang akhirnya akan bermuara pada pengembangan dan pemuaian diri yang bersangkutan.

Entah kenapa, kesedihan saya menyeruak makin dalam dan membuka ‘luka lama’ saya, kegelisahan yang saya pendam bertahun-tahun, baik disadari / tidak. Dan tahun 2002 adalah tahun dimana saya mendapatkan suatu pemahaman baru akan hidup yang mengubah cara pandang dan bersikap serta berprilaku saya.

Sayangnya, selama beberapa tahun ini, kegelisahan itu seperti terpendam, terkubur oleh berbagai ‘tuntutan hidup sehari-hari’, ‘memaksa’ saya untuk melupakan kerinduan dan kegelisahan saya. Akibatnya saya seperti terjebak, merasa tidak ada peningkatan yang signifikan dalam diri, malah merasakan kualitas diri seperti menurun, dan saya semakin gelisah.

Saya sangat, sangat, sangat, merindukan kesejatian. Jiwa dan hati saya senantiasa gelisah. Jiwa yang gelisah, restless soul, itulah saya. Dan akhir-akhir ini, saya juga merindukan untuk menjadi diri yang merdeka, sepenuhnya merdeka.

Dan entah kenapa, membaca postingan escoret dan berbagai komentar yang muncul, tiba-tiba kegelisahan itu membuncah, sangat membuncah. Ada yang mengedor-gedor, mengapa begitu ?? Mengapa demikian ?? Tidakkah ada seseorang yang melihat ada yang tidak pas disini ??

Ibaratnya, ketika Indihe Brother (meminjam istilah Bung Idep), selama ini membuat film-film nasional yang banyak dikecam dan dikritik para penikmat film yang ‘serius’. Mereka mencaci maki dan mempertanyakan dimana otak dan nurani Indihe Brother, ketika memproduksi / memproduseri film-film yang hanya mengejar selera pasar dan untuk memperhalus rasa haus akan keuntungan materi, mereka memaksakan nilai-nilai moral dimasukkan dalam film-filmnya.

Tidakkah kita menerapkan standar ganda, di satu pihak, kita mengkritik (kata dosen saya, kritikus memang bukan pemain) bahkan mencaci Indihe Brothers, sedangkan di lain pihak, kita juga melakukan hal yang serupa dan nyaris sama ??

Bukankah, Indihe Brothers hanya melakukan bisnis di industri perfilman ?? Dengan memakai uang mereka sendiri ?? Dan yang namanya bisnis, adalah wajar, profit oriented. Toh, kalau tidak suka, ya ga usah nonton. Biarkan alam melakukan seleksinya sendiri. Jika yang demikian ternyata yang bertahan, berarti memang kemampuan dan taraf intelektual spiritual kebanyakan orang, ya baru sampai segitu. Biarkan sekali lagi alam yang bekerja, dan saya percaya, dalam taraf spiritual, kemanusiaan pun berevolusi.

Dari sini saya kembali ingat apa yang terjadi pada tahun-tahun pencerahan itu (saya sangat merindukan untuk mengalaminya lagi). Apa yang saya inginkan dalam hidup, termasuk dalam dunia maya ini ??

Saya hanya ingin menjadi telaga. Telaga bagi setiap insan.

Telaga yang menyejukkan, sekaligus menjadi cermin.

Saya ingin menjadi jawaban, ingin menjadi terang, menjadi garam dunia, mengutip lirik lagu Glenn Fredly.

Saya berkomitmen, untuk menyebarkan semangat dan energi positif bagi sekitar saya. Semua keluhan itu tidak ada artinya, jika hanya menambah beban orang lain dan ikut mengobarkan kemarahan.

Dan sekali lagi, saya gelisah, dimana saya mendapatkan kesejatian dan jiwa yang merdeka itu ??

Malam ini, saya merasa jenuh, eneg. Serasa ingin off dari hirukpikuk semu ini. Saya ingin i’tikaf, tafakkur, dan tahalul. Saya merindukan sosok guru yang membimbing saya, membimbing jiwa saya yang gelisah, dan juga menjadi cermin bagi saya.

Kebetulan, beberapa hari yang lalu, seorang sahabat, -a brother and a father to me- tiba-tiba mengirim pesan singkat.

“ God loves you, Meth, unconditionally.”

Hati saya tercenung. Ya, saya tahu, Dia Maha Sempurna dalam mencinta. Tapi, lantas apa ?? Mengapa saya tetap diliputi oleh perasaan gelisah ??

“ God wants nothing from us, coz God is everything and has everything. He/She can only love us all the time. “

Saya tahu, Dia Maha Segalanya. Aku yang banyak keinginan dan selalu mohon untuk dikabulkan. Dan tetap jiwa ini merasa gelisah.

“ To get higher, we need to go deeper. Tanggalkan ketergantungan pada rasio, mulai kuatkan kepekaan mendengarkan hati, lalu dengarkan suara Rohmu. Bedakan suara batin sejati dengan suara super-ego. Kamu berhak berbahagia, Restless Angel. Lepaskan ikatanmu, terbanglah bebas, setinggi-tingginya. “

Oh, betapa aku merindu menjadi jiwa yang merdeka…….lepas dari segala keterikatan ini….

He said again, “ Kegelisahan merupakan indikasi adanya ketidakselarasan dalam diri kita. Tubuh, jiwa, dan roh.

….Kedamaian batin yang bebas dari segala ketakutan, perasaan sama dan sebangun dalam setiap diri kita. “

Ya !! Aku rindu perasaan itu.

And, in the end, he said, “ Kegelisahan itu bukan sejatimu. Sejatimu ya Angel itu. “

Saya teringat dengan sapaan hangat (sekaligus saya anggap itu doa) dari Kang Harry Mardian. Semoga ‘jiwa malaikat’ saya tidak lagi gelisah, semoga kembali ke fitrah, ke ‘jiwa malaikat’ atau dalam kata lain, roh.

Oh Tuhan, Ya Rahman, Ya Rahiim….

God loves me UNCONDITIONALLY. Dia Maha Sempurna dalam mencinta.

Seharusnya, setiap insan, mampu untuk mendekati kesempurnaan tersebut, sesuai fitrahnya. Tapi mengapa belum ??

Dan saya, sebelum ini telah menyakiti seseorang, begitu dalam…

Kesucian dan ketulusannya, telah saya robek-robek, saya nodai. Dan maaf yang sangat tulus, itu yang saya terima. Menohok saya, memukul palung jiwa dan hati saya.

God loves me, UNCONDITIONALLY, He/She wants nothing from me.

I should be happy. I SHOULD BE HAPPY.

Dan aku ingin bisa mencintai secara sempurna, termasuk mencintai segala ketidaksempurnaan itu.

Jujur dengan diri sendiri.

44 pemikiran pada “antara escoret, restlessoul, restlessangel, dan spiritualitas

  1. met ulang tahun dulu,

    semoga semua keresahan dan kegelisahan akan menemukan destinasi akhir.

    semoga diberi lancar disemua sisi kehidupan..

    berbahagialan yang sudah bisa menemukan refleksi diri dan merasa ada yang salah dengan dirimu…

    saya pribadi belum nyandak pikiran saya nek diajak berpikir seperti diatas…

    dalem banget..

    nuwun

  2. pertama selamat diberi tambahan umur sama yg diAtas…skrg sy tahu knp eskopret berkeras mudik ke jogja haha~

    kedua selamat sudah diberi tempat berlabuh yang semoga bisa menenangkan jiwa selamanya 😀

    yang ketiga memang tidak mudah untuk menerima perbedaan seperti kita juga tidak mudah untuk menerima perbedaan itu sendiri

    yang keempat komen opo to ki?!? 😀

  3. semoga selalu happy mbak,

    entahlah baca ini juga buwat saya banyak merenung kembali.

    jiwa saya juga sedang gelisah.
    mana yang benar mana yang salah

    hanya kembali berpikir, apapun diri ini, biar sehina apapun. aku tahu DIA yang maha kuasa menunggu untuk ku kembali pada-Nya.

    dan satu-satunya pria yang bisa ku percaya saat ini mungkin cuman bapakku.

    *lagi kalut*

    but eniwei…

    Happy Birthday mbak..

    big hugs for you

  4. Setiap orang mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, dan sebaiknya kita melihatnya dari sisi positif…walaupun kadang kita mendapatkan perilaku yang tidak positf.

  5. saya sangat setuju sekali dengan pikiran anda pada postingan ini. sesungguhnya kita sering menganggap tuhan sebagai pelayan untuk kita suruh-suruh dan untuk menuruti ego serta keinginan kita melalui doa-doa yang tiada henti-henti kita panjatkan. namun untuk itu saya yakin tuhan rela dan ikhlas menjadi pelayan untuk manusia ciptaannya, buktinya kita masih saja diberi karunia dan limpahan rahmah.
    kalo menurut saya, tuhan menginginkan satu hal dari kita, yaitu menjadi sepertinya yang begitu pengasih tanpa pamrih. lalu sanggupkah kita menjadi “jongos” untuk manusia lain dan mengubur ego. kita berhak untuk bahagia, namun manusia lain juga lebih berhak untuk bahagia karena sebagai “jongos” kita berkewajiban membahagiakan mereka.
    🙂

  6. ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI

    MARI SIMPAN GAMBAR KAMU DI DALAM “GAMBAR JAMBAN”
    MARI SIMPAN GAMBAR KAMU DI DALAM “GAMBAR JAMBAN”
    MARI SIMPAN GAMBAR KAMU DI DALAM “GAMBAR JAMBAN”
    MARI SIMPAN GAMBAR KAMU DI DALAM “GAMBAR JAMBAN”

    HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA= http://gambarjamban.notlong.com/

    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI
    SITUS YANG KEREN PALING SEKALI

    BARU MAKNYUSS!!
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄
    ▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄

  7. causa prima yang menjadi obyek pelengkap dan penderita, sampai kapan? :mrgreen:
    adakah kesamaan antara mencintai secara sempurna dengan mencintai secara sederhana?
    “selamat ulang tahun, mbak”

  8. Gini kali ya yg dibilang William Forrester sebagai menulis dari hati… Melompat2, random, spontan.

    Kadang – atau memang selalu – sebuah tulisan memang bukan untuk dipahami oleh semua orang. 😀

    – Soal gelisah, gpp kali, gelisah adalah salah satu bukti kita masih berpikir.

    – Soal anggapan jelek, kecaman, kritik, dsb, gpp juga, banyak orang diciptakan memang hanya sebagai komentator, ga cukup qualified sebagai operator, konon lagi director. 😀

    – Soal bahagia, kita cuma bisa bahagia dengan memutuskan atau memilih berbahagia, dgn apa yang tersedia, dgn apa yang berada dalam jangkauan. Begitu kita menginginkan sesuatu di luar radius jangkauan itu, ya udah, ga bahagia lagi. U won’t be happy anymore, when u want to be happier.

    Ah… leganya. Masa bodo ada apa ngga, yg baca komen panjang lebarku ini.

    😀

  9. aku kok menangis baca tulisan ini ya *apa karena lagi denger lagu religi*

    tulisan mu keren Met…

    solusi dari kamu kadang sama dengan saya. namun penjelasan Memet lebih bagus aka ilmiah, sedang saya lebih karena logika n pengalaman saja.

    cuma satu pelajaran Belajar “Ikhlas”

  10. Mbak, coba baca tulisan dewi lestari di dee-idea.blogspot.com, terutama Tarian Paradoks di Pentas Bumi (Mei 08). Semoga memberi pencerahan.

    @Dana : Sayangnya yang dicari Budha bukan kebahagiaan, tapi kebenaran sejati kan?

  11. ah ternyata begitu ya…baru paham skrg..emang postingan yang serius 😉
    lupakan ajakan untuk mabok berdua…

    serius, say….gw pengen mabok….dikiiit aja. dulu ber-sloki2 tequilla ternyata ga mampu menggoyahkan serap kesadaran gw. biarkan air kata-kata yang berbicara kebenaran, tanpa filter super ego mampu mencegahnya…. :mrgreen:
    gw kangen elu, say…..

  12. hihi,jangan vulgar2 gt bilang kangen ma gw, say..
    (muka menunduk malu, pipi bersemu merah jambu…, kemudian berubah ungu…demi melihat gobang tribal dibalik pintu..)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s