it needs more than love

Sebelumnya maafkan, postingan kali ini benar-benar personal.

Saya sedang gundah dan sedih.

Sesuatu terjadi dg kehidupan pribadi saya.

Saya berpikir ulang mengenai pernikahan.

Saya ketakutan dengan ‘penjara’ yang bernama perkawinan.

Dan saya sempat berpikir untuk melarikan diri dari ‘penjara’ tersebut.

Ya, saya tahu, mungkin saya cukup pengecut untuk mencoba hidup dalam sebuah perkawinan. Tapi itulah masalahnya. Perkawinan bagi saya bukan suatu percobaan. Dan saya sedang tidak berdaya dan tidak mengetahui, mengapa saya harus menikah dan membelenggu diri saya disana.

Apa yang akan saya lakukan jika dalam perkawinan ternyata saya menemukan konflik dan konflik, dan itu menyakiti hati kami berdua. Apa yang akan saya lakukan, jika ternyata kami berbeda dalam bersikap dan bereaksi dan itu menciptakan jurang. Apa yang akan saya lakukan jika saya merasa kecewa dan sedih dengan pasangan.

Apa yang saya cari dalam perkawinan ???

Apakah menikah hanya untuk menemui kenyataan, bahwa saya harus mengalah ??? apakah menikah hanya untuk menemui kenyataan, kalau saya diam saja untuk tidak menimbulkan friksi karena perbedaan pendapat ??? apakah menikah hanya untuk menemui kenyataan, untuk sakit, kecewa, dan sedih ???

Ah, ternyata saya belum cukup mampu untuk menerima perbedaan. Ternyata saya tidak cukup dewasa untuk mengalah dan merendahkan ego diri. Ternyata saya tidak cukup tangguh untuk menghadapi segala sakit, kecewa, dan sedih. Saya ternyata cukup mudah putus asa dan ketakutan, sehingga sempat berpikiran untuk melarikan diri.

Mungkin, yang menjadi masalah adalah diri saya sendiri.

Entahlah, bagi orang lain, hal tersebut bukan ‘mungkin’ tapi ‘memang’.

Apakah dengan mengakui, ‘ya, saya bermasalah, karena itu saya mengundurkan diri untuk tidak menimbulkan masalah bagi orang lain’ itu cukup ???

Ya, saya kalah. Saya akui itu.

Perbincangan hari ini dengan dua orang teman, agaknya tanda bahwa Tuhan bicara padaku. Hehe, agak lucu kalau membayangkan Tuhan berbicara lewat orang mesum ini 😉

Mungkin dalam kehidupan pernikahan, dibutuhkan lebih dari sekedar cinta untuk bisa survive mengarungi samudra komitmen dan penempaan diri.

Apa yang dirasakan oleh perempuan yang sangat mengetahui hingga ke dalam, segala kekurangan suaminya, tapi tetap bersabar, memaafkan, dan menerimanya, walaupun hal tersebut sudah pasti sangat menyakiti dirinya ???

Aku ragu jika dia masih merasakan cinta seperti dulu ketika awal mengikat janji. Tapi…..entahlah. Bisa jadi yang bersangkutan memang masih cinta. Hanya saja, hal tersebut mengingatkan dan menyadarkan aku.

Seharusnya, aku tidak usah phobia lagi dengan kehidupan perkawinan. Whatever will be, will be lah, hehehe. Just do my best, and God does the rest.

Entah, apakah aku dan dia, masih merasakan kehadiran soulmate dari masing-masing kami. It needs more than love. Butuh kebesaran hati. Dan entah apalagi. Hasilnya aku serahkan saja padaNya. Apakah kami memang ditetapkan untuk terus atau berhenti. Sedih memang. Sangat sedih. Karena kami saling mencintai, saling menyayangi.

* pengen nangis tp ga bisa*

APDET.

happy ending^^

kuncinya : introspeksi, jgn ketemu or komunikasi kl masih membara emosinya. bicara ketika udah adem.

thanks banget……..

15 pemikiran pada “it needs more than love

  1. uhm…postingan ini ga sepenuhnya mewakili apa yg aku rasa. terlalu vulgar kl aku umbar. tp rasanya sesek, dan aku butuh ruang. mungki termasuk juga ruang utk introspeksi.

    kekhawatiran thd perkawinan adl salah satu eksesnya.

    harus ditaklukkan ya ??
    uhmm…..

  2. “sometimes love just ain’t enough”

    (lupa quote dari siapa) 😉

    mbak, pernah baca Supernova : Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh-nya Dewi Lestari ? Disitu banyak pelajaran ttg cinta walaupun bungkusnya sains-psikologi.

    bayangan kita selama ini terhadap perkawinan adalah “jika” dan “seandainya”. bagaimana jika bla…bla..bla… bagaimana seandainya bla..bla..bla… dan lain sebagainya. itu juga yg beberapa kali saya dengarkan dari konseling pra-pernikahan dulu waktu masih praktek. sesuatu yang belum dijalani tidak bisa diandaikan dan diumpamakan kalau kita benar-benar sudah mantap hatinya.

    yg terpenting memang kemantapan diri. mantap untuk menikah, dan bukan mapan. beberapa orang yg saya tanyai ttg kekhawatiran thdp perkawinan biasanya khawatir ttg “seperti apa nantinya perkawinan itu”.

    perkawinan bukan penjara. dan dia bisa jadi penjara kalau cinta yang kalian berdua punya justru membelenggu dan bukan membebaskan.

    cinta itu membebaskan, tapi cinta saja terkadang tidak cukup.

    eh itu bukannya judul lagu ya ?? kl ga salah sekitar thn 90an gt, pas saya es em pe. belum baca bukunya, coba nanti cr pinjeman 🙂
    iya kok mas, saya percaya cinta yang membebaskan. thanks a lot

  3. Mo komen gmn ya… Soalnya blum nikah juga. 😆

    1) well, sy turut simpati tuk gundahmu
    2) cinta sj memang sangat gak cukup tuk nikah, butuh restu dari semua orang jg, biasanya… ^^;
    3) spertinya (spertinya lo…) ini salah satunya masalah manajemen konflik ya? Ini memang gak sepele. Konon dikatakan kalo pasangan blum pernah bertengkar hebat (kemudian menyelesaikannya dg suxes) semasa pacaran, maka gak direkomendasikan tuk nikah. Km biasanya kl ribut gmn? Endingnya win-win solusi? atau malah lose-lose? 🙂

    tapi tetap bersabar, memaafkan, dan menerimanya, walaupun hal tersebut sudah pasti sangat menyakiti dirinya ???

    4) knp bgitu? biasanya tidak sepasrah itu… 😯
    Hmm, sy inget pernah ngasi saran sama temen; “buatlah daftar masalahmu dg pacarmu, lalu coba kasi cek, mana yg possible diatasi dan mana yg mentok. Kl yg mentok ternyata lebih banyak, pikir ulang deh…”
    5) poin2 diatas sebenarnya tidak lebih dari antisipasi sj. sesungguhnya apa yg terjadi cuma kamu yg tau, 😉 jadi sy cm “mengira-ngira”. sori kalo ngaco…
    6) cinta itu (I mean, punya pasangan itu), seharusnya membahagiakan. seharusnya…

    ah saya jd malu. rasanya cengeng bgt, utk masalah gini 😦
    tp poin no.3, saya setubuh bgt, setujuh bgt. dan masalahnya ada di saya, kayaknya aku hrs memenej emosi dan impulsi yg suka meledak-ledak deh. tengkiu so much….
    heh !!? dr mana bisa menebak kl saya…… ??

  4. mba ressssssssssssssssssss
    kirain lagi liburan dah heppy2 ga taunya ada dikit konplik… hehehhe yang tenang aja mba semoga masalah tuh selesai
    🙂

    yeh, kl konplik mah, ada terus setiap saat^^
    mangkanya jd ngiler liat banda neira. pengen liburan kesana ooooi ^0^
    thanks bangedh yahhhh^^

  5. untuk mendapatkan jawabannya…
    biar kuputarkan lagu untukmu ….
    1. All Out Of Love – Human Nature
    2. I Knew I Loved You – Savage Garden
    3. Kucing Garong !!! lho??? :mrgreen: hahaha

    ayooooo….kawinnnnnnnnnn….. :rolling:

    menurut orang-orang yang udah pada kawin….

    mereka itu kebanyakan nyesel kok kawinnya baru sekarang yah???

    kawin itu gak enak….!!!

    tapiiii….

    ENAK BANGEETTTT !!! 😆

    hahaha…

    katanya seehhhh….

    aku yo belumm tauhhhhh…masih pengen sendiri dulu…wkekekekkkk

    waaa….yg kucing garong asyeeeek^^
    goyang terus, mang, uhuiiii^^
    eh puterin jay kay aja, biar dancing all nite long, hohohoh
    soal kawin, katanya emang enak, nikah yg belum tentu enak, huehehehe

  6. “Cinta” bukan cuma perasaan. “Cinta” juga bisa berupa
    tindakan, pilihan untuk berbuat yang terbaik bagi yang
    dicintai.

    Pernikahan tak cukup didasarkan pada perasaan cinta.
    Perasaan bisa naik-turun, tak stabil, bukan fondasi yang
    kokoh. Menjadikan perasaan cinta sebagai fondasi pernikahan sama halnya dengan membangun rumah di atas pasir.

    Pernikahan akan cenderung lebih mudah dijalani dengan
    baik jika disokong sesuatu yang lebih kokoh dari sekedar
    perasaan cinta, yaitu : komitmen untuk tetap bertindak
    mencintai. regardless of the prevailing feelings. Kesetiaan
    pada komitmen inilah yang bisa menjaga stabilitas rumah
    tangga.

    Bagiku sendiri, cinta baik sebagai perasaan maupun tindakan, memang sungguh membebaskan, memuaikan yang baik yang ada dalam diri manusia. Cinta membantu
    kita untuk semakin “menjadi”, kian berdaulat atas kecenderungan-kecenderungan dasariah kita. Cinta bisa
    membantu kita secara nyata merasa mampu menjadi tuan
    atas diri kita sendiri, menghargai martabat kemanusiaan kita, dan …… karenanya martabat pasangan kita maupun orang lain juga.

    Cinta, karena membutuhkan manifestasi berupa tindakan transendental, seakan menarik potensi baik kita keluar, merekahkannya, mengembangkannya. Cinta menjadi semacam sumber energi yang menggairahkan hidup ini sendiri, membantu kita lebih berbahagia mengarunginya, justru karena cinta membebaskan kita dari orientasi pada diri sendiri. Cinta, sebagai tindakan berdaulat, digerakkan penerimaan kita terhadap Fitrah yang dikaruniakan Allah sendiri, dan karenanya juga terhadap Percikan Nan Suci yang juga ada di orang lain. Maka, cinta menerima segala aspek yang ada pada yang dicintai, kebaikan dan keburukannya, kekuatan dan kelemahannya. Cinta, karenanya, menguatkan secara penuh sense of unity dengan seluruh kehidupan, dengan kosmos, dengan Allah, memperjelas “tempat” dan makna kita dalam jagat raya ini.

    Oh, betapa berharga berkah berupa kemampuan mencintai, betapa membahagiakan. Semoga kita semua semakin berani terjun ke dalamnya ! Salam.

  7. @ mbelgedez :

    ya ampyuuun…situ ndak sadar toh, kl yg dimaksud sampeyan ??? huehehe….iya kok, bener^^
    tapi tentu saja, saya melindungi nama baik situ 😆

    @ js :

    i have no more to say….
    thank u, mas…..eh thank u, pap^^
    i like this one :
    ” komitmen untuk tetap bertindak
    mencintai “

  8. Pernikahan kata Kahlil Gibran di Sang Nabi:

    Marriage

    Then Almitra spoke again and said, “And what of Marriage, master?”

    And he answered saying:

    You were born together, and together you shall be forevermore.

    You shall be together when white wings of death scatter your days.

    Aye, you shall be together even in the silent memory of God.

    But let there be spaces in your togetherness,

    And let the winds of the heavens dance between you.

    Love one another but make not a bond of love:

    Let it rather be a moving sea between the shores of your souls.

    Fill each other’s cup but drink not from one cup.

    Give one another of your bread but eat not from the same loaf.

    Sing and dance together and be joyous, but let each one of you be alone,

    Even as the strings of a lute are alone though they quiver with the same music.

    Give your hearts, but not into each other’s keeping.

    For only the hand of Life can contain your hearts.

    And stand together, yet not too near together:

    For the pillars of the temple stand apart,

    And the oak tree and the cypress grow not in each other’s shadow.

  9. @ pebi :

    * mikir dulu *
    thanx bangedh yaaa…..

    @ mbelgedez :

    :mrgreen:
    😆
    huekekekkkk….omong2 ttg sex, sejak frenster gw ada yg invite aku dr orgil mesum, ealah, jd banyak bgt cowo2 bodong nan mesum kirim pesen macem2 dr ngajak ML lah sampe cerita ttg propertinya, hueehehe…..kaciaaaaaaan bgt 😆
    cuma gw ketawain aja, hahaha, gw tunjuk2in ma temen2 gw ‘eh ni ada calon klien, huahaha’
    rata2 profile mereka sama, isinya sex melulu :p bujubuneng dah !!!

  10. Ping balik: PINDAH AGAMA ?!? « [felix radioholix]

Tinggalkan Balasan ke restlessangel Batalkan balasan